Bank Indonesia Padang
30
Padang Pekanbaru
Bengkulu Jambi
Batam 2008
Jan 1,77
0,87 1,76
1,58 0,60
0,92 Feb
0,65 1,99
1,30 0,51
0,45 1,14
Mar 0,95
1,43 1,03
1,96 1,09
0,82 Apr
0,57 0,09
-0,21 0,22
0,57 0,53
Mei 1,41
0,54 0,51
2,19 2,53
0,61 Jun
2,46 4,09
2,46 4,14
4,19 2,29
Jul 1,37
1,51 1,32
2,63 1,17
1,12 Agt
0,51 0,15
1,21 0,03
0,37 0,08
Sept 0,97
0,37 0,61
0,92 0,22
0,50 Okt
0,45 0,99
0,48 0,84
-0,03 0,12
Nov 0,12
0,85 0,10
-0,40 -0,07
0,60 Des
-0,04 0,21
-0,03 -0,09
-0,10 -0,14
2009 Jan
-0,07 -0,08
0,81 -0,02
0,42 0,01
Feb 0,21
0,68 0,12
0,41 0,66
0,59 Mar
0,22 -0,56
-0,45 -0,31
-0,81 0,05
y-t-d Mar08 0,36
0,04 0,48
0,09 0,26
0,64
Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, diolah. Mulai Juni 2008 menggunakan tahun dasar 2007.
Tabel. 2.1 Inflasi Nasional, Kota Padang dan Kota-Kota
Kota Periode
di Provinsi Tetangga m-t-m,
Nasional
2.3. Inf lasi Kot a Padang Berdasarkan Kelom pok Barang Jasa
Secara t riw ulanan q-t -q inf lasi t ert inggi t erjadi pada kelom pok Sandang sebesar 3,48 , sebaliknya kelom pok t ransport asi dan kom unikasi sert a
kelom pok bahan m akanan m engalam i def lasi m asing-m asing sebesar 1,46 dan 0,64 . Inf lasi yang t erjadi pada kelompok sandang di t riw ulan I-2009
masih lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama t ahun lalu yang sebesar 3,84 q-t -q. Inf lasi t ert inggi berikut nya t erjadi pada kelompok makanan jadi
sebesar 1,34 q-t -q, kelompok kesehat an sebesar 0,70 q-t -q, kelompok pendidikan sebesar 0,18 q-t -q sert a kelompok perumahan sebesar 0,03 q-t -
q. Sebaliknya, kelompok t ranspor dan komunikasi kembali mengalami def lasi pada t riw ulan ini sebesar 1,46 q-t -q lebih dalam dibandingkan t riw ulan
sebelumnya yang juga mengalami def lasi sebesar 0,93 q-t -q. Sement ara it u, relat if st abilnya pergerakan harga bahan pangan pada penghujung t riw ulan I-
2009 t elah membuat kelompok bahan makanan yang didominasi oleh komodit as yang bersif at volat ile juga mengalami def lasi sebesar 0,64 q-t -q Tabel 2.2.
31
Bank Indonesia Padang
Tw. III Tw. IV
Tw. I Perubhn.
Sumb. Perubhn.
Sumb. Perubhn.
Sumb. Perubhn. Perubhn. Perubhn. Perubhn.
UMUM TOTAL 2,06
2,06 3,05
3,05 4,35
4,35 4,74
2,04 2,07
0,04 Bahan Makanan
3,30 1,04
5,12 1,63
9,58 3,12
3,40 2,31
4,62 -0,64
Makanan Jadi 2,19
0,38 4,29
0,75 1,81
0,32 5,96
0,90 4,31
1,34 Perumahan
1,73 0,34
1,74 0,34
2,37 0,46
3,25 2,82
0,30 0,03
Sandang 2,50
0,18 2,03
0,14 3,84
0,27 -1,12
2,13 1,49
3,48 Kesehatan
1,57 0,05
0,56 0,00
1,17 0,03
2,47 0,90
0,73 0,70
Pendidikan 1,69
0,10 0,93
0,05 0,65
0,04 0,89
7,40 0,50
0,18 Transportasi Komk
-0,08 -0,01
0,32 0,05
0,72 0,11
11,89 0,37
-0,93 -1,46
Sumber : BPS Sumbar, diolah. mulai Tw.II-2008 menggunakan tahun dasar 2007=100
2008 Kelompok Barang Jasa
Tw. IV Tw. III
2009
Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa q-t-q, Tabel 2.2
Tw. II Tw. I
2007
Pergerakan inf lasi t ahunan kelom pok barang dan jasa m enunjukkan lonjakan inf lasi yang t inggi dari kelom pok M akanan Jadi yait u sebesar
13,35 y-o-y. Kendat i demikian, angka inf lasi ini masih sedikit lebih rendah
jika dibandingkan dengan t riw ulan sebelumnya yang t ercat at sebesar 13,73 y- o-y. Tampak pada t abel 2.3 bahw a kondisi serupa juga t erjadi pada t riw ulan yang
sama t ahun lalu dimana angka inf lasi t ert inggi t erjadi pada kelompok makanan jadi. Di lain pihak, inf lasi kelompok bahan makanan yang selama t iga t riw ulan
t erakhir selalu berada di at as level 20 y-o-y, kini t ampak mulai mereda. Inf lasi kelompok bahan makanan pada t riw ulan ini t ercat at sebesar 11,35 y-o-y at au
merupakan angka inf lasi t ert inggi kedua set elah kelompok makanan jadi. Sement ara it u, inf lasi t erendah t erjadi pada kelompok kesehat an yait u sebesar
4,61 y-o-y, yang diikut i oleh kelompok perumahan sebesar 5,95 y-o-y. Angka inf lasi kelompok t ranspor, komunikasi dan jasa keuangan yang relat if
masih t inggi pada t riw ulan laporan 7,42 , y-o-y menandakan bahw a kebijakan penurunan harga BBM bersubsidi yang disert ai dengan penurunan t arif angkut an
belum mengembalikan t ingkat harga yang ada ke level yang sama sepert i pada t ahun sebelumnya price rigidit y.
Tw. III Tw. IV
Tw. I Perubhn.
Sumb. Perubhn.
Sumb. Perubhn.
Sumb. Perubhn.
Perubhn. Perubhn. Perubhn.
