3. Faktor-Faktor Penyebab Ketunagrahitaan
Beberapa di bawah ini akan dijelaskan faktor penyebab tunagrahita atau retardasi mental Luckasson et al dalam Heward, 1996:
a. Penyebab Genetik dan Kromosom
Terdapat sejumlah bentuk-bentuk retardasi mental yang disebabkan oleh faktor-faktor genetik dan kromosom.
1. Kerusakan Kromosom misalnya Trisomy 21 Down Syndrome
Down Syndrome adalah bentuk retardasi mental yang dikenal kebanyakan orang. Down Syndrome merupakan suatu kondisi keterbelakangan
perkembangan fisik dan mental yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Keadaan yang paling sering terjadi adalah
terbentuknya kromosom 21. kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan.
2. Gangguan Metabolisme seperti Phenylketonuria PKU
Adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh keturunan dari dua gen yang terpendam dari orang tua yang membawa kondisi tersebut.
b. Penyebab Pra Kelahiran
Penyebab pada masa pra-kelahiran kadang-kadang terjadi setelah pembuahan sebelum kelahiran. Diantaranya:
1. Rubella Cacar Air
2. Penyakit Syphilis dan infeksi penyakit kelamin lainnya
3. Gangguan perkembangan otak, contohnya hydrocephalus
Universitas Sumatera Utara
4. Pengaruh lingkungan seperti malnutrisi
5. Racun yang berasal dari obat-obatan dan alkohol
c. Penyebab Pada Saat Kelahiran
Masalah utama pada saat kelahiran yang mungkin menyebabkan retardasi mental adalah prematur. Bayi yang baru lahir sangat prematur berada pada
resiko mengalami berbagai kesulitan fisik yang mungkin dapat dihubungkan dengan kerusakan otak. Namun banyak juga bayi yang lahir prematur
akhirnya tumbuh dengan baik dan tidak menderita kerusakan. Semakin besar tingkat kelahiran prematur, maka semakin besar pula risikonya.
d. Penyebab Pada Masa Perkembangan Anak
1. Radang selaput otak meningitis
2. Kecelakaan yang menyebabkan cedera
3. Gangguan epilepsy atau kejang-kejang
4. Malnutrisi
4. Dampak Ketunagrahitaan Anak Terhadap Keluarga
Menurut Somantri 2007, orang yang paling banyak menanggung beban akibat ketunagrahitaan adalah orang tua dan keluarga anak tersebut. Oleh karena
itu dikatakan bahwa penanganan anak tunagrahita merupakan resiko keluarga. Keluarga anak tunagrahita berada dalam resiko, mereka menghadapi resiko yang
berat. Saudara-saudara anak tersebut pun menghadapi hal-hal yang bersifat emosional.
Saat yang krisis adalah ketika keluarga itu pertama kali menyadari bahwa anak tersebut tidak normal seperti yang lain. Jika anak tersebut menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
gejala-gejala kelainan fisik misalnya mongolisme maka kelainan anak dapat segera diketahui sejak anak dilahirkan. Tetapi jika anak tersebut tidak mempunyai
kelainan fisik, maka orang tua hanya akan mengetahui dari hasil pemeriksaan. Orang tua mungkin menolak kenyataan atau menerima dengan beberapa
persyaratan tertentu. Reaksi orang tua berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor, misalnya apakah kecacatan tersebut dapat segera diketahuinya atau
terlambat diketahuinya. Faktor lain yang juga yang sangat penting ialah derajat ketunagrahitaannya dan jelas tidaknya kecacatan tersebut terlihat orang lain
Somantri, 2007. Perasaan dan tingkah laku orang tua itu berbeda-beda dan dapat dibagi
menjadi : 1. Perasaan melindungi anak secara berlebihan, yang bisa dibagi dalam wujud:
a. Proteksi biologis
b. Perubahan emosi yang tiba-tiba, yang dapat mendorong untuk
menolak kehadiran anak dengan memberikan sikap dingin. c.
Merasa ada yang tidak beres tentang urusan keturunan 2. Ada perasaan bersalah melahirkan anak berkelainan
3. Kehilangan kepercayaan akan mempunyai anak yang normal.
4. Terkejut dan kehilangan kepercayaan diri.
5. Banyak tulisan yang menyatakan bahwa orang tua merasa berdosa. Sebenarnya perasaan tersebut tidak selalu ada. Perasaan tersebut bersifat kompleks dan dapat
mengakibatkan depresi.
Universitas Sumatera Utara
6. Merasa bingung dan malu, yang mengakibatkan orang tua kurang suka bergaul dan lebih suka menyendiri.
Orang tua dari anak tunagrahita dapat terganggu ketika menghadapi peristiwa-peristiwa kritis. Adapun saat-saat kritis itu terjadi pada saat berikut :
1. Pertama kali mengetahui bahwa anaknya cacat.
2. Memasuki usia sekolah, pada saat tersebut sangat penting kemampuan masuk
sekolah biasa, sebagai tanda bahwa anak tersebut normal. 3.
Meninggalkan sekolah. 4.
Orang tua bertambah tua, sehingga tidak mampu lagi memelihara anaknya yang cacat.
Orang tua biasanya tidak memiliki gambaran mengenai masa depan anaknya yang tunagrahita. Mereka tidak mengetahui layanan yang dibutuhkan
oleh anaknya yang tersedia di masyarakat. Dilihat dari sudut tertentu, baik juga seandainya anak tunagrahita dipisahkan di tempat-tempat penampungan. Tetapi
bila dilihat dari sudut lain pemisahan seperti ini dapat pula mengakibatkan ketegangan orang tua, terlebih-lebih bagi ibu-ibu yang selama ini menyayangi
orang tersebut Somantri, 2007.
D. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS IBU YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHITA