Mengatur Cara Mempertahankan Kekuasaan
desa Kapur terang seolah membawa angin segar perubahan, tetapi tidak bagi Lurah Koco. Mustain dianggap penghalang besar yang bisa saja menghancurkan
kekuasaanya. Sebagaimana yang dikatakan Gramsci, ketika suatu kelompok sosial telah menjadi dominan dan mempertahankan dengan gigih kekuasaan yang ada
dalam gengamannya, mereka ha rus terus ‘memimpin’. Hegemoni tidak pernah
dapat diperoleh begitu saja, tetapi harus diperjuangkan terus menerus Simon, 2004 : 45. Untuk itu Lurah Koco tak segan-segan melakukan berbagai cara agar
dapat menyingkirkan Mustain dibantu para bawahan setianya. Seperti yang terlihat dalam kutipan berikut.
“Goblok kamu itu artinya belum semuanya. Mustain itu orangnya atos. Dialah duri dalam daging desa ini. Kalau perlu dia
diberi pelajaran.” Munif, 2004 : 41. Sepanjang perjalanan ia juga memutar otak bagaimana caranya
menyingkirkan Mustain. Sebab ia sendiri merasa kedudukannya terancam. Kalau dalam pemilihan kepala desa nanti Mustain
menang kecil kemungkinannya ia masih menjadi Bayan Munif, 2004 : 45
Dari kutipan di atas menunjukkan pengaruh Mustain sebagai seorang penentang tidak hanya terhadap Lurah Koco, melainkan berpengaruh juga
terhadap seluruh jajaran yang ada dibawah kepemimpinan Lurah Koco yang sekaligus
pengikut setianya.
Hal ini
menunjukkan keinginan
untuk mempertahankan posisi tidak hanya datang dari penguasa yang paling tinggi tetapi
juga orang-orang dibawahnya yang juga ikut menikmati pengaruh kekuasaan yang dimiliki Lurah Koco atas jabatan-jabatan yang mereka pegang. Sebab siapa yang
menjadi pemimpin tertinggi juga mempengaruhi posisi-posisi yang ada di bawahnya. Hal ini seperti yang ditemukan pada kutipan berikut.
“Rencana Bayan Sardi untuk mengumpulkan para pemuda dari empat pedukuhan belum terlaksana. Sekarang kamu ambil alih.
Kumpulkan para pemuda, tentu saja yang mau mendukung kita untuk bikin rusuh dukuh Karang. Kita tidak membenci warga
dukuh itu. Tujuannya hanya agar Mustain kehilangan kepercayaan. Kalau Mustain tidak dipercaya lagi, akan saya
berhentikan sebagai kepala dukuh kemudian diganti dengan orang yang mendukung saya. Kamu ingat Bento, enam bulan
lagi pemilihan kepala desa, dan saya harus terpilih lagi. Kalau tidak habislah riwayat kamu jadi Bayan, habis riwayat Carik
Dargo dan orang-
orang lain yang dekat dengan saya.” Munif, 2004 :168.