UMUM TOTAL 9,00
9,00 6,90
6,90 7,59
7,59 12,67
13,00 12,68
9,21 Bahan Makanan
16,54 4,94
8,80 2,82
9,51 3,20
23,02 21,90
21,26 11,35
Makanan Jadi 11,30
1,93 11,45
1,94 10,57
1,77 14,04
12,94 13,73
13,35 Perumahan
5,44 1,10
5,44 1,06
6,89 1,31
8,18 9,67
8,01 5,95
Sandang 6,06
0,44 6,03
0,42 8,84
0,61 4,47
5,57 5,69
6,89 Kesehatan
7,34 0,22
8,46 0,25
9,29 0,26
7,66 6,45
4,87 4,61
Pendidikan 2,24
0,13 2,84
0,16 3,04
0,17 3,30
8,93 9,01
8,99 Transportasi Komk
1,39 0,23
1,55 0,24
1,77 0,27
9,79 10,29
10,05 7,42
Sumber : BPS Sumbar, diolah. mulai Tw.II-2008 menggunakan tahun dasar 2007=100
Kelompok Barang Jasa 2007
2008 Tw. II
2009
Perkembangan Inflasi Tahunan Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa y-o-y, Tabel 2.3
Tw. III Tw. IV
Tw. I
Bank Indonesia Padang
32
Secara bulanan m-t -m, kelom pok bahan m akanan selalu m em berikan sum bangan t ert inggi pada pem bent ukan inf lasi kot a Padang. Hal ini
t erkait dengan besarnya bobot kelompok bahan makanan pada pembent ukan inf lasi kot a Padang yakni sebesar 31,35 berdasarkan SBH 2007. Sepanjang
t riw ulan I-2009, pergerakan inf lasi kelompok bahan makanan cenderung f lukt uat if . Set elah sempat mengalami inf lasi bert urut -t urut sebesar 0,53 m-t -m
di bulan Januari 2009 dan 1,43 m-t -m di bulan Februari 2009, kelompok bahan makanan mengalami def lasi yang sangat besar yait u 2,56 m-t -m di bulan
M aret 2009 dengan sumbangan sebesar -0,73 .
Inf lasi t ert inggi pada bulan Februari dan M aret 2009 t erjadi pada kelom pok sandang m eskipun dengan sum bangan yang lebih kecil
dibandingkan kelom pok bahan m akanan dan m akanan jadi. Pemicu inf lasi
pada kelompok sandang adalah adanya pergerakan harga yang cukup besar pada subkelompok sandang lainnya yait u yang berasal dari komodit as emas perhiasan.
Tingginya permint aan emas dunia sebagai alt ernat if invest asi t elah memicu harga emas di pasar int ernasional melonjak signif ikan. Kondisi ini diperburuk oleh
melemahnya nilai t ukar rupiah t erhadap dollar AS sehingga harga emas pada pert engahan Februari 2009 di kot a Padang sempat melonjak di at as kisaran Rp
360 ribu per gram. Inf lasi kelompok Sandang pada bulan Februari 2009 juga
mengalami peningkat an yang signif ikan yait u dari 0,44 m-t -m pada bulan Januari 2009 menjadi 2,54 m-t -m pada bulan Februari 2009 Tabel 2.4.
Perubhn. Sumb.
Perubhn. Sumb.
Perubhn. Sumb.
Perubhn. Sumb.
Perubhn. Sumb.
Perubhn. Sumb.
UMUM TOTAL 0,99
0,99 0,85
0,85 0,21
0,21 -0,08
-0,08 0,68
0,68 -0,56
-0,56 Bahan Makanan
1,53 0,42
2,49 0,68
0,55 0,16
0,53 0,15
1,43 0,40
-2,56 -0,73
Makanan Jadi 2,71
0,48 0,73
0,13 0,82
0,15 0,11
0,02 0,89
0,16 0,33
0,06 Perumahan
0,17 0,03
0,03 0,00
0,10 0,02
-0,15 -0,03
0,14 0,03
0,05 0,01
Sandang 0,52
0,03 -0,01
0,00 0,98
0,06 0,44
0,02 2,54
0,15 0,48
0,03 Kesehatan
0,39 0,01
0,27 0,01
0,08 0,00
0,15 0,01
0,19 0,01
0,35 0,00
Pendidikan 0,08
0,01 0,14
0,01 0,28
0,02 0,03
0,00 0,15
0,01 0,00
0,00 Transportasi Komk
0,05 0,01
0,09 0,02
-1,06 -0,20
-1,36 -0,25
-0,47 -0,08
0,37 0,07
Sumber : BPS Sumbar, diolah. Menggunakan tahun dasar 2007.
2009 Jan
Feb Mar
Kelompok Barang Jasa 2008
Perkembangan Inflasi Bulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa m-t-m, Tabel 2.4
Des Okt
Nov
Pada t riw ulan I-2009 kelom pok bahan m akanan m engalam i def lasi sebesar 0,64 q-t -q set elah pada t riw ulan sebelum nya t ercat at
m engalam i inf lasi yang cukup t inggi yait u sebesar 4,62 q-t -q. Subkelompok yang memberikan sumbangan def lasi t erbesar pada kelompok
bahan makanan adalah subkelompok bumbu-bumbuan dengan def lasi sebesar 19,96 q-t -q. Hal ini t erlihat cukup kont ras jika dibandingkan dengan t riw ulan
33
Bank Indonesia Padang
sebelumnya, subkelompok bumbu-bumbuan just ru mengalami inf lasi t ert inggi sebesar 25,27 q-t -q. Selain it u, subkelompok lain yang mengalami def lasi pada
t riw ulan ini bert urut -t urut adalah subkelompok lemak dan minyak sebesar 6,81 q-t -q, subkelompok buah-buahan sebesar 6,38 q-t -q, subkelompok ikan
diaw et kan sebesar 3,25 q-t -q, subkelompok bahan makanan lainnya sebesar 2,04 q-t -q, dan subkelompok t elur, susu, dan hasil-hasilnya sebesar 0,96 q-t -
q. Sebaliknya, subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya mengalami lonjakan inf lasi yang cukup besar yait u 10,34 q-t -q Tabel 2.5. M eredanya
inf lasi pada kelompok bahan makanan ini diduga t ak lepas dari peran pelaksanaan PEM ILU Legislat if dimana banyak kalangan yang melakukan
kebijakan-kebijakan ekonomi kerakyat an demi mengangkat popularit asnya dit engah masyarakat . Akibat nya, banyak pihak mulai memberikan perhat ian lebih
banyak t erhadap ket ersediaan st ok bahan makanan besert a pergerakan harganya. Sehingga pergerakan harga kebut uhan pokok t erut ama pada bulan M aret 2009
menjelang pelaksanaan PEM ILU Legislat if di aw al April 2009 dapat dikat akan relat if st abil dan t erjaga. Padahal imbas dari masuknya masa panen raya
komodit as pangan biasanya baru dirasakan pada pembent ukan angka inf lasi di t riw ulan II.
M asih t ingginya curah hujan pada aw al t riw ulan I-2009 m enyebabkan pet ani kesulit an m enjem ur padi sehingga harga beras di sejum lah daerah
m erangkak naik dan m em icu t ingginya inf lasi pada subkelom pok padi- padian, um bi-um bian dan hasilnya. M ulai masuknya masa t anam sebagian
besar komodit as pangan di aw al t ahun t elah membuat pet ani banyak bergant ung pada st ok panen di bulan sebelumnya. Namun, kondisi cuaca yang kurang
mendukung dengan masih t ingginya curah hujan t elah menyebabkan pet ani mengalami kesulit an dalam menjemur padinya. Bahkan hasil panen 3 bulan yang
lalu juga t idak bisa dibaw a ke hueller karena masih belum layak unt uk digiling. Banyaknya st ok padi yang masih basah dan belum bisa dijemur ini membuat
pasokan beras ke berbagai pasar di kot a Padang menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan t erjadinya kelangkaan pada sejumlah jenis beras dan memicu harga
beras t erus naik. Bahkan kalangan pedagang di kot a Padang t erpaksa harus mendat angkan beras dari Jambi unt uk menambah st ok karena pasokan yang
semakin t erbat as. Sempat dilaporkan bahw a beras Jambi dengan w arna pirang dan hasil nasinya lunak sudah dijual dengan harga Rp10.000gant ang. Sement ara
beras Pesisir Selat an yang semula berharga Rp8.000gant ang kini menjadi Rp12.000gant ang. Beras kualit as I sepert i beras Padang Panjang, Bat usangkar,
Bank Indonesia Padang
34
Bukit t inggi dan Solok harganya sudah mencapai Rp12.500-Rp13.000gant ang. Sedangkan beras dengan harga Rp7.500-9.500gant ang sudah hilang sama sekali
dari pasaran
1
. Kendat i demikian, Operasi Pasar OP t idak dilakukan karena dat a perkembangan harga kebut uhan pokok yang t ercat at pada Diskoperindag
Sumbar menunjukkan bahw a harga beras berbagai jenis baru mengalami kenaikan sebesar 8,7-15,01 per kg. Sement ara it u, sesuai inst ruksi pemerint ah
pusat , OP baru akan dilakukan jika sudah t erjadi kenaikan harga sebesar 20-25 .
Di sisi lain, curah hujan yang t inggi m enyebabkan banyak t erjadi panen sayur-sayuran khususnya sayuran hijau. Set elah mengalami inf lasi sebesar
4,35 m-t -m di bulan Januari 2009, subkelompok sayur-sayuran mengalami def lasi bert urut -t urut pada bulan Februari dan M aret 2009 masing-masing sebesar
0,72 m-t -m dan 3,38 m-t -m. M edia massa lokal melaporkan bahw a harga berbagai sayuran hijau sepert i bayam, kangkung, dan daun ubi unt uk ikat an kecil
masih Rp1.000ikat dan ikat an besar Rp2.000ikat . Harga saw i dan selada juga dijual Rp1.000ikat sedangkan ment imun Rp1.000onggok unt uk ukuran kecil dan
Rp1.500-Rp2.500onggok unt uk ukuran agak besar
2
.
Subkelom pok bum bu-bum buan yang sem pat m endom inasi inf lasi pada t riw ulan IV-2008 kini just ru berbalik m engalam i def lasi yang sangat
besar. Berdasarkan dat a monit oring harga Biro Perekonomian Sumbar, harga
cabai merah dan baw ang merah yang sempat melonjak pada akhir Januari sampai aw al Februari 2009 sudah beranjak t urun dan relat if st abil pada kisaran Rp10.000-
Rp15.000kg. Bahkan di bulan M aret 2009, cabe merah t ercat at memberikan sumbangan def lasi yang dominan yait u sebesar 0,49 .
M ulai m em baiknya harga CPO di pasar dunia, m em buat harga m inyak goreng di pasar dom est ik t erus m erangkak naik. M eskipun secara
t riw ulanan subkelompok lemak dan minyak mengalami def lasi sebesar 6,81 m-
t -m, mulai naiknya harga minyak goreng sebagai produk t urunan CPO
mengindikasikan akan t erjadinya inf lasi pada subkelompok ini. Hal ini t ampak pada pergerakan inf lasi bulanan subkelompok ini dimana set elah mengalami
def lasi selama dua bulan bert urut -t urut yait u sebesar 3,47 m-t -m di bulan Januari 2009 dan 3,61 m-t -m di bulan Februari 2009, subkelompok lemak dan
minyak kembali mengalami inf lasi sebesar 0,14 m-t -m di bulan M aret 2009. Sepert i dikut ip dari harian lokal bahw a harga minyak goreng curah kembali naik
set elah beberapa w akt u lalu sempat menyent uh angka Rp7.600kg. Saat ini, harga
1
Singgalang, 14 Februari 2009
2
Singgalang, 6 M aret 2009
35
Bank Indonesia Padang
minyak goreng curah dijual dengan harga Rp8.000-8.500kg dimana harga Rp8.000kg merupakan pat okan harga grosir. M ahalnya harga minyak goreng
curah juga berimbas pada harga minyak kelapa yang semula dijual dengan harga Rp11.000kg menjadi Rp12.000kg. Warga berharap agar harga minyak goreng
curah dapat kembali ke posisi Rp6.000kg
3
.
Okt Nov
Des TW.IV
Jan Feb
Mar TW.I
Bahan Makanan 1,53
2,49 0,55
4,62 0,53
1,43 -2,56
-0,64 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya
3,21 1,85
-0,22 4,89
1,56 10,13
-1,35 10,34
Daging dan Hasil-hasilnya 0,45
3,93 -1,05
3,30 0,84
2,19 -2,44
0,54 Ikan Segar
9,33 -2,89
-2,60 3,41
0,05 2,11
1,71 3,90
Ikan Diawetkan -0,72
6,37 1,62
7,31 1,96
-3,40 -1,77
-3,25 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya
0,99 -0,40
-2,00 -1,42
-0,60 -0,05
-0,31 -0,96
Sayur-sayuran 0,86
1,47 -3,25
-0,99 4,35
-0,72 -3,38
0,09 Kacang - kacangan
-0,56 -1,12
0,03 -1,64
-0,02 0,04
0,61 0,64
Buah - buahan 0,47
-2,12 4,80
3,06 -2,48
-3,71 -0,31
-6,38 Bumbu - bumbuan
-11,31 25,80
12,28 25,27
0,99 -6,69
-15,06 -19,96
Lemak dan Minyak 4,00
-3,93 -1,06
-1,15 -3,47
-3,61 0,14
-6,81 Bahan Makanan Lainnya
0,19 0,79
0,12 1,10
-0,14 -0,03
-1,88 -2,04
Sumber : BPS Sumbar, diolah. Menggunakan tahun dasar 2007.
Tabel 2.5 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan m-t-m,
2008 Kelompok Subkelompok
Tekanan inf lasi kelom pok m akanan jadi, m inum an, rokok, dan t em bakau m ulai m enurun pada t riw ulan I-2009 dari 4,31 q-t -q m enjadi 1,34 q-
t -q. Sepanjang t riw ulan I-2009 ini semua subkelompok yang ada mengalami
f lukt uasi inf lasi dengan kecenderungan peningkat an inf lasi di bulan Februari 2009. Inf lasi t ert inggi t erjadi pada subkelompok minuman t idak beralkohol yait u
sebesar 6,12 q-t -q at au mengalami peningkat an yang cukup t inggi jika dibandingkan t riw ulan sebelumnya yang sebesar 2,16 q-t -q. Sement ara it u,
subkelompok t embakau dan minuman beralkohol hanya mengalami inf lasi di bulan Februari 2009 sebesar 1,35 m-t -m.
Sepanjang t riw ulan I-2009, kom odit as yang dom inan m em berikan sum bangan inf lasi pada kelom pok m akanan jadi, m inum an, rokok, dan
t em bakau adalah gula pasir bert urut -t urut sebesar 0,02 pada Januari 2009, 0,07 pada Februari 2009 dan 0,03 pada M aret 2009. Harga gula
pasir yang sempat berada dikisaran Rp6.500kg pada aw al Januari 2009 t erus beranjak naik hingga menjadi Rp8.700kg pada akhir M aret 2009. Gula pasir
dengan harga Rp8.700kg merupakan gula pirang sedangkan harga gula pasir put ih menjadi Rp8.500kg
4
. M enurut Deput i M ent eri Perekonomian Bidang Kelaut an dan Perikanan, Bayu Krishnamurt i ada dua penyebab kenaikan gula
3
Singgalang, 11 M aret 2009
4
Singgalang, 30 M aret 2009
Bank Indonesia Padang
36
dalam dua bulan t erakhir ini. Pert ama, gangguan cuaca buruk yait u gelombang t inggi yang mengganggu pasokan gula ke luar Jaw a dimana st ok gula 80 persen
berada di Pulau Jaw a. M asalah kedua adalah gangguan pasokan dari gula raf inasi unt uk indust ri menengah. Indust ri menengah yang t idak dapat menjadi import ir
t erdaf t ar memilih unt uk menggunakan gula konsumsi sehingga permint aan t erhadap gula menjadi t inggi yang kemudian memicu harga menjadi naik
5
.
Okt Nov
Des TW.IV
Jan Feb
Mar TW.I
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 2,71
0,73 0,82
4,31 0,11
0,89 0,33
1,34 Makanan Jadi
2,74 0,86
1,26 4,93
0,00 0,20
0,10 0,30
Minuman yang Tidak Beralkohol 0,95
0,82 0,37
2,16 0,85
3,22 1,94
6,12 Tembakau dan Minuman Beralkohol
3,57 0,36
0,00 3,95
0,00 1,35
0,00 1,35
Sumber : BPS Sumbar, diolah. Menggunakan tahun dasar 2007.
Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau m-t-m,
2008 Kelompok Subkelompok
Tekanan inf lasi kelom pok perum ahan, air, list rik, gas bahan bakar pada t riw ulan laporan kem bali m engalam i perlam bat an. Inf lasi kelompok
perumahan, air, list rik, gas bahan bakar pada t riw ulan I-2009 sebesar 0,03 q- t -q at au kembali menurun dibandingkan t riw ulan sebelumnya yang t ercat at
sebesar 0,30 q-t -q. Laju inf lasi t ert inggi pada kelompok ini berasal dari subkelompok perlengkapan rumah t angga inf lasi 1,49 q-t -q, dan subkelompok
penyelenggaraan rumah t angga inf lasi 0,61 q-t -q. Sebaliknya, subkelompok bahan bakar, penerangan dan air mengalami sert a subkelompok biaya t empat
t inggal mengalami def lasi masing-masing sebesar 0,32 q-t -q dan 0,06 q-t -q Tabel 2.7.
Turunnya harga m at erial bangunan pada Januari 2009 sem pat m em icu def lasi pada subkelom pok biaya t em pat t inggal sebesar 0,26 m -t -m .
Turunnya harga BBM berdampak pada penurunan harga sejumlah bahan mat erial bangunan. Penurunan harga mat erial it u berkisar ant ara 10-30 persen, sepert i
besi, t riplek, kayu dan bat a. Namun harga sejumlah mat erial lain sepert i hollow brick mengalami kenaikan
6
. Sebaliknya, adanya isu kelangkaan semen yang t erjadi pada pert engahan Februari 2009 kembali memicu inf lasi pada
subkelompok biaya t empat t inggal bert urut -t urut sebesar 0,17 m-t -m di bulan Februari 2009 dan 0,03 m-t -m di bulan M aret 2009. M edia masa lokal
melaporkan bahw a persediaan semen dit ingkat pedagang dan pengecer makin menipis. Bahkan ada sejumlah pedagang yang t idak lagi menjual semen karena
5
w w w .kompas.com , 16 Februari 2009
6
Padang Ekspres, 4 Januari 2009
37
Bank Indonesia Padang
kehabisan st ok. Penyebab kelangkaan diduga karena besarnya permint aan. Sebagian pengecer mulai menjual semen dengan harga Rp49.000-50.000zak
padahal dalam seminggu lalu harga semen masih berada dikisaran Rp48.000zak
7
.
