13
3. Agama menyucikan norma-norma dan nilai masyarakat yang telah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok di atas keinginan individu, dan
disiplin kelompok di atas dorongan hati individu. Dengan demikian, agama memperkuat legitimasi pembagian fungsi, fasilitas, dan ganjaran yang merupakan
ciri khas suatu masyarakat. Agama juga menangani keterasingan dan kesalahan individu yang menyimpang.
4. Agama juga dapat memberikan standar nilai dalam arti di mana norma-norma yang telah terlembaga dapat dikaji kembali secara kritis dan kebetulan masyarakat
memang sedang membutuhkannya. 5. Agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting. Dengan menerima
nilai-nilai yang terkandung dalam agama dan kepercayaan-kepercayaan tentang hakikat dan takdir manusia, individu mengembangkan aspek penting tentang
pemahaman diri dari batasan diri. Melalui peran serta manusia di dalam ritual agama dan doa, mereka juga melakukan unsur-unsur signifikan yang ada dalam
identitasnya. Dengan cara ini, agama mempengaruhi pengertian individu tentang siapa ia dan ia apa.
2.3 Tipe-tipe Agama berdasarkan Evolusinya
Agama yang berkembang di masyarakat saat ini berbeda dengan agama yang dianut masyarakat pada zaman dahulu. Apabila mengikuti sejarah agama
menurut teori evolusi maka akan dipahami perkembangan bