Dari defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata anak seusianya,
memiliki hambatan dalam perilaku adaptif, ketidakcakapan dalam interaksi sosial dan hal ini terjadi dalam periode perkembangan anak.
2. Klasifikasi dan Karakteristik Anak Tunagrahita
Pengelompokan anak tunagrahita pada umumnya didasarkan pada tingkat kecerdasan atau taraf inteligensinya. Seseorang dapat dikatakan memiliki
kecerdasan dibawah rata-rata biasanya dapat dilihat ketika adanya ketidaksesuaian antara Chronological Age CA dan Mental Age MA. Chronological Age adalah
usia kronologis si anak atau usia anak sebenarnya, sedangkan Mental Age adalah kemampuan mental yang dimiliki seorang anak pada usia tertentu. Jika MA
seorang anak lebih rendah daripada CA nya, maka anak tersebut memiliki kemampuan kecerdasan dibawah rata-rata. Anak tunagrahita selalu memiliki MA
yang lebih rendah daripada CA secara signifikan jelas. Klasifikasi menurut AAMD American Assotiation on Mental Deficiency dalam Amin 1995 adalah
sebagai berikut: a.
Tunagrahita Ringan Mampu Didik
Tingkat kecerdasannya IQ mereka berkisar 50 – 70 mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik,
penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja, mampu menyesuaikan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan yang lebih luas, dapat mandiri dalam masyaraakat, mampu melakukan pekerjaan semi trampil dan pekerjaan sederhana.
b. Tunagrahita Sedang Mampu Latih
Tingkat kecerdasan IQ berkisar 30–50 dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan fungsional, mampu melakukan keterampilan mengurus
dirinya sendiri self-help, mampu mengadakan adaptasi sosial dilingkungan terdekat, mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu
pengawasan. c.
Tunagrahita Berat dan Sangat Berat Mampu Rawat
Tingkat kecerdasan IQ mereka kurang dari 30 hampir tidak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri. Ada yang masih mampu
dilatih mengurus diri sendiri, berkomunikasi secara sederhana dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sangat terbatas.
Selain karakteristik yang telah dijelaskan sebelumnya, Mangunsong 1998 juga memaparkan bahwa ada beberapa karakteristik psikologis dan tingkah laku anak
tunagrahita. Namun tidak semua karakteristik psikologis dan tingkah laku ini terdapat pada anak tunagrahita. Banyak keragaman dalam tingkah laku
tunagrahita yang menunjukkan keunikan diri mereka. Beberapa segi psikologis dan tingkah laku yang perlu dipertimbangkan adalah:
Universitas Sumatera Utara
d. Atensi. Perhatian sangat diperlukan dalam proses belajar. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa anak tunagrahita mengalami kesulitan belajar karena adanya masalah dalam memusatkan perhatian.
e. Daya ingat. Kebanyakan anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam
mengingat suatu informasi terutama yang rumit dan teoritis. f.
Self-regulation. Anak tunagrahita sering mengalami kesulitan dalam self- regulation-nya yaitu kemampuan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri.
g. Perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa yang terlambat atau
menyimpang merupakan gejala yang dialami oleh anak-anak tunagrahita. Masalah dalam berbicara yang muncul misalnya kesalahan dalam artikulasi.
h. Prestasi akademis. Hubungan antara inteligensi dengan prestasi seseorang
sangatlah erat, maka anak-anak tunagrahita akan terhambat dalam semua prestasi akademisnya dibandingkan mereka yang normal. Mereka juga
cenderung menjadi ‘underachiever’ dalam kaitan dengan harapan-harapan yang didasarkan pada tingkat kecerdasannya.
i. Perkembangan sosial. Anak-anak tunagrahita sering dikatakan memiliki
konsep diri yang buruk, sulit mendapatkan teman dan kurang memahami bagaimana cara berinteraksi secara sosial dengan orang lain atau kemungkinan
tidak mendapat kesempatan untuk bersosialisasi dengan orang lain. j.
Motivasi. Jika anak tunagrahita sering atau selalu mengalami kegagalan maka dapat berisiko untuk mengembangkan kondisi ‘learned helplessness’
dimana munculnya perasaan bahwa mereka tidak memiliki motivasi dan seberapa besar pun usaha mereka pasti akan menunjukkan kegagalan.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor-Faktor Penyebab Ketunagrahitaan