Pembangunan Berkelanjutan HASIL DAN PEMBAHASAN

48 b. Lembaga-lembaga tersebut akan memberikan informasi, pelatihan, konsultasi, dan pengawasan terhadap industri kayu lapis dalam menjalankan program produksi bersih untuk peningkatan mutu kayu lapis. 2. Pengembangan teknologi seperti inovasi, modifikasi, dan pengontrolan mesin dapat meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku serta meminimalkan limbah. Strategi ini berkaitan dengan opsi teknik teknologi, antara lain good housekeeping pada glue spreader, coldpress, hot press, dan sander ; inovasi pada sistem penggulungan rotary ; serta modifikasi padapenampung glue dan boiler. 3. Peningkatan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat, lingkungan, dan sistem K3 melalui program produksi bersih. Strategi ini berhubungan dengan opsi teknik teknologi pemberian peralatan K3 pada pekerja. 4. Dukungan pemerintah daerah melalui penetapan kebijakan, hukum serta penghargaan yang tepat terhadap industri yang melakukan pengendalian limbah. 5. Peningkatan pengendalian limbah serta perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah. Strategi ini berhubungan dengan opsi teknik teknologi pembuatan IPAL. 6. Penyusunan SOP dan peningkatan manajemen operasional sehingga efisiensi bahan baku dapat tercapai. Strategi ini berhubungan dengan opsi teknik teknologi pembuatan SOP. 7. Mengadakan training terhadap karyawan dan penggunaan sertifikasi sehingga dapat memperluas pasar.