Okt Nov
Des TW.IV
Jan Feb
Mar TW.I
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 0,17
0,03 0,10
0,30 -0,16
0,14 0,05
0,03 Biaya Tempat Tinggal
0,23 0,04
0,14 0,41
-0,26 0,17
0,03 -0,06
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,10
0,00 -0,34
-0,24 -0,10
-0,23 0,01
-0,32 Perlengkapan Rumahtangga
0,00 0,00
1,83 1,83
0,33 1,15
0,01 1,49
Penyelenggaraan Rumahtangga 0,19
0,07 0,03
0,28 -0,09
0,43 0,27
0,61
Sumber : BPS Sumbar, diolah. Menggunakan tahun dasar 2007.
Tabel 2.7 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar m-t-m,
Kelompok Subkelompok 2008
Kelom pok Sandang m engalam i lonjakan inf lasi yang cukup t inggi pada t riw ulan I-2009 yait u dari 1,49 q-t -q m enjadi 3,48 q-t -q. Inf lasi
t ert inggi pada kelompok sandang t erjadi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 16,07 q-t -q. Sement ara subkelompok sandang laki-laki
dan sandang anak-anak juga mengalami inf lasi dengan besaran yang relat if masih rendah yait u masing-masing sebesar 0,17 q-t -q dan 0,12 q-t -q. Sebaliknya,
subkelompok sandang w anit a pada t riw ulan laporan just ru mengalami def lasi sebesar 0,25 q-t -q. M elemahnya daya beli masyarakat diperkirakan t urut
menjadi penyebab rendahnya inf lasi yang t erjadi pada subkelompok sandang, baik laki-laki, w anit a, maupun anak-anak. Subkelompok sandang laki-laki yang
sempat mengalami kenaikan harga sebesar 0,17 m-t -m di bulan Januari 2009, kembali st abil pada dua bulan berikut nya yang dit andai dengan laju inf lasi
sebesar 0 m-t -m. Subkelompok sandang w anit a bahkan sempat mengalami def lasi di bulan Januari 2009 sebesar 0,28 m-t -m, meskipun pada bulan
berikut nya kembali mengalami inf lasi t et api dengan besaran yang relat if kecil yait u bert urut -t urut sebesar 0,02 m-t -m dan 0,01 m-t -m. Sebaliknya,
t ekanan inf lasi kelompok sandang anak-anak just ru mulai menunjukkan adanya peningkat an bert urut -t urut sebesar 0,00 m-t -m, 0,01 m-t -m, dan 0,11 m-
t -m Tabel 2.8.
Tekanan inf lasi yang cukup t inggi pada subkelom pok barang pribadi dan sandang lainnya bersum ber dari f lukt uasi harga em as perhiasan yang
t erjadi sepanjang t riw ulan laporan. Pada bulan Januari 2009, subkelompok
barang pribadi dan sandang lainnya mengalami inf lasi sebesar 2,17 m-t -m. Angka inf lasi ini melonjak secara signif ikan pada bulan berikut nya menjadi
7
Padang Ekspres, 20 Februari 2009
Bank Indonesia Padang
38
11,47 m-t -m. Emas perhiasan sendiri t ercat at selalu menjadi komodit as penyumbang inf lasi pada kelompok sandang dengan sumbangan bert urut -t urut
sebesar 0,03 , 0,15 , dan 0,03 . Tingginya permint aan emas dunia sebagai alt ernat if invest asi t elah memicu harga emas di pasar int ernasional t erus
meningkat . Pada minggu ket iga bulan Februari 2009 harga emas sempat menyent uh level t ert inggi dalam kurun w akt u 5 t ahun t erakhir yait u hampir
mencapai US1,000t roy ounce. Kondisi ini diperburuk dengan melemahnya nilai t ukar rupiah yang sempat menembus level Rp12.000 per dollar AS. Pada t anggal
23 Februari 2009, harga emas di kot a Padang berada dalam posisi t ert inggi yakni mencapai Rp940.000emas 1 emas=2,5 gram. M elonjaknya harga emas ini t elah
membuat masyarakat kot a Padang berbondong-bondong menjual st ok emas yang dimilikinya. Akibat nya,
t oko emas kembali harus menyiapkan st ok uang unt uk membeli emas dimana t oko mas dengan skala kecil hingga sedang harus
menyediakan dana hingga rat usan jut a rupiah, sement ara t oko mas besar harus menyediakan dana hingga milyaran rupiah
8
.
Okt Nov
Des TW.IV
Jan Feb
Mar TW.I
Sandang 0,52
-0,01 0,98
1,49 0,44
2,54 0,48
3,48 Sandang Laki-laki
-0,28 -0,16
-0,18 -0,61
0,17 0,00
0,00 0,17
Sandang Wanita 0,60
-0,37 0,00
0,23 -0,28
0,02 0,01
-0,25 Sandang Anak-anak
-0,02 -0,33
-0,03 -0,38
0,00 0,01
0,11 0,12
Barang Pribadi dan Sandang Lain 2,07
1,08 4,95
8,27 2,17
11,47 1,91
16,07
Sumber : BPS Sumbar, diolah. Menggunakan tahun dasar 2007.
