Produksi Bersih TINJAUAN PUSTAKA

5 Tabel 2. Baku mutu limbah cair industri kayu lapis No Parameter Kadar Maksimum mgl Beban Pencemaran Maksimum gm 3 1 BOD 5 75 22.5 2 COD 125 37.5 3 TSS 50 15 4 Amonia total sebagian N 4 1.2 5 Fenol 0.25 0.08 6 pH 6.0-9.0 7 Debit Maksimum - 0.3 m 3 M 3 produk Sumber : Perda Jateng No.102004

2.3 Produksi Bersih

Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan dan terpadu yang diterapkan pada seluruh siklus produksi untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan dari siklus hidup produk dengan rancangan yang ramah lingkungan, namun efektif dari segi biaya Osuna, 2007 dalam Akhida, 2007. Manfaat yang dapat diambil dari penerapan produksi bersih ini adalah 1 Pengurangan biaya operasi, 2 Peningkatan mutu produk, 3 Penghematan bahan baku, 4 Peningkatan keselamatan kerja, 5 Perbaikan kesehatan umum dan lingkungan hidup, 6 Penilaian konsumen menjadi positif, dan 7 Pengurangan biaya penanganan limbah USAID, 1997 dalam Purnama, 2006. Gambar 2. Teknik pengendalian lingkungan secara preventif El-Haggar, 2002 Gambar 2 diatas menjelaskan bahwa produksi bersih dapat dilakukan dengan mengurangi sumber pencemar, modifikasi produk, dan daur ulang. Daur ulang dapat dilakukan dengan cara on site recycle dan pemanfaatan produk samping. Pengurangan sumber pencemar dengan tata cara Perubahan teknologi Perubahan material input Produksi bersih Pengurangan sumber pencemar Modifikasi produk Daur ulang Tata cara operasi Perubahan proses On-site recycle Memanfaatkan produk samping Kontrol proses yang baik Modifikasi peralatan 6 operasi yang baik dan perubahan proses seperti pengontrolan proses, modifikasi peralatan, perubahan teknologi, dan perubahan material input El-Haggar, 2002. Pemilihan penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu : 1. Good house-keeping Mencakup tindakan prosedural, administratif maupun institutional yang dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah dan emisi. Konsep ini telah banyak diterapkan oleh kalangan industri agar dapat meningkatkan efisiensi dengan cara good operating practice yang mencakup: pengembangan program cleaner production CP, pengembangan sumberdaya manusia, tatacara penanganan dan investasi bahan, pencegahan kehilangan bahan atau material, pemisahan limbah menurut jenisnya, tatacara perhitungan biaya, penjadwalan produksi. 2. Perubahan material input Bertujuan mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau yang digunakan dalam proses produksi, sehingga dapat juga menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. Perubahan material input termasuk pemurnian bahan dan substitusi bahan. 3. Perubahan teknologis Mencakup modifikasi proses dan peralatan yang dilakukan untuk mengurangi limbah dan emisi, perubahan teknologi dapat dimulai dari yang sederhana dalam waktu yang singkat dan biaya murah sampai dengan perubahan yang memerlukan investasi tinggi, seperti perubahan peralatan, tata letak pabrik, penggunaan peralatan otomatis dan perubahan kondisi proses. 4. Perubahan produk Meliputi substitusi produk, konservasi produk, dan perubahan komposisi produk. 5. On-site reuse Merupakan upaya penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung dalam limbah, baik untuk digunakan kembali pada proses awal atau sebagai material input dalam proses yang lain Indrasti dan Fauzi, 2009. Menurut Purwanto 2005, penerapan produksi bersih di industri dilakukan dalam beberapa langkah sebagai berikut. 1. Perencanaan dan organisasi Pada langkah ini industri menyiapkan perencanaan, visi, misi, dan strategi produksi bersih. Sasaran peluang produksi bersih yang dikaitkan dengan bisnis dan adanya komitmen dari manajemen puncak. 2. Kajian dan identifikasi peluang Melakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses sebagai alat untuk memahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah. Identifikasi peluang-peluang produksi bersih didasarkan pada temuan hasil kajian dan tinjauan lapangan berupa kemungkinan peningkatan efisiensi dan produktivitas, pencegahan dan pengurangan timbulan limbah langsung dari sumbernya. 3. Analisis kelayakan dan penentuan prioritas Menentukan pilihan produksi bersih, berdasarkan keuntungan biaya yang dikeluarkan dan pendapatan atau penghematan yang diperoleh, resiko yang dihadapi, tingkat komitmen. Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknologi, dan ekonomi. 7 4. Implementasi Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket, rencana tindakan yang dilakukan. Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan, dan mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan. 5. Pemantauan, umpan balik, modifikasi Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan produksi bersih digunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai. Pada saat pemantauan dilakukan pendokumentasian program dan melakukan tinjauan ulang secara periodik pelaksanaan produksi bersih, dan kaitkan dengan sasaran bisnis. 6. Perbaikan berkelanjutan Produksi bersih pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu program sehingga industri akan melakukan perbaikan berkelanjutan.

2.4 Pembangunan Berkelanjutan