Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
memetakan tiga cara dalam penyebaran ideologi, yaitu pertama melalui bahasa, bahasa mengandung elemen-elemen yang mencerminkan suatu konsespsi
mengenai dunia dan kebudayaan. Kedua, common sanse, konsepsi tentang dunia yang paling permissif tetapi tidak sistematik. Ketiga, folklor sebagai sistem
kepercayaan menyeluruh, tahayul-tahayul, opini-opini dan cara melihat sesuatu dengan tindakan-tindakan tertentu.
Sebagai salah satu situs hegemoni, menurut Gramsci Harjito via Nurhadi, 2004 dalam sebuah karya sastra terdapat formasi ideologi. Formasi merupakan
suatu susunan dengan hubungan yang bersifat bertentangan, korelatif, dan sub ordinatif. Untuk mencapai hegemoni tersebut, maka ideologi haruslah disebarkan,
penyebaran tersebut tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui lembaga- lembaga sosial tertentu yang menjadi pusatnya Faruk, 2003: 74.
Studi sastra yang mendasari pada teori hegemoni tersebut diantaranya adalah studi sastra Raymond Williams. Williams menerapkan hegemoni Gramsci
untuk membedakan kebudayaan yang terlibat dengan kekuasaan menjadi 3 kategori, yaitu kebudayaan hegemonik atau dominan, bangkit, endapan atau
residial Faruk, 2003 : 79. Studi tersebut menunjukkan bahwa kesusastraan mempunyai fungsi untuk memberikan kekuatan pada pola pikir masyarakat
melalui bentuk-bentuk pemahaman kesadaraan terhadap alam pikiran masyarakat pembaca. William Johnson via Faruk, 2003 : 78 mengangap bahwa konsep
hegemoni melampaui konsep ideologi dengan tekanannya pada kesepakatan dengan tatanan sosial yang berkuasa yang diamankan lewat cara yang di dalamnya
proses sosial lebih dihayati daripada dipaksakan dengan pemaksaan gagasan atau kesadaraan oleh suatu kelas terhadap kelas lain.
Sastra dalam perspektif Gramsci via Kurniawan, 2012:84 dipandang sebagai dua hal yakni, sastra sebagai gejala pertama untuk merepresentasikan
idologi kelas sosial si pengarang dalam mengonsep pandangannya tentang dunia. Sastra dianggap sebagai media hegemoni dan media mengidentifikasikan ideologi
yang terjadi di masyarakat. Kedua, ideologi dalam sastra bisa juga diidentifikasikan dengan memahami sastra dalam konteks otonominya karena
merupakan wujud dari intuisi-imajinasi pengarang Kurniawan, 2012:84.