Tabel 2.8 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang m-t-m,
2008 Kelompok Subkelompok
Kelom pok kesehat an kem bali m engalam i penurunan t ekanan inf lasi pada t riw ulan I-2009 yait u dari 0,73 q-t -q m enjadi 0,70 q-t -q. Kendat i
demikian, sepanjang t riw ulan I-2009 inf lasi kelompok kesehat an cenderung mengalami peningkat an yait u bert urut -t urut sebesar 0,15 m-t -m di bulan
Januari 2009, 0,19 m-t -m di bulan Februari 2009, dan 0,35 m-t -m di bulan M aret 2009. Sepert i t ert era pada t abel 2.9, subkelompok jasa kesehat an dan jasa
peraw at an jasmani t idak mengalami pergerakan harga sejak t riw ulan IV-2008. Adanya kebijakan Pemko Padang yang memberikan pengobat an grat is dit ambah
ongkos t ransport asi sebesar Rp2.000 unt uk set iap w arga yang berobat di Puskesmas t ampak t elah mampu menahan pergerakan harga dari subkelompok
jasa kesehat an. Sement ara it u, f lukt uasi harga t erjadi pada subkelompok obat - obat an yait u sebesar 1,03 m-t -m di bulan Januari 2009, 0,06 m-t -m di bulan
8
Singgalang, 24 Februari 2009
39
Bank Indonesia Padang
Februari 2009, dan 0,74 m-t -m di bulan M aret 2009. Adanya program pemerint ah unt uk memberikan subsidi bagi jaminan pasar obat generik dan
bahan baku obat generik belum mampu menahan pergerakan harga dari subkelompok ini.
Okt Nov
Des TW.IV
Jan Feb
Mar TW.I
Kesehatan 0,39
0,27 0,08
0,73 0,15
0,19 0,35
0,70 Jasa Kesehatan
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
Obat-obatan 2,18
0,37 0,00
2,55 1,03
0,06 0,74
1,84 Jasa Perawatan Jasmani
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 0,03
0,45 0,18
0,66 -0,06
0,42 0,49
0,85
Sumber : BPS Sumbar, diolah. Menggunakan tahun dasar 2007.
Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan m-t-m, Tabel 2.9
2008 Kelompok Subkelompok
Inf lasi t ert inggi pada kelom pok pendidikan, rekreasi olahraga berasal dari subkelom pok kursus-kursus dan pelat ihan sebesar 2,21 q-t -q.
Inf lasi pada subkelompok kursus-kursus dan pelat ihan t erjadi hanya di bulan
Januari 2009 yang disebabkan oleh dimulainya pembukaan kelas baru. Hal ini dapat dilihat dari besarnya sumbangan inf lasi komodit as bimbingan belajar
sebesar 0,01 pada bulan ini. Pada bulan Februari dan M aret 2009 t ampak t idak t erjadi lagi pergerakan harga pada subkelompok ini.
Selain dikarenakan belum m asuknya m asa libur sekolah, m elem ahnya daya beli m asyarakat m em buat subkelom pok rekreasi m engalam i def lasi
sebesar 0,79 m-t -m pada t riw ulan laporan. Sepanjang t riw ulan I-2009,
t idak ada pergerakan harga yang t erjadi pada subkelompok rekreasi. Bahkan pada bulan Februari 2009 t erjadi def lasi pada subkelompok ini sebesar 0,79 m-
t -m. Sement ara it u, subkelompok pendidikan dan subkelompok olahraga t idak mengalami pergerakan harga sejak t riw ulan IV-2008.
Set elah m engalam i def lasi pada bulan Januari 2009 sebesar 0,88 m -t - m , subkelom pok perlengkapanperalat an pendidikan kem bali m engalam i
inf lasi sebesar 1,82 m-t -m. M ulai masuknya masa persiapan ujian akhir
nasional yang jat uh pada bulan April 2009 t ampak mulai mempengaruhi pembent ukan harga komodit asjasa pada subkelompok ini. Selain it u,
melemahnya nilai t ukar rupiah t erhadap mat a uang asing juga t urut memicu adanya pergerakan inf lasi pada subkelompok ini. Berdasarkan pant auan BPS,
komodit as yang dominan menyumbangkan inf lasi pada subkelompok ini adalah lapt opnot ebook sebesar 0,02 .
Bank Indonesia Padang
40
Okt Nov
Des TW.IV
Jan Feb
Mar TW.I
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0,08
0,14 0,28
0,50 0,03
0,15 0,00
0,18 Pendidikan
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
Kursus-kursus Pelatihan 0,00
0,00 0,00
0,00 2,21
0,00 0,00
2,21 Perlengkapan Peralatan Pendidikan
0,50 0,76
0,00 1,27
-0,88 1,82
0,00 0,92
Rekreasi 0,02
0,13 1,85
1,99 0,00
-0,79 0,00
-0,79 Olahraga
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
Sumber : BPS Sumbar, diolah. Menggunakan tahun dasar 2007.
Tabel 2.10 Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga m-t-m,
2008 Kelompok Subkelompok
Kelom pok t ransport asi, kom unikasi, dan jasa keuangan kem bali m engalam i def lasi yang lebih besar dibandingkan t riw ulan sebelum nya
yait u dari 0,93 q-t -q m enjadi 1,46 q-t -q sebagai dam pak kebijakan pem erint ah unt uk kem bali m enurunkan harga BBM bersubsidi dan t arif
angkut an um um . Penurunan harga BBM bersubsidi khususnya unt uk jenis bensin
premium unt uk ket iga kalinya pada pert engahan Januari 2009 yang diikut i oleh penurunan t arif angkut an, langsung menyebabkan def lasi yang t erjadi pada
subkelompok t ranspor di bulan Januari 2009 sebesar 1,83 m-t -m. Def lasi inipun kembali berlanjut di bulan Februari 2009 sebesar 0,87 m-t -m. Namun demikian,
di bulan M aret 2009 subkelompok t ranspor kembali mengalami inf lasi sebesar 0,50 m-t -m.
Sement ara it u, subkelompok sarana dan penunjang t ranspor hanya mengalami inf lasi di bulan Februari 2009 sebesar 2,79 m-t -m.
Sebaliknya, sepanjang t riw ulan I-2009, subkelompok komunikasi dan pengiriman sert a subkelompok jasa keuangan t idak mengalami pergerakan harga.
M enyikapi penurunan harga BBM , Dinas Perhubungan Dishub Sum bar m enurunkan t arif angkut an kot a dalam provinsi AKDP sebesar 11
persen m ulai t anggal 16 Januari 2009. Hal ini diperkuat dengan Surat
Keput usan Gubernur Nomor 1 t ahun 2009 t ent ang penerapan t arif bat as at as dan baw ah angkut an penumpang dan bus umum. Namun demikian, penurunan t arif
ini hanya berlaku unt uk bus AKDP karena t arif angkut an kot a, angkut an pedesaan dan t ravel diat ur oleh perda masing-masing daerah
9
. Kendat i demikian, dalam penerapannya masih banyak sopir angkut an umum yang merasa keberat an
dengan ket et apan baru t ersebut sehinggga ef ekt ivit as penurunan t arif angkut an menjadi kurang dapat dirasakan oleh masyarakat pengguna jasa angkut an umum.
Sement ara it u, Koperasi Angkut an Barang Pelabuhan Kopanbapel Telukbayur
9
Singgalang, 16 Januari 2009
41
Bank Indonesia Padang
juga menurunkan t arif angkut sebesar 6 . Penurunan t arif ini sebagai bukt i respons dari permint aan DPW Gaf eksi Gabungan Forw arder dan Ekspedisi
Indonesia Sumbar. Penurunan 6 berlaku unt uk t iap zonajarak angkut an baik bagi jarak t erdekat 0-2 km hingga jarak t erjauh 0-25 km
10
.
Okt Nov
Des TW.IV
Jan Feb
Mar TW.I
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,05
0,09 -1,06
-0,93 -1,36
-0,47 0,37
-1,46 Transpor
0,06 -0,98
-1,43 -2,34
-1,83 -0,87
0,50 -2,20
Komunikasi Dan Pengiriman 0,00
4,91 0,00
4,91 0,00
0,00 0,00
0,00 Sarana dan Penunjang Transpor
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 2,79
0,00 2,79
Jasa Keuangan 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00
Sumber : BPS Sumbar, diolah. Menggunakan tahun dasar 2007.
Tabel 2.11 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan m-t-m,
2008 Kelompok Subkelompok
10
Padang Ekspres, 7 Februari 2009
Bank Indonesia Padang
42
Halaman ini sengaja dikosongkan
B O
K S
Model Inflasi Harga Komoditas di Kota Padang
1. Latar Belakang
Inflasi merupakan suatu fenomena di mana terjadi kenaikan harga barang secara umum dan berlangsung secara terus menerus. Dalam Boediono 1995, pengaruh inflasi dapat memiliki
dampak positif atau negatif tergantung seberapa parah atau tidaknya tingkat inflasi tersebut . Inflasi
yang ringan atau moderat akan membuat perekonomian menjadi bergairah karena dapat mendorong laju investasi yang kemudian membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi
pengangguran dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpasian bagi para pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan
untuk melaksanakan konsumsi, investasi, dan produksi yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, pengendalian inflasi untuk mencapai kestabilan harga
barang dan jasa merupakan prasyarat penting dalam menciptakan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengendalian inflasi di daerah tidak cukup hanya melalui kebijakan moneter yang berskala nasional
seperti dengan penetapan BI-rate sebagai suku bunga acuan dengan tujuan menekan laju inflasi. Sebagaimana diketahui, inflasi nasional pada dasarnya merupakan gabungan dari inflasi di seluruh
daerah. Permasalahan inflasi daerah yang sebagian besar bersifat non-moneter membutuhkan koordinasi yang baik antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Daerah melalui dinas atau instansi
terkait. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komoditas apa saja yang secara
signifikan mempengaruhi laju inflasi kota Padang dengan memanfaatkan data monitoring pergerakan harga dari Biro Perekonomian Sumatera Barat. Setelah didapatkan komoditas yang
dimaksud selanjutnya akan dibentuk sebuah model regresi berganda yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya tingkat inflasi atau deflasi yang akan terjadi pada bulan yang
bersangkutan. Jenis data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder yang merupakan data harga
bulanan dari beberapa komoditas yang diperkirakan menjadi penyumbang inflasi di kota Padang mulai periode 2003:1 sampai 2008:12. Komoditas yang dimaksud adalah beras, cabe merah, telur
ayam ras, gula pasir, tepung terigu, minyak goreng curah, ayam ras, daging sapi, minyak tanah, emas dan semen.
Untuk membangun model regresi berganda maka langkah awal yang dilakukan adalah menentukan variable dependen dan independen yang akan digunakan.
Dalam studi ini variable dependen adalah variable IHK kota Padang yang telah disetarakan menggunakan tahun dasar 2007. Selanjutnya variable independen 11 komoditas yang
diperkirakan dapat mempengaruhi pergerakan IHK dimasukkan secara bersama-sama kedalam model.
Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5: Ekonomi Moneter, BPFE Yogyakarta, 1995.
2. Teori dan Studi Literatur 2.1.
Teori Pembentukan Inflasi
Mengacu pada teori ekonomi Neo-Keynesian dalam Gordon 1997
†
pendekatan determinan inflasi Indonesia dapat dijelaskan melalui inflasi permintaan, inflasi
penawaran, dan ekspektasi inflasi. Pendekatan model pembentukan inflasi ini dikenal juga dengan istilah Expectation-Augmented Phillips Curve. Inflasi permintaan direfleksikan
sebagai pergerakan sepanjang kurva Phillips sedangkan inflasi penawaran dan ekspektasi inflasi direfleksikan sebagai pergeseran kurva Phillips sehingga mengubah trade-off antara
inflasi dan pertumbuhan ekonomi atau tingkat pengangguran
‡
.
Inflasi Permintaan demand-pull inflation
Jenis inflasi ini biasa dikenal sebagai Phillips Curve Inflation, yaitu merupakan inflasi yang dipicu oleh interaksi permintaan dan penawaran domestik jangka panjang.
Dalam hal ini kebijakan moneter merupakan salah satu determinan penting pada jenis inflasi ini melalui pengaruhnya terhadap konsumsi, produksi dan investasi. Faktor-faktor
lain yang juga mempengaruhi adalah perubahan gradual atau kejutan kebijakan fiskal, permintaan luar negeri, perubahan perilaku konsumen dan produsen serta tingkat dan
pertumbuhan efisiensi dan produktivitas perekonomian.
Inflasi Penawaran cost-push inflation
Cost-push inflation atau juga bisa disebut supply-shock inflation merupakan inflasi penawaran yang disebabkan oleh kenaikan pada biaya produksi atau biaya pengadaan
barang dan jasa. Inflasi penawaran ini mencakup supply shocks inflation yang memicu kenaikan harga penawaran barang. Faktor shocks yang memicu inflasi ini adalah kenaikan
harga komoditas internasional
—termasuk harga minyak mentah dunia, kenaikan harga komoditas yang harganya dikontrol pemerintah, kenaikan atau penurunan harga bahan
makanan akibat gangguan produksi yang disebabkan oleh gangguan iklim, perubahan harga barang impor akibat dari terjadinya perubahan nilai tukar, dan kenaikan inflasi luar
negeri.
