7
4. Implementasi Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket, rencana tindakan yang
dilakukan. Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan, dan mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan.
5. Pemantauan, umpan balik, modifikasi Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan produksi
bersih digunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai. Pada saat pemantauan dilakukan pendokumentasian program dan melakukan tinjauan ulang secara periodik pelaksanaan
produksi bersih, dan kaitkan dengan sasaran bisnis. 6. Perbaikan berkelanjutan
Produksi bersih pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu program sehingga industri akan melakukan perbaikan berkelanjutan.
2.4 Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
masa kini dan generasi masa depan. Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan implikasi adanya batas yang ditentukan oleh
tingkat masyarakat dan organisasi sosial mengenai sumber daya alam, serta kemampuan biosfer dalam menyerap berbagai pengaruh aktivitas manusia. Proses pembangunan berlangsung secara berlanjut
dan didukung sumber daya alam yang ada dengan kualitas lingkungan dan manusia yang semakin berkembang dalam batas daya dukung lingkupannya. Pembangunan akan memungkinkan generasi
sekarang meningkatkan kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya Sugandhy dan Hakim, 2007.
Selama 25 tahun yang akan datang, permintaan kayu naik 25, sedangkan persediaan kayu hanya 15. Industri pengolahan kayu harus membuktikan daya cipta yang bagus untuk mendapatkan
lebih banyak produk dari pepohonan yang sedikit sampai daur ulang produk, menggunakan sedikit spesies dan
hasil samping yang sudah dibuang untuk menghasilkan “uang dari tempat sampah” dan menyatukan keturunan terdahulu dengan rencana penanaman yang menciptakan hutan baru dengan
produktivitas tinggi. Peningkatan kapasitas produksi hutan merupakan terbukanya kebutuhan minimum industri dalam rangka memperoleh keuntungan keberlanjutan untuk masa depan Polak,
1997.
Gambar 3. Kriteria dalam pembangunan yang berkelanjutan Setiadi, 2005
8
Gambar 3 diatas menjelaskan kriteria yang digunakan dalam pembangunan berkelanjutan yaitu 3-P. Arti dari 3-P adalah planet, profits, dan person. Hal ini berarti keberlanjutan tersebut harus
mempertimbangkan keberlanjutan dari sisi lingkungan, ekonomi, dan sosial. Pada Gambar 3 menunjukkan bagaimana integrasi dari nilai lingkungan, nilai ekonomi, dan nilai sosial menghasilkan
kehidupan yang sejahtera bagi manusia. Nilai lingkungan diaplikasikan dengan menjaga keutuhan ekosistem, daya dukung alam, dan keanekaragaman hayati. Nilai ekonomi diaplikasikan melalui
peningkatan pertumbuhan ekonomi, produktivitas, dan pemerataan ekonomi. Nilai sosial diaplikasikan dengan menjaga identitas budaya, pemberdayaan, kemudahan akses, keseimbangan, dan
keadilan. Tiga elemen tersebut harus berjalan simultan. Ketimpangan pembangunan akan terjadi apabila perkembangan aspek yang satu lebih tinggi dari aspek yang lain. Selain itu, peranan teknologi
dalam pembangunan berkelanjutan tidaklah dapat diabaikan dan dikesampingkan Setiadi, 2005. Berikut ini disampaikan tiga buah contoh inovasi sistem yang lebih rinci dalam rangka
teknologi untuk pembangunan yang berkelanjutan Mulder, 2006. 1. Mengubah penggunaan sumber energi primer dan peningkatan efisiensi energi dalam sistem
produksi. 2. Mengubah sumber bahan baku dan penggunaan kembali produk yang tidak termanfaatkan.
3. Menghindari terjadinya produk samping by-product dan emisi. Produksi bersih merupakan strategi baru yang inovatif dengan memanfaatkan teknologi ramah
lingkungan dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan Susanto, 2007.
2.5 Penelitian Terdahulu