61
Bank Indonesia Padang
yang didominasi oleh dana masyarakat jangka pendek unt uk kemudian memut arnya dalam pemberian kredit . Di sisi lain, jenis simpanan deposit o yang
sif at nya lebih jangka panjang 12 bulan porsinya masih relat if kecil, yait u hanya sekit ar 20,04 .
Penyaluran kredit BPR banyak t erserap unt uk pem enuhan pada kredit m odal kerja. Pada Februari 2009 hampir sekit ar 62 kredit BPR disalurkan unt uk
modal kerja, kemudian disusul oleh kredit konsumsi yang mencapai 25,14 Graf ik 3.53.. M elihat dari sisi sekt oral, kredit modal kerja ini banyak disalurkan ke sekt or
perdagangan. Sekt or perdagangan sendiri secara keseluruhan porsinya t erhadap t ot al kredit BPR mencapai sekit ar 42,54 . Selain it u, penyaluran kredit di sekt or
pert anian juga cukup besar, sebesar 18,02 . Dengan demikian menunjukkan bahw a kredit BPR sesuai f ungsinya masih t et ap berkonsent rasi pada kredit unt uk
pembangunan sekt or riil yang lebih berskala kecil dan menengah.
50,000 100,000
150,000 200,000
250,000 300,000
350,000 400,000
450,000
Jut a
R up
ia h
Kredit Konsumsi Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi
2 4
.8 3
2 4
.4 3
2 3
.8 1
2 3
.9 3
2 3
.8 2
3 .8
7 2
3 .6
8 2
3 .8
7 2
4 .0
7 2
4 .4
5 2
4 .4
7 2
5 .0
3 2
5 .2
7 2
5 .1
4 6
2 .9
4 6
1 .9
7 6
2 .1
6 6
1 .8
1 6
1 .6
8 6
1 .7
2 6
2 .1
6 2
.3 2
6 2
.2 8
6 2
.0 9
6 1
.7 5
6 .9
8 6
1 .0
6 6
1 .5
8 1
2 .2
2 1
3 .6
1 4
.0 4
1 4
.2 7
1 4
.5 1
1 4
.4 1
1 4
.2 2
1 3
.8 1
1 3
.6 5
1 3
.4 6
1 3
.7 8
1 3
.9 8
1 3
.6 8
1 3
.2 8
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Kredit Konsumsi Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi Sumber: SEKDA, BI
Grafik 3.53. – Perkembangan Kredit BPR Sumbar
Berdasarkan Jenis Penggunaan Lokasi Proyek
Sumber: SEKDA, BI
Grafik 3.54. – Pangsa Kredit BPR Sumbar Berdasarkan Jenis
Penggunaan Lokasi Proyek
50,000 100,000
150,000 200,000
250,000 300,000
350,000
2007 F
eb -08
M a
r- 08
A p
r- 08
M a
y- 08
Ju n
-08 Ju
l- 08
A u
g -08
S ep
-08 O
ct -08
N o
v- 08
D e
c- 08
Ja n
-09 F
eb -09
Jut a
R up
ia h
Pertanian Pertambangan
Perindustrian Perdagangan
Jasa-jasa Lain-lain
18.02 0.00
1.78
42.54 11.63
26.03
Pertanian Pertambangan
Perindustrian Perdagangan
Jasa-jasa Lain-lain
Sumber: SEKDA, BI
Grafik 3.55. – Perkembangan Kredit BPR Sumbar
Berdasarkan Sektor Ekonomi Lokasi Proyek
Sumber: SEKDA, BI
Grafik 3.56. – Pangsa Kredit BPR Sumbar Berdasarkan
Sektor Ekonomi Lokasi Proyek
Proses int erm ediasi perbankan oleh BPR m asih berlangsung dengan baik.
Rasio LDR pada Februari 2009 mencapai 115,41 , Graf ik 3.57.. Sit uasi ini menunjukkan bahw a penyaluran kredit oleh BPR berlangsung lebih cepat
dibandingkan dengan upaya pengumpulan DPK-nya. Oleh karena it u, pemenuhan
62
Bank Indonesia Padang
kredit di w ilayah Sumbar harus mendapat kan pasokan kredit dari berbagai BPR yang beroperasi di luar w ilayah Sumbar.
107.11 106.98
110.76 112.09
117.21 119.19
119.97 127.66
131.62 125.81
123.26 112.87
114.79 115.41
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00 120.00 140.00 2007
Feb-08 Mar-08
Apr-08 May-08
Jun-08 Jul-08
Aug-08 Sep-08
Oct-08 Nov-08
Dec-08 Jan-09
Feb-09
8.76 6.17
6.74 6.02
6.03 6.35
7.03
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
2006 2007
I-2008 II-2008
III-2008 IV-2008
I-2009
Sumber: SEKDA, BI
Grafik 3.57. – Perkembangan LDR BPR
Sumber: LBBPR, BI
Grafik 3.59. – Perkembangan NPL BPR
Sem akin m eningkat nya NPL BPR di Sum bar m em erlukan adanya pengaw asan dan perhat ian yang lebih t erhadap pengelolaan kualit as
kredit . Perkembangan NPL BPR pada t riw ulan I-2009 mengalami peningkat an, dari
6,35 pada t riw ulan IV-2008 menjadi 7,03 Graf ik 3.59. Kondisi ini memperlihat kan bahw a dampak krisis keuangan global gejalanya menjalar t idak
hanya pada bank umum, namun juga BPR di Sumbar. Sit uasi ekonomi yang t idak menent u menekan perkembangan kredit di sekt or-sekt or yang pot ensial unt uk
didanai oleh BPR.
B O
K S
Estimasi Efisiensi Bank-Bank Umum di Sumatera Barat Melalui Metode
Stochastic Frontier Approach SFA
1. Latar Belakang
Perkembangan perbankan sebagai salah satu bentuk entitas bisnis tidak dapat terlepas dari indikator efisiensi dalam pengukuran kinerjanya. Sebagai lembaga keuangan yang melaksanakan
fungsi intermediasi, sangat terkait dengan seberapa besar perbankan mampu mengoptimalkan sejumlah dana yang diperoleh dari masyarakat dan kemudian disalurkan kepada para pelaku
ekonomi yang membutuhkannya. Secara teknis, tingkat efisiensi dapat dilihat dari kondisi sejauh mana perbankan mampu memanfaatkan input yang ada untuk menghasilkan output secara optimal.
Efisiensi perbankan menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung kelancaran terjadinya proses transmisi kebijakan moneter. Dalam hal ini, perbankan memiliki peran dalam
mendukung efektifitas kebijakan moneter dengan tujuan untuk mencapai stabilitas harga. Cottarelli dan Kourelis 1994 mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas kebijakan
moneter melalui jalur kredit credit channel adalah tingkat efisiensi perbankan. Perhatian
terhadap seberapa besar efisiensi perbankan menjadi penting, terutama dalam mendukung kinerja perbankan untuk melaksanakan peran fungsionalnya dalam mengalokasikan kredit. Peran ini
tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi, yaitu menjamin tersedianya sejumlah kredit yang dibutuhkan untuk pengeluaran investasi ataupun untuk menjalankan sektor
ekonomi lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi
perbankan umum yang beroperasi di Sumatera Barat, baik bank umum cabang nasional, maupun bank umum yang pusatnya di daerah BPD. Penelitian ini juga ingin mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi efisiensi penggunaan biaya pada perbankan di Sumatera Barat dalam menjalankan operasionalnya. Tingkat efisiensi dilihat bagaimana perbankan mengolah variabel-
variabel inputnya untuk menghasilkan sejumlah variabel output secara optimal. Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat seberapa besar tingkat efisiensi berdasarkan kelompok bank. Baik
dikelompokkan antara kelompok bank pemerintah dan kelompok bank swasta nasional.