Ekspektasi Inflasi
Faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang dapat bersikap adaptif atau forward looking. Ekspektasi inflasi merupakan determinan inflasi yang
berperan penting secara subyektif dalam pembentukan harga dan upah. Jika pelaku ekonomi menilai bahwa berdasarkan pengalaman inflasi masa lalu inflasi akan tetap terjadi
atau bertahan, maka pelaku ekonomi tersebut akan menaikkan harga, meskipun prospek ekonomi tidak menunjukkan sinyal akan terjadi tekanan permintaan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa espektasi inflasi pada dasarnya dibentuk oleh pandangan subyektif dari pelaku ekonomi mengenai apa yang akan terjadi ke depan. Perilaku pembentukan
†
Robert J. Gordon, ―The Time-Varying NAIRU and its Implications for Economic Policy‖. Journal of Economic Perspectives
– Vol. 11, No.1, 1997, hlm. 11-32.
‡
Lihat Akhris Hutabarat, ―Determinan Inflasi di Indonesia,‖ Occasional Paper, Biro Riset Ekonomi, Bank Indonesia, Juni 2005.
ekspektasi inflasi ini disebut ekspektasi inflasi adaptif, yang terbentuk dari peristiwa- peristiwa ekonomi di masa lalu yang mengakibatkan inflasi menjadi persisten.
2.2.
Studi Literatur
Dengan mempelajari pengalaman 14 negara berkembang selama periode 1980-an dan 1990-an, Mohanty and Klau 2001
§
menemukan bahwa shock penawaran eksogen, khususnya harga makanan, merupakan penentu penting variabilitas inflasi. Harga makanan
biasanya merupakan bagian yang besar dalam pembentukan Indeks Harga Konsumen IHK di negara berkembang. Selain itu harga makanan sangat volatile karena dipengaruhi
cuaca dan restriksi perdagangan. Faktor permintaan yang didekati dengan menggunakan kesenjangan output, dan kelebihan uang excess money tidak memainkan peran yang
besar. Namun demikian, pertumbuhan upah dan perubahan nilai tukar memiliki pengaruh terhadap volatilitas inflasi di banyak negara. Penelitian ini juga menemukan bahwa
persistensi inflasi memainkan peran penting dalam menjelaskan tingkat dan variasi inflasi.
Marhastari dan Miranti 2008 dalam penelitiannya mengemukaan bahwa ekspektasi inflasi, output gap, nilai tukar RpUSD, dan dummy Idul Fitri berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat inflasi inti pada periode 2004-2007. Sedangkan untuk menganalisis inflasi volatile food digunakan variabel ekspektasi volatile food, produksi
padi Kota Tasikmalaya, dan produksi padi Kabupaten Ciamis sebagai salah satu pemasok kebutuhan beras di Kota Tasikmalaya. Variabel ekspektasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat inflasi volatile food, sedangkan variabel produksi padi yang merupakan proxy dari komoditas beras sebagai komoditas penyumbang terbesar kelompok
bahan makanan berpengaruh negatif. Hal ini berarti bahwa penurunan produksi padi akan meningkatkan inflasi volatile food.
Sementara itu Wimanda 2006 dalam studinya mengenai inflasi regional di
Indonesia juga menemukan bahwa setelah krisis ekonomi tingkat volatilitas inflasi di daerah menjadi lebih tinggi. Selain itu, antara inflasi-inflasi daerah dengan inflasi nasional
tidak menunjukkan adanya konvergensi sehingga pola pergerakannya seringkali berbeda dari pergerakan inflasi nasional. Hal inilah yang dapat mengakibatkan kebijakan moneter
tidak secara penuh efektif dalam menekan laju inflasi di daerah
.
3. Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan 3.1. Kesimpulan
Berdasarkan model inflasi harga komoditas yang dibentuk, komoditas yang secara signifikan mempengaruhi pembentukan IHK kota Padang adalah nilai IHK itu sendiri pada waktu
sebelumnya, harga beras, harga daging ayam ras, harga cabe, dan harga minyak tanah. Jika diurutkan dari besarnya nilai koefisien regresi maka nilai IHK lag1 merupakan variable yang
§
Mohanty, M.S. and M. Klau 2001, ―What determines inflation in emerging market countries?‖ BIS papers No 8. Modeling aspects of the inflation process and the monetary transmission mechanism in emerging
market countries. Lihat selengkapnya pada Rizki E.
Wimanda, ―Regional Inflation in Indonesia: Characteristic, Convergence, and Determinants,‖ Bank Indonesia Working Paper, No.13, Oktober 2006.
paling besar dalam mempengaruhi pergerakan IHK kota Padang, diikuti oleh harga minyak tanah, daging ayam ras, beras, dan cabe.
Besarnya pengaruh variable IHK lag 1 dalam pembentukan IHK kota Padang menunjukkan bahwa variable ekspektasi inflasi yang di proxy dengan IHK lag1 merupakan determinan
utama inflasi di kota Padang. Hal ini juga menunjukkan bahwa perilaku inflasi masyarakat kota Padang masih bersifat adaptif backward looking.
Hasil estimasi menggunakan model proyeksi inflasi berhasil menghasilkan nilai deviasi yang relatif kecil yaitu rata-rata sebesar 0,63. Hal ini menandakan bahwa model yang dibangun
sudah cukup baik dalam menggambarkan pergerakan inflasi yang ada. Hasil proyeksi menggunakan model inflasi harga komoditas menunjukkan bahwa trend laju
inflasi tahunan kota Padang sepanjang triwulan I-2009 cenderung mengalami perlambatan. Perlambatan ini akan berlanjut hingga bulan April 2009. Meredanya tekanan inflasi lebih
disebabkan tidak adanya gejolak yang berarti pada kelompok bahan makanan sebagai penyumbang inflasi terbesar kota Padang. Telah masuknya musim panen untuk beberapa
komoditas bahan pokok serta didukung oleh kondisi cuaca yang relatif baik turut menunjang menurunnya tekanan inflasi pada periode ini.
3.2. Implikasi Kebijakan