Para Pemimpin yang Berkuasa Penuh
terpaksa menjadi bagian dari perjuangan kita.” Munif, 2004 :
11. “Ndak ada. Saya sudah mencoba menghubungi beberapa orang.
Ndak ada yang berani. Di desa itu Lurah Koco tidak saja seperti raja kecil tetapi juga monster. Bahkan kalau ada isteri salah satu
dari mereka digendak Lurah Koco, suaminya tidak berani berbuat apa-
apa.” Munif, 2004 : 11. “Karena tidak ada yang memulai saja. Coba Kalau ada yang
berani memulai, belum tentu Lurah Koco sekuat itu” “Kalau begitu kita melakukan intrik-intrik ke sana.” Munif,
2004 : 12.
Dari kutipan di atas menunjukkan kuatnya kekuasaan yang telah dimiliki Lurah Koco rupanya tak hanya menjadikan Lurah Koco sebagai pemimpin yang
semena-mena bahkan ia juga melakukan hal-hal yang tidak bermoral terhadap warganya sendiri. Meski begitu tak ada satupun dari mereka yang berani melawan
meski mereka tahu apa yang dilakukan Lurah Koco sangatlah tidak pantas dan membuat mereka sakit hati. Pengaruh yang begitu kuat membuat karyawan
Rumnati merencanakan hal lain yang sekiranya mampu mengoyahkan kepemipinan Lurah Koco.
Selain itu Mustain dan warganya sebagai kelompok yang menjadi korban kekuasaan Lurah Koco mulai melakukan pergerakan untuk menentang Lurah
Koco. Mereka yang sama-sama tidak menyukai Lurah Koco dan menginginkan kejatuhan Lurah Koco atau sekedar mepertahankan keinginan untuk menerima
ganti rugi sesuai yang ditawarkan Rumanti mulai bergabung. Bermusyawarah bersama guna mencapai kesetujuan bersama. Seperti yang ditemukan pada
kutipan berikut ini. Mustain ingin mendengar pendapat para para pemuda. Ia
sudah tahu kalau semua warga Dukuh Karang mendukungnya, tetapi sikap para pemuda itu juga penting Munif, 2004 : 57.
“Keburukan Lurah Koco itu kalau dihitung terlalu banyak, Mus. Jadi kalau saya ikut kamu menentang Pak Lurah tidak hanya
sakit hati wargaku diusir, tetapi karena ia sudah tidak bener. Belum lagi apa yang pernah dilakukan terhad
ap keluarga saya.” Munif, 2004 : 62.
Tumbuh dalam pikiran Gus Nursalim, seandainya Mustain yang menjadi kepala desa Kapur tentu keadaanya lain. Maka tekad
orang tua itu untuk menentang Lurah Koco semakin kuat Munif, 2004 : 66.
Kutipan-kutipan di atas dapat menjelaskan bahwa akibat pengaruh kekuasaan Lurah Koco yang sudah berlangsung bertahun-tahun dan tidak berjalan
dengan sebagaimana mestinya, yakni dengan memanfaatkan kekuasaan untuk berlaku semena-mena mengakibatkan banyak kerugian. Desa Kapur yang
terpencil itu terlalu banyak dirusak oleh lurahnya sendiri, sehingga orang-orang yang sudah terlalu lama berada dibawah kendali Lurah Koco mulai menginginkan
perubahan atau pergantian pemimpin. Hal ini mulai menimbulkan bergabungnya orang-
orang “korban” Lurah Koco bersama dengan kubu Mustain. Hal ini sejalan dengan proses untuk mempertahankan hegemoni, apabila
hegemoni dari kekuatan politik yang memerintah sedang terancam dan mengalami perpecahan. Sehingga diperlukan aliansi dari kelompok-kelompok yang berkuasa
perlu memerlukan perubahan-perubahan yang bersekala luas dalam proses rekonstruksi jika hegemoni itu hendak dipertahankan Simon, 2004 : 46.