42
G: Yaa, kan kadang-kadang ada anak yang pintar tapi tidak lulus, sedangkan yang
biasa-biasa saja lulus gemilang.
P: Kira-kira mengapa bisa demikian? G: Karena... karena kalau yang pintar mungkin kebanyakan pasrah dengan
kemampuannya, sedangkan yang biasa-biasa saja merasa tidak akan bisa, jadi cari alternatif… belajar, [s]ontekan, atau apapun…
P: Alternatif, ya... Sebagai orang yang merasa pesimis terhadap performanya
dalam UN, apa alternatif yang Anda dan teman-teman ambil untuk menghadapi UN?
G: Bimbingan belajar, pelajaran tambahan di sekolah, dan sebagainya. P: Setelah mengambil tambahan seperti itu, apakah Anda merasa lebih optimis
untuk menghadapi UN?
G: Optimis, tapi hanya [untuk] mencapai standarnya saja. P: Apakah dengan demikian Anda dan teman-teman berpasrah dengan
kemampuan sendiri, atau mencari kepastian dengan metode lain... sontekan, misalnya?
G: Kalau [s]ontekan tidak dicari sih, biasanya datang sendiri, jadi pasrah pada
kemampuan sendiri kalau dapat [s]ontekan ya... lihat-lihat dulu terpakai apa tidak.
Lampiran C TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GHYNA sambungan
43
P: Lha, kok bisa datang sendiri? G: Kalau UN begitu suka ada sumbernya, jadi tanpa diminta pun datang sendiri
P: Sumbernya dari mana, bila boleh tahu? G: Dari orang tidak dikenal yang datang lewat SMS, atau kadang ada beberapa
orang yang kalau zaman saya sih disebut Sumber Pengki, mereka juga punya jawaban; entah dari mana, yang pasti tiap sebelum ujian jawabannya sudah
disebar lewat SMS.
P: Dijarkom, ya, sepertinya? G: Iya macam itu, tapi dari berbagai sumber.
P: Apakah kunci jawaban yang diberikan sumber yang berbeda juga berbeda? G: Yaa... kadang ada yang sama dan kadang ada yang beda.
P: Lalu, bagaimana cara memilih yang mana yang sebaiknya dipakai bila
demikian?
G: Cari yang paling banyak sama, atau kalau semuanya beda… ya semuanya
dipegang buat jaga-jaga.
P: Dengan kunci jawaban, apakah jawabannya diikuti begitu saja atau tidak? Lampiran C
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GHYNA sambungan
44
G: Tidak sih, kecuali kalau sudah lebih dari setengah jawaban dari siswa terpintar
sama dengan kunci baru dipakai. Ada satu-dua orang yang paling pintar yang menyamakan dulu, nanti setelah disamakan dan terbukti sama lebih dari
setengahnya, baru kunci dianggap valid dan disebar.
P: Bagaimana caranya kuncinya bisa disamakan sebelum UN? Soalnya sudah
diketahui sebelumnya?
G: Nggak, jadi kuncinya dicatat oleh semua anak. Nanti saat ujian, siswa yang
paling pintar yang juga pegang kunci menyamakan sampai setengahnya... Habis itu baru dia kasih kode kunci mana yang [patut] dipakai sama anak-anak yang lain
P: Bagaimana caranya? G: Yaa, tinggal bisik-bisik saja dari satu orang ke orang lain. Ngasih tahu kunci
yang mana [yang benar] kan lebih gampang ketimbang ngasih tahu semua jawabannya.
P: Selain itu, dari pihak guru dan sekolah sendiri, bagaimana tanggapan mereka