36
penelitian ini dapat diperoleh dari studi kepustakaan yakni dengan mencari data dari artikel, surat kabar, tabloid, buku, internet, ataupun
sumber lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
3.5 Interpretasi Data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat mengumpulkan banyak data baik dari hasil wawancara, observasi maupun dari dokumentasi. Data tersebut
semua umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan. Oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Data yang telah diperoleh dari studi
kepustakaan juga terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan
yang dapat dikelola, kemudian dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil obsevasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian.
Akhir dari semua proses ini adalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan
kesimpulan-kesimpulan Faisal,2007:257.
Universitas Sumatera Utara
37
3.6 Jadwal Pelaksanaan
No Kegiatan Bulan
Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pra Obsevasi
X 2 ACC
Judul X
3 Penyusunan Proposal
Penelitian X
X 4 Seminar
Proposal Penelitian
X 5
Revisi Proposal Penelitian X
6 Penelitian
Ke Lapangan
X X X X 7 BimbinganLaporan
Akhir X
X X
X 8 Sidang
Meja Hijau
X
3.7 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari maiharapkan mesih banyak keterbatasan penelitian baik karena faktor intern di mana peneliti memiliki
keterbatasan ilmu dan materi juga karena faktor eksternal seperti informan. Untuk itu bagi para akademisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar
pengambilan keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini hanya membahas tentang keberadaan pemeluk dan penerapan nilai-nilai aliran kepercayaan Pemena di Desa Pergendangen.
Adapun nilai-nilai yang terlihat dalam kebiasaan pemeluk aliran kepercayaan Pemena hanya dibahas secara singkat dan tidak mendalam
Universitas Sumatera Utara
38
karena takut keluar dari pandangan Sosiologi. Karena jika berbicara tentang kebiasan yang dianggap bernilai, jika ingin diteliti secara
mendalam lebih mengarah pada kajian Antropologi. Namun akan menarik jika akan ada penelitian selanjutnya yang fokus pada nilai-nilai aliran
kepercayaan Pemena yang masih diterapkan hingga saat ini. 2. Ruang dan waktu dalam penelitian juga cukup terbatas, sehingga
diharapkan penelitian ini sebaiknya dilakukan dalam waktu yang relatif lama agar data-data lapangan dapat terkumpul lebih mendalam lagi.
3. Dalam melakukan wawancara, peneliti kesulitan dalam berkomunikasi dengan informan pemeluk aliran kepercayaan Pemena, melihat perbedaan
keyakinan yang dimiliki. Namun peneliti mengingat bahwa peneliti harus objektif, sehingga semua dapat teratasi. Pemeluk aliran kepercayaan
Pemena yang terlihat tertutup juga menjadi salah satu keterbatasan bagi peneliti untuk mengetahui lebih jauh dan mendalam lagi tentang
kepercayaan mereka, ditambah lagi bahwa pemeluk aliran kepercayaan Pemena juga sulit untuk diketahui karena data penduduk yang
menunjukkan tidak ada lagi yang memiliki kepercayaan Pemena di desa Pergendangen,
Universitas Sumatera Utara
39
BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Sejarah Desa Pergendangen
Sama halnya dengan kebanyakan dari desa-desa yang ada di Tanah Karo bahwa nama desa berasal dari benda-benda atau kejadian yang memiliki makna
bagi masyarakatnya. Di mana untuk Desa Pergendangen bahwa nama desa ini berasal dari kata dasar gendang. Kata gendang pada nama desa ini dibuat karena
dahulu desa ini meruapakan tempat persinggahan para pengembala sapi dan sering bermain gendang di desa ini. Sehingga kata pergendangen berasal dari makna
tempat bermain gendang oleh para pengembala sapi. Ada juga cerita lain desa ini dinamakan Pergendangen karena dulunya di
daerah ini terdapat pohon jabi-jabi sejenis beringin yang menjadi tempat berteduh masyarakat karena pohonnya sangat rindang. Pohon ini dapat
melindungi mereka dari hujan serta terik matahari sehingga banyak orang-orang yang tinggal di daerah ini sering berkumpul di bawah pohon ini. Mereka sering
bermain gendang serta main suling di bawah pohon ini, sehingga masyarakat mengatakan bahwa pohon itu merupakan tempat bermain gendang atau
pergendangan. Demikian terus kata pergendangen disebut-sebut oleh masyarakat daerah ini sehingga desa ini terkenal dengan nama Pergendangen.
Menurut sejarahnya, peletak dasar simantek kuta Desa Pergendangen terdiri dari tiga marga yaitu marga Tarigan Gersang, Perangin-angin Mano, dan
Ginting Tumangger. Ketiga marga ini dikatakan sebagai peletak dasar desa ini
Universitas Sumatera Utara