menggagalkan pembelian
tanah tersebut
agar ia
tidak kehilangan
kepemimpinannya. Akibat dari hal itu, kemudian munculah pemberontakan menentang apa yang menjadi keputusan Lurah Koco mengenai keinginannya
mempertahankan tanah tersebut, pemberontakan ini dimulai oleh Mustain salah satu kepala dukuh di desa Kapur.
b. Tokoh
Tokoh dalam cerita menurut Abrams via Nurgiyantoro 1995: 165 merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama,
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan. Hegemoni kekuasaan dalam novel Bibir Merah direpesentasikan lewat tokoh-tokoh yang diciptakan oleh pengarang. Tokoh Lurah Koco seorang lurah
desa di Desa Kapur, menjadi pusat kepemimpinan di desa tersebut. Ia melakukan hegemoni kekuasaan terhadap warganya, ditakuti karena pengaruh kekuasaan
yang sudah terlalu lama dan kuat. Banyak aparat-aparat pemerintahan desa yang diambil dari orang-orang terdekatnya sehingga ia dengan mudah menggunakan
kekuasaan penuh karena didukung orang-orang yang ada dipihaknya. Selain Lurah Koco ada pula Bayan Sardi, Carik Dargo dan Bayan Bento mereka menjadi
tokoh antagonis yang menghasilkan ideologi otoritarianisme, feodalisme dan vandalisme.
Rumanti sebagai pihak kapitalisme juga melakukan melakukan hegemoni kekuasaan, sebagai pengusaha sukses yang berniat membeli tanah di Desa Kapur,
meski tahu tanah di desa Kapur sangat tidak produktif ia tetap berusaha untuk bisa
membebaskan tanah tersebut, hegemoni itu dilakukan terhadap anak buahnya juga terhadap warga di Desa Kapur yang menginginkan kehidupan yang lebih baik
apabila tanah di Desa Kapur jadi terbeli dan warga bisa pindah untuk transmigrasi.
Sementara tokoh Mustain menjadi tokoh yang memulai pemberontakan terhadap kekuasaan yang dilakukan oleh Lurah Koco, memunculkan ideologi
sosialisme bersama Gus Nursalim dan Kamituwa Samparan, meski yang dilakukan tidak bertujuan melakukan hegemoni ia mendapat dukungan dari
warganya karena merasa Mustain menjadi orang yang dipercaya berani menegakkan kebenaran atas apa yang sudah dilakukan Lurah Koco selama ini.
Keberaniannya terhadap Lurah Koco menimbulkan pengaruh besar bagi para warga yang diam-diam sudah tidak menyukai kepemimpinan Lurah Koco yang
dirasa sudah terlalu banyak merugikan meski para warga tidak ada yang berani atau tidak menunjukkan sikap-sikapnya.
Sebagian tokoh yang diciptakan pengarang dalam novel Bibir Merah melakukan hegemoni kekuasaan dan menjadi korban hegemoni kekuasaan pula.
Sebut saja Gus Nursalim, kepala dukuh Wadas ia disayuti dan dihormati warganya sehingga apapun yang dilakukan atau diputuskan olehnya pasti diikuti
warganya begitu juga pada Mustain. Namun tokoh-tokoh tersebut juga menjadi korban hegemoni kekuasaan oleh Lurah Koco sendiri yang tak lain aparat
pemerintah tertinggi di desa itu termasuk Kamituwa Samparan, Bayan Sardi, Carik Dargo dan Bayan Bento yang sebenarnya bagian dari kepemimpinan Lurah
Koco namun juga menjadi korban kepemimpinan yang mendominasi tersebut.