Pasrah terhadap Penguasa Mengatur Startegi Menyingkirkan Penentang

pak Lurah kalau mendukung kebijaksanaanya. Bagaimana Pakde?” Munif, 2004 : 65. Itulah orangnya Lurah Koco. Mental penjilat. Tidak Bayan Sardi, tidak Carik Dargo, Tidak Kamituwa Samparan sama saja, penjilat semuanya Munif, 2004 : 65. Melalui kutipan di atas dapat dipahami, siapa saja yang menentang Lurah Koco atau yang membela Mustain otomatis akan menjadi musuh bagi Lurah Koco. Bagi sebagian pengikut Lurah Koco, Mustain juga telah dianggap kurang ajar karena berani menentang kebijaksanaan yang dicetuskan Lurah Koco. Siapapun yang sudah terpengaruh oleh kekuasaan yang dimiliki Lurah Koco menjadikan para pengikutnya tersebut sosok-sosok yang mencari muka terhadap siapa saja agar dianggap setia.

6. Berkomplot Mengalahkan Penguasa

Melemahnya era kekuasaan yang dimiliki Lurah Koco menyebabkan perpecahan dikubu pengikut Lurah Koco. Kamituwa Samparan, meski dari luar masih terlihat mendukung kekuasaan Lurah Koco tetapi diam-diam Kamituwa Samparan memihak Mustain. Ia tahu banyak warga di desa Kapur sakit hati terhadap Lurah Koco. Seperti yang ditemukan pada kutipan berikut. Sebagai orang yang berpengalaman menjadi aparat desa ia bisa melihat tanda-tanda pemerintahan desa Pak Koco sudah mulai rapuh. Dan sebagai orang yang liciknya seperti Mahapatih Sengkuni, sepulang dari kelurahan, dalam hati ia memutuskan tidak akan mendukung Pak Koco sepenuhnya. Ia ingin menjadi pisau bermata dua Munif, 2004 : 71. “Jangan wah. Kamu sudah berhasil menjadi kepala dukuh. Hanya satu langkah lagi kamu jadi kepala desa. Terus terang saya akan mendukung kamu, tapi secara diam-diam dulu. Kalau terang-terangan ndak enak sama Lurah Koco.” Munif, 2004 : 143. Pada kutipan berikutnya, menunjukkan ada rasa tidak enak pada Kamituwa Samparan mengingat selama ini ia merupakan salah satu orang kepercayaanya. Tetapi ia menyadari bahwa akan ada perubahan besar di desa Kapur, sosok Mustain menurut pandangannya akan menjadi penggeser kedudukan Lurah Koco yang memang mulai rapuh belum lagi akibat puluhan warga yang telah banyak menderita akibat kelakuan Lurah Koco sendiri. Berikut kutipan yang ditemukan. Kalau selama bertahun-tahun tidak ada yang berani membantah satu katapun perkataan Lurah Koco dan sekarang ada yang berani itu tandanya ada perubahan. Kamituwa Samparan juga melihat Mustain adalah orang yang membawa perubahan Munif, 2004 : 72.

7. Pemberhentian Lurah oleh Pihak Pemerintah

Akibat dari rencana perusakan yang dilakukan Lurah Koco beserta jajaran aparat desa lain seperti Carik Dargo dan Bayan Bento yang pada akhirnya mampu digagalkan oleh Mustain serta Rumanti dan stafnya. Penangkapan itu pun terdengar hingga kalangan kabupaten, akhirnya pihak Bupati pun mengetahui keburukan dari seluruh sepakterjang yang selama ini dilakukan oleh Lurah Koco dan para antek-anteknya. Oleh sebab itu Lurah Koco pun dinonaktifkan, berikut kutipan yang ditemukan. Berita tentang penangkapan Bayan Bento sampai ke Kabupaten. Lurah Koco dipanggil Bupati. Lurah Koco didamprat habis- habisan. Bupati yang kemudian tahu sepak terjang Lurah Koco selama bertahun-tahun lalu menonaktifkannya sampai pemilihan yang akan datang. Agar pemerintahan desa berjalan seperti biasa, Bupati memerintahkan Camat yang membawahi Desa Karang untuk menjadi pejabat sementara kepala desa sampai kepala desa baru terpilih Munif, 2004 : 222. Melalui pembahasan mengenai hegemoni kekuasaan yang beroperasi pada novel Bibir Merah di atas, dapat disimpulkan bahwa wilayah masyarakat sipil menjadi korban hegemoni kekuasaan oleh masyarakat politik yang dikuasai penuh oleh Lurah Koco dan aparat desa lainnya. Rumanti menjadi pemodal yang ingin membebaskan tanah di desa Kapur ikut andil menjadi pelaku hegemoni terhadap masyarakat desa dengan tujuan menjatuhkan Lurah Koco. Beberapa tokoh yang berada di wilayah masayarakat politikpun tidak seluruhnya melakukan hegemoni dengan cara paksaan atau kekerasan tetapi dengan cara-cara yang lebih halus demi mencapai perubahan yang lebih baik.

3. Elemen Fiksi yang Digunakan untuk Merepresentasikan Hegemoni

Kekuasaan Pembahasan berikut ini, akan membahas mengenai elemen fiksi yang digunakan merepresentasikan hegemoni kekuasaan. Representasi menurut Hall, representation connects meaning and language to culture....representation is essential part of the process by which meaning is produced and exchanged between members of culture Hall :2003 , 17. Atau dapat diartikan sebagai alat untuk menghubungkan makna dan bahasa budaya, melalui representasi makna diproduksi dan dipertukarkan antar anggota masyarakat, representasi bisa dikatakan sebagai salah satu cara memproduksi makna. Dalam hal ini representasi dijadikan sebagai alat untuk mengkonstruksi segala bentuk makna terhadap segala aspek realitas atau kenyataan, seperti