Industri Kayu Lapis TINJAUAN PUSTAKA

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Kayu Lapis

Menurut Tsoumis 1991, kayu lapis adalah produk panel yang terbuat dengan merekatkan sejumlah lembaran vinir. Arah serat pada lembaran vinir untuk face dan core adalah saling tegak lurus, sedangkan antar lembaran vinir untuk face saling sejajar. Massijaya 2006 mengemukakan bahwa urutan proses dalam pembuatan kayu lapis terdiri dari : 1 seleksi log mulai dari ukuran, bentuk, dan kondisi log, 2 perlakuan awal log dengan pemanasan sehingga memudahkan pengupasan log dan meningkatkan rendemen 3-5, 3 pengupasan log, 4 penyortiran vinir untuk memisahkan vinir rusak, 5 pengeringan vinir untuk mengurangi kadar air vinir, 6 perekatan, 7 pengempaan, 8 pengkondisian untuk mengurangi sisa tegangan akibat pengempaan selama 1-2 minggu. Kayu lapis telah menjadi primadona produk industri kayu olahan Indonesia selama beberapa tahun. Angka ekspor tertinggi yang pernah dicapai adalah pada tahun 1992 sebesar 9.7 juta m 3 FAO, 2009a dalam Dwiprabowo, 2009a. Indonesia dapat digolongkan memiliki peranan dominan dalam pasar kayu lapis tropis dunia dengan tingkat volume ekspor tersebut. Kurang lebih 80 produksi kayu lapis Indonesia selama ini dijual untuk tujuan ekspor Dwiprabowo, 2009a. Gambar 1. Volume produksi dan ekspor kayu lapis Indonesia FAO, 2009b dalam Dwiprabowo, 2009b Pada Gambar 1 menggambarkan grafik penurunan produksi, ekspor, dan penjualan domestik kayu lapis dari tahun 1999 sampai 2007. Penurunan volume produksi kayu lapis dan vinir Indonesia secara cukup tajam dan konsisten selama periode tahun 2000-2007. Pada grafik dapat dilihat bahwa selama periode 1999-2007, volume penjualan untuk pasar dalam negeri tidak pernah konstan sangat fluktuatif, hal ini memberikan indikasi bahwa industri memprioritaskan untuk memenuhi permintaan pasar internasional. Berdasarkan proyeksi FAO konsumsi kayu lapis Indonesia tahun 2010 adalah sebesar 2.278 juta m 3 . Pada tahun 2008 dan 2009 tingkat penggunaan kapasitas industri kayu lapis di Indonesia berturut-turut 30 dan 20 akibat kelangkaan bahan baku. Hal ini berarti produksi kayu lapis Indonesia hanya mencapai 3 juta m 3 2008 dan 2 juta m 3 2009 mengingat kapasitas produksi kayu lapis Indonesia adalah sebesar 10 juta m 3 tahun Dwiprabowo, 2009b. 4 Berdasarkan penggunaannya, kayu lapis dikelompokkan menjadi dua yaitu interior dan eksterior plywood. Youngquis 1999 dalam Iswanto 2008 mengelompokkan kayu lapis menjadi dua bagian, yaitu : 1. Kayu lapis konstruksi dan industrial. 2. Kayu lapis hardwood dan dekoratif. Berdasarkan jenis perekat yang dipergunakan, pengelompokan kayu lapis dibedakan menjadi dua: 1. Kayu lapis interior yaitu kayu lapis yang penggunaannya didalam ruangan. 2. Kayu lapis eksterior yaitu kayu lapis yang penggunaannya diluar ruangan. Berdasarkan vinir mukanya, kayu lapis dikelompokkan menjadi : 1. Ordinary plywood yaitu kayu lapis dimana vinir mukanya dihasilkan dari proses rotary cutting. 2. Fancy plywood yaitu kayu lapis dimana vinir mukanya terbuat dari kayu-kayu indah dan dihasilkan dari proses slice cutting atau half rotary cutting Iswanto, 2008.

2.2 Limbah Industri Kayu Lapis