Estimasi dilakukan dengan data panel, melalui penggabungan data cross-section dengan time series. Sampel menunjukkan cross-section yang ada jumlahnya melebihi
variabel yang diestimasi. Dalam Judge et.al. 1980 menguraikan bahwa jika N jumlah unit cross-section lebih besar dibandingkan T jumlah unit time series, estimasi dengan
menggunakan metode Fixed-Effect Model FEM dan Random Effect Model REM dapat menghasilkan output yang berbeda. Hal ini dapat terpecahkan jika kita memiliki keyakinan
Tingkat efisiensi perbankan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit. Faktor-faktor lain menurut Cottraelli dan Kourelis 1994 yang juga penting
dalam mendukung transmisi kebijakan moneter adalah tingkat kompetisi dalam industri perbankan; tingkat perkembangan pasar uang; tingkat keterbukaan ekonomi opennes; dan juga tingkat perkembangan sistem
keuangan. Selengkapnya lihat Carlo Cottarelli dan Angeliki Kourelis, “Financial Structure, Bank Lending Rates, and the Transmission Mechanism of Monetary Policy,” IMF Staff Paper, IMF, Washington D.C.,
Desember 1994.
kuat bahwa secara individual atau unit cross section dari sampel data tidak terdistribusi secara random dalam data yang besar. Pada kasus ini kita dapat menggunakan FEM.
Namun jika unit cross section dalam sampel dikondisikan terdistribusi random, maka digunakan REM.
†
Untuk lebih mudah dalam penentuan penggunaan FEM atau REM dalam penelitian ini melakukan uji formal melalui Hausman Test Hausman, 1978
‡
sebagai berikut: H
: Random Effect Model REM H
1
: Fixed Effect Model FEM Dengan menggunakan α = 5, hasil test menunjukkan bahwa p-value α. Maka
secara statistik dapat menerima H , atau model yang digunakan adalah REM. Selanjutnya
dilakukan regresi model stochastic frontier approach SFA melalui data panel dengan REM melalui GLS Transformed Regression pada fungsi biaya yang telah dispesifikasikan
pada bagian sebelumnya. Untuk menghidari heteroskedastisitas pada cross-section-nya, estimasi menggunakan White Heteroskedasticity Consistent Covariance.
2. Teori dan Studi Literatur 2.1. Konsep Efisiensi
Berbagai konsep perhitungan efisiensi berkaitan erat dengan bagaimana mendefinisikan hubungan antara input dan output dalam lembaga keuangan. Studi mengenai efisiensi perbankan
sendiri banyak menggunakan model-model yang bervariasi. Masing-masing tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan. Sebelum masuk ke dalam pembahasan model perhitungan, awalnya
perlu mengetahui bagaimana pola hubungan input-output terlebih dahulu agar dapat lebih memahami konsep dari efisiensi yang digunakan.
Adapun konsep dalam mendefinisikan hubungan input-output dalam Berger dan Mester 1997, dan juga seperti pada Hadad et.al 2003b, menjelaskan bahwa perilaku lembaga keuangan
dapat melalui beberapa pendekatan, antara lain: i Pendekatan produksi production approach, yaitu dengan melihat bahwa institusi keuangan sebagai produsen simpanan deposit account dan
juga pinjaman kredit loans. Pendekatan ini mendefinisikan output adalah penjumlahan dari keduanya dari berbagai transaksi-transaksi terkait, sedangkan input-inputnya adalah biaya tenaga
kerja, pengeluaran modal untuk aset-aset tetap fixed assets, serta pengeluaran-pengeluaran lainnya yang bersifat material; ii Pendekatan intermediasi intermediation approach, yaitu
memperlakukan institusi keuangan sebagai lembaga yang menjalankan fungsi intermediasi, dengan mengubah dan mentransfer berbagai aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit.
Dalam pendekatan ini, biaya tenaga kerja, pengeluaran modal, dan pembayaran bunga simpanan dikategorikan sebagai input-input, sedangkan pinjaman kredit dan investasi pada instrumen
†
Selengkapnya dapa lihat Judge, George G., Carter R. Hill, William E. Griffiths, Helmut Lütkepohl, dan Tsoung-Chao Lee, Theory and Practice of Econometrics, John Wiley Sons, New York, 1980, atau pada
Damodar Gujarati, Basic Econometrics, Fourth Edition, McGraw-Hill Companies, 2004, hlm. 650-651.
‡
J. A. Hausman, “Specification Tests in Econometrics,” Econometrica, Vol. 46, 1978, pp. 1251–1271.
keuangan financial investment sebagai output-outputnya
§
; dan iii Pendekatan aset asset approach, pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan intermediasi, namun dengan lebih
memperlakukan institusi keuangan adalah lembaga yang menjalankan fungsi utama sebagai pencipta pinjaman kredit loans.
2.2. Metode Estimasi Efisiensi