Elemen Fiksi yang Digunakan untuk Merepresentasikan Hegemoni

membebaskan tanah tersebut, hegemoni itu dilakukan terhadap anak buahnya juga terhadap warga di Desa Kapur yang menginginkan kehidupan yang lebih baik apabila tanah di Desa Kapur jadi terbeli dan warga bisa pindah untuk transmigrasi. Sementara tokoh Mustain menjadi tokoh yang memulai pemberontakan terhadap kekuasaan yang dilakukan oleh Lurah Koco, memunculkan ideologi sosialisme bersama Gus Nursalim dan Kamituwa Samparan, meski yang dilakukan tidak bertujuan melakukan hegemoni ia mendapat dukungan dari warganya karena merasa Mustain menjadi orang yang dipercaya berani menegakkan kebenaran atas apa yang sudah dilakukan Lurah Koco selama ini. Keberaniannya terhadap Lurah Koco menimbulkan pengaruh besar bagi para warga yang diam-diam sudah tidak menyukai kepemimpinan Lurah Koco yang dirasa sudah terlalu banyak merugikan meski para warga tidak ada yang berani atau tidak menunjukkan sikap-sikapnya. Sebagian tokoh yang diciptakan pengarang dalam novel Bibir Merah melakukan hegemoni kekuasaan dan menjadi korban hegemoni kekuasaan pula. Sebut saja Gus Nursalim, kepala dukuh Wadas ia disayuti dan dihormati warganya sehingga apapun yang dilakukan atau diputuskan olehnya pasti diikuti warganya begitu juga pada Mustain. Namun tokoh-tokoh tersebut juga menjadi korban hegemoni kekuasaan oleh Lurah Koco sendiri yang tak lain aparat pemerintah tertinggi di desa itu termasuk Kamituwa Samparan, Bayan Sardi, Carik Dargo dan Bayan Bento yang sebenarnya bagian dari kepemimpinan Lurah Koco namun juga menjadi korban kepemimpinan yang mendominasi tersebut. Sebagian besar tokoh-tokoh yang dimunculkan, seperti para warga desa Kapur mengalami hegemoni kekuasaan, mengakibatkan mereka harus tunduk dan patuh terhadap kepemimpinan Lurah Koco. Termasuk tokoh Gupron, Ben, Munasim, dan Johan karyawan Rumanti menjadi korban hegemoni karena situasi dan posisi mereka yang hanya sebagai karyawan bayaran Rumnati sehingga harus melakukan apa saja yang diperintahkan Rumanti. Mereka menjadi tokoh yang memang harus mengikuti kehendak tuannya demi tidak dipecat dari pekerjaan.

c. Latar atau Setting

Latar atau setting bisa juga disebut sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan, waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang dicertakan Abrams via Nurgiyantoro 1995 :216. Pada novel Bibir Merah, menjadi salah satu alat merepresentasikan hegemoni kekuasaan hal ini dapat dilihat dari penggambaran yang dilakukan oleh pengarang terhadap situasi pada masyarakat sipil dan masyarakat politik yang kemudian digambarkan pada tokoh Gupron, Ben, Basri dan Johan ketika harus berhadapan dengan Rumanti saat melaporkan hasil pembebasaan tanah di Desa Kapur yang masih belum membuahkan hasil seperti yang diinginkan Rumanti. Rumanti di sini sebagai tokoh bos, pimpinan di perusahaan di tempat mereka bekerja, hal tersebut sempat membuat ketegangan dirasakan oleh Gupron, Ben, Basri dan Johan akibat Rumanti yang mendominasi kekuasaan demi mendapatkan tanah tersebut. Hampir sebagian situasi mengenai hegemoni kekuasaan banyak di lakukan oleh Lurah Koco, Bayan Sardi, Kamituwa Samparan. Sedangkan tempat lebih banyak digambarkan di desa Kapur seperti di kelurahan atau beberapa tempat