44
Berdasarkan matrik SWOT yang telah disusun, didapatkan perumusan alternatif strategi yang sesuai untuk CV Mekar Abadi sebagai berikut.
1. Alternatif strategi SO Strength-Opportunity : a. Peningkatan kualitas produk kayu lapis dengan program produksi bersih dapat memperluas
pasar. b. Pengembangan teknologi seperti inovasi, modifikasi, dan pengontrolan mesin dapat
meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku serta meminimalkan limbah. c. Peningkatan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan sistem K3 melalui program
produksi bersih. 2. Alternatif strategi ST Strength-Threat :
a. Peningkatan kualitas kayu lapis melalui penerapan program produksi bersih sehingga meningkatkan efisiensi bahan baku dan energi serta meminimalkan limbah.
b. Dukungan pemerintah daerah melalui penetapan kebijakan, hukum serta penghargaan yang tepat terhadap industri yang melakukan pengendalian limbah.
3. Alternatif strategi WO Weakness-Opportunity : a. Peningkatan pengendalian limbah serta perhitungan volume dan biaya pengendalian
limbah. b. Penyusunan SOP dan peningkatan manajemen operasional sehingga efisiensi bahan baku
dapat tercapai. c. Mengadakan training terhadap karyawan dan penggunaan sertifikasi sehingga dapat
memperluas pasar. 4. Alternatif strategi WT Weakness-Threat :
a. Penerapan program produksi bersih melalui pengembangan teknologi, efisiensi bahan baku dan energi, good housekeeping, serta meminimalkan limbah.
b. Peran pemerintah melalui kebijakan yang mendukung program produksi bersih. Alternatif strategi SWOT tersebut dapat dipilih dan disesuaikan dengan posisi CV Mekar
Abadi dalam matriks kuadran SWOT.
4.2.2.3.2 Proses Hierarki Analitik
Selain berhubungan dengan faktor internal dan eksternal yang terkait dengan industri kayu lapis, analisis politik juga berguna untuk menentukan alternatif strategi program produksi bersih yang
akan diimplementasikan dalam industri kayu lapis. Sebelumnya dilakukan penentuan beberapa alternatif strategi program produksi bersih yang ditinjau dari kondisi industri kayu lapis CV Mekar
Abadi dan juga didiskusikan dengan pakar. Berdasarkan hasil strategi pada analisis SWOT, selanjutnya dapat diringkas menjadi empat alternatif strategi program produksi bersih yang dapat
dijadikan acuan dalam implementasi produksi bersih. Keempat alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 16.
45
Tabel 16. Alternatif strategi produksi bersih untuk meningkatkan produktivitas kayu lapis
No Alternatif strategi program produksi bersih
1 Pengembangan kelembagaan untuk sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan
peningkatan kualitas kayu lapis berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 1a, 1c, 2a, 3b, 3c, 4a
2 Pengembangan transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu berkaitan dengan
alternatif strategi SWOT 1b, 3a, 4a 3
Penetapan instrumen kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan program produksi bersih berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 2b, 4b
4 Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih berkaitan dengan alternatif strategi
SWOT 2b
Keempat alternatif strategi tersebut dianalisis dengan AHP Analytical Hierarchy Process. Langkah pertama dalam analisis AHP yaitu membuat struktur hierarki yang sesuai dengan tujuan dan
saling berikatan dengan faktor, aktor, maupun alternatif strateginya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penentuan alternatif strategi program produksi bersih yaitu memaksimalkan produktivitas kayu lapis
dengan penerapan strategi produksi bersih. Faktor yang berpengaruh yaitu modal atau investasi dari industri kayu lapis, teknologi yang digunakan, dan kebijakan pemerintah daerah. Aktor yang
berkaitan secara internal maupun eksternal adalah industri kayu lapis, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Struktur hierarki menjadi acuan penentuan nilai berdasar tingkat kepentingan dari elemen- elemen yang dibandingkan diatas oleh responden. Penilaian ini didasarkan pada metode perbandingan
berpasangan pairwise comparisons. Nilai perbandingan yang digunakan adalah skala 1-9. Penilaian dilakukan oleh tiga orang pakar yang dapat dilihat pada Lampiran 8, sedangkan bentuk kuisioner
metode perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 10. Penggabungan hasil penilaian ketiga orang pakar menggunakan AHP. Software AHP yang digunakan yaitu Expert Choice 2000.
TUJUAN
FAKTOR
AKTOR
STRATEGI
Gambar 24. Struktur hierarki dan hasil bobot agregat Sosialisasi serta
pelatihan penerapan
produksi bersih dan peningkatan
kualitas kayu lapis 0.465
Pengembangan transfer
teknologi dan pengendalian
limbah terpadu 0.226
Penetapan instrumen
kebijakan terhadap pengelolaan
lingkungan program produksi
bersih 0.191
Pemberian insentif bagi
industri pelaku produksi bersih
0.118 Industri 0.670
Pemerintah daerah 0.260 Masyarakat 0.070
Memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih
Modal 0.384 Teknologi 0.528
Kebijakan pemda 0.088
46
Gambar 24 memperlihatkan hasil AHP secara agregat menggunakan expert choice 2000. Berdasarkan Gambar 24, dihasil bobot agregat yang diperoleh masing-masing aktor, faktor, dan
alternatif strategi. Faktor teknologi memiliki bobot agregat tertinggi 0.528 sehingga menjadi prioritas penting. Aktor yang memiliki peran penting adalah industri dengan bobot agregat tertinggi
0.670. Selain itu, alternatif strategi yang memiliki bobot agregat tertinggi adalah sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis 0.465. Namun, untuk
penjelasan lebih rinci disajikan pada Gambar 25 dan Gambar 26.
Gambar 25. Hasil perhitungan bobot faktor dan aktor dengan AHP Penggabungan dari ketiga pakar dengan AHP menghasilkan nilai bobot pada masing-masing
faktor, aktor, dan alternatif strategi seperti. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa faktor teknologi 0.528 mendapatkan nilai yang paling tinggi sehingga faktor teknologi merupakan faktor yang paling
penting. Urutan faktor ke dua dan ke tiga yaitu faktor modal 0.384 dan faktor kebijakan pemerintah daerah 0.088. Hal ini menunjukkan bahwa faktor teknologi merupakan faktor yang perlu
diprioritaskan terlebih dahulu untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih. Faktor teknologi telah mengalahkan faktor modal yang selama ini dalam
industri dianggap sebagai faktor paling krusial dalam peningkatan produksi. Aktor yang paling penting yang berkaitan dengan faktor modal yaitu industri 0.726. Aktor
dengan urutan ke dua dan ke tiga yaitu pemerintah daerah 0.201 dan masyarakat 0.073. Hal ini menunjukkan bahwa industri menjadi prioritas untuk peningkatkan modal.
Aktor yang paling penting yang berkaitan dengan faktor teknologi yaitu industri 0.752. Aktor dengan urutan ke dua dan ke tiga yaitu pemerintah daerah 0.169 dan masyarakat 0.079. Hal ini
menunjukkan bahwa industri menjadi prioritas untuk pengembangan teknologi. Aktor yang paling penting yang berkaitan dengan faktor kebijakan pemerintah daerah yaitu
industri 0.560. Aktor dengan urutan ke dua dan ke tiga yaitu pemerintah daerah 0.360 dan masyarakat 0.079. Hal ini menunjukkan bahwa industri menjadi prioritas untuk peningkatan
informasi tentang kebijakan pemerintah daerah. Aktor industri menduduki prioritas tertinggi pada masing-masing faktor, selain itu industri juga
memiliki nilai paling tinggi dari keseluruhan bobot. Hal ini berarti untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih, industri menjadi prioritas untuk
diperhatikan. Industri yang masih berbentuk CV seperti CV Mekar Abadi memang masih memiliki
47
banyak kelemahan yaitu lambatnya pengembangan teknologi, kepemilikan modal finansial, dan kurangnya perhatian terhadap kebijakan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan manajemen
perusahaan yang kurang terorganisir dan sumber daya manusia yang masih rendah. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup 2000,
pelaksanaan produksi bersih lebih mengarahkan pada pengaturan diri sendiri self regulation, daripada pengaturan secara command and
control. Jadi pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk merubah sikap, cara pandang, dan
tingkah laku. AHP juga digunakan untuk menentukan urutan prioritas alternatif strategi program produksi
bersih. Urutan alternatif strategi produksi bersih dari prioritas yang paling penting yaitu sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis 0.465, pengembangan
transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu 0.226, penetapan instrumen kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan program produksi bersih 0.191, pemberian insentif bagi industri pelaku
produksi bersih 0.118. Hal ini berarti untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih, alternatif strategi yang diprioritaskan terlebih dahulu adalah
sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis.
Gambar 26. Hasil perhitungan bobot alternatif strategi produksi bersih dengan AHP
4.2.2.4 Implementasi Program Produksi Bersih
Implementasi program produksi bersih berupaya untuk mencapai tujuan yaitu memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih. Namun, penentuan strategi
produksi bersih yang tepat harus menyesuaikan dengan kondisi industri kayu lapis pada saat ini. Strategi untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan implementasi program produksi
bersih diwujudkan dari penggabungan hasil analisis SWOT, AHP, dan pengamatan kondisi CV Mekar Abadi sebagai berikut.
1. Pengembangan kelembagaan untuk sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis dengan cara:
a. Pemerintah Kabupaten Wonosobo membuat lembaga khusus daerah yang bekerjasama dengan Pusat Produksi Bersih Nasional untuk membantu industri dalam melaksanakan program
produksi bersih. Selain itu, industri kayu lapis merupakan salah satu industri andalan di Kabupaten Wonosobo. Oleh karenanya diperlukan lembaga khusus daerah yang bekerjasama
dengan APKINDO dan Balitbang Hasil Hutan untuk memberikan bimbingan terhadap masalah peningkatan mutu kayu lapis.