4.3 Pembangunan Berkelanjutan

Bahan baku berupa log dan balok albasia CV Mekar Abadi berasal dari hutan rakyat daerah Kabupaten Wonosobo. Hutan rakyat yaitu hutan milik individu yang dikelola sendiri. Kapasitas bahan baku per tahun CV Mekar Abadi mencapai 156,000 m 3 . Menurut BPS Kabupaten Wonosobo tahun 2009, jumlah penebangan tegakan albasia mencapai 424,161.64 m 3 tahun. Hal ini mengartikan bahwa ketersediaan albasia di Kabupaten Wonosobo untuk bahan baku kayu lapis di CV Mekar Abadi masih tercukupi. Namun, dari hasil wawancara dengan karyawan perusahaan yang mengurusi bahan baku didapat hasil bahwa setiap tahunnya terdapat rentang waktu dimana perusahaan mengalami kekurangan bahan baku. Hal ini dikarenakan petani kayu banyak yang menggunakan sistem tebang butuh. Tebang butuh merupakan sistem penebangan yang didasarkan pada kebutuhan ekonomi si petani. Misalkan jika petani memerlukan kebutuhan uang yang sudah mendesak maka si petani akan menebang tegakan albasia walaupun umur kayu masih muda. Sebaliknya jika petani belum membutuhkan uang maka tegakan albasia tidak akan ditebang. Secara sederhana, pemenuhan bahan baku kayu lapis CV Mekar Abadi melalui penebangan tegakan albasia berdampak positif bagi masyarakat sekitar karena dapat meningkatkan pendapatan petani hutan rakyat. Namun disisi lain dapat berdampak negatif kerena menurunkan kualitas udara sekitar dan menurunkan ruang terbuka hijau. Kapasitas terpasang dari industri perkayuan khususnya industri kayu lapis yang terus meningkat melebihi kapasitas penyediaan bahan baku secara lestari sehingga nantinya akan terjadi kekurangan supply yang berpotensi meningkatkan kegiatan penebangan secara liar. Kondisi yang diinginkan tentu saja menghilangkan penebangan secara liar sebagai alternatif pemenuhan kekurangan tersebut. Dengan demikian diperlukan alternatif lain, misalnya melalui impor kayu atau bila hal ini tidak memungkinkan maka harus dilakukan restrukturisasi industri kayu lapis dengan mengutamakan keseimbangan supply-demand secara lestari. Selain itu, sebagian besar petani belum juga mengerti tentang pentingnya hutan lestari. Hal ini juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam penurunan 49 kapasitas penyediaan bahan baku. Oleh karena itu, esensi dari pembangunan berkelanjutan menjadi penting untuk dipahami. Pembangunan merupakan proses pengolahan sumber daya alam dan pendayagunaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan teknologi. Dalam pola pembangunan tersebut, perlu memperhatikan fungsi sumber daya alam dan sumber daya manusia, agar dapat terus-menerus menunjang kegiatan atau proses pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Sugandhy dan Hakim, 2007, pengertian pembangunan berkelanjutan adalah perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial dimana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya. Pembangunan berkelanjutan khususnya keberlanjutan sumberdaya hutan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Beberapa kondisi yang diinginkan dalam pengelolaan sumberdaya hutan untuk memenuhi pembangunan berkelanjutan diantaranya : 1. Tidak terjadinya penebangan hutan secara liar. 2. Tidak bertambahnya hutan konversi. 3. Penegakan hukum bagi pelanggaran peraturan dan perundang-undangan. 4. Teratasinya masalah industri perkayuan. 5. Dihentikannya ekspor atau penyelundupan kayu keluar negeri. 6. Penggunaan dana reboisasi sesuai dengan tujuan. 7. Terjaganya keberlanjutan ekosistem hutan. 8. Terjadinya partisipasi yang optimal dari semua stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan kehutanan. 9. Terciptanya pengelolaan sumberdaya hutan berbasiskan masyarakat dengan dasar berkelanjutan dan mendapat pengakuan secara legal. Ditinjau dari segi produksi bersih merupakan program pengelolaan lingkungan yang mendorong adanya pembangunan berkelanjutan khususnya industri yang berkelanjutan. Produksi bersih meningkatkan efisiensi bahan baku dan sumber daya alam sehingga penggunaannya dapat dilakukan secara tepat dan tidak boros. Produksi bersih juga dapat menggerakkan industri untuk senantianya peduli dan menjaga keberlangsungan lingkungan sekitar. Dalam menjaga ketersediaan bahan baku, CV Mekar Abadi bekerja sama dengan perhutani daerah melakukan reboisasi setiap tahunnya dengan memberikan bibit albasia kepada para petani kayu. 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan neraca massa proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi, dapat diidentifikasikan beberapa unit proses yang menjadi sumber limbah. Hasil identifikasi sumber limbah digunakan untuk mengetahui potensi dari opsi-opsi produksi bersih. Analisis teknik-teknologi di CV Mekar Abadi menghasilkan 13 potensi opsi produksi bersih pada unit-unit proses yang kurang efisien dan menjadi sumber penghasil limbah. Selain itu, analisis teknik-teknologi menghasilkan empat opsi perbaikan untuk beberapa aspek kegiatan yang kurang efektif. Berdasarkan analisis ini, opsi yang yang diprioritaskan adalah penggantian sistem rotary dengan konveyor, penanganan vinir dan face- back dengan baik, modifikasi penampung glue, pemasangan termometer dan pelapisan pipa steam pada boiler, membuat SOP, serta pembuatan IPAL. Analisis finansial memprioritaskan opsi-opsi produksi bersih yang berpotensi menghasilkan keuntungan. Opsi terpilih adalah opsi yang diprioritaskan pada analisis teknik teknologi dengan total biaya investasi sebesar Rp 206,593,027. Keuntungan dan penghematan yang didapat CV Mekar Abadi dari penerapan opsi produksi bersih sebesar Rp 65,210,649, dengan payback period selama 3 bulan 5 hari. Hasil analisis SWOT menggunakan pendekatan kuantitatif menempatkan CV Mekar Abadi pada posisi kuadran I pada matriks SWOT. Kuadran I menunjukkan suatu industri yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif. Analisis SWOT menggunakan pendekatan kualitatif menghasilkan 10 alternatif strategi. Kesepuluh alternatif strategi tersebut diringkas dalam empat alternatif strategi pada AHP. AHP menghasilkan bobot tertinggi pada alternatif strategi sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan mutu kayu lapis. Implementasi produksi bersih menghasilkan beberapa strategi produksi bersih yang akan diterapkan di CV Mekar Abadi. Strategi ini diperoleh dari kombinasi hasil AHP dan analisis SWOT dengan melihat kondisi dari CV Mekar Abadi. Terdapat tujuh strategi produksi bersih yang tepat untuk digunakan CV Mekar Abadi. Strategi implementasi produksi bersih yang diutamakan adalah sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan mutu kayu lapis.

5.2 Saran

1. Perlu dukungan pemerintah daerah untuk sosialisasi program produksi bersih pada industri kayu lapis dan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga perlu merencanakan sistem limbah terpadu untuk industri kayu lapis. 2. Pengembangan pengelolaan limbah cair dan limbah udara oleh industri agar tidak mencemari lingkungan. Selain itu, diperlukan penyusunan SOP dan perbaikan manajemen operasional. 3. Beberapa saran untuk penelitian lanjutan adalah sebagai berikut : a. Penelitian lebih lanjut pada life cycle analysis untuk perhitungan neraca energi dan pengendalian energi yang digunakan. b. Kajian lebih lengkap tentang recycle limbah cair agar dapat mengurangi penggunaan sumber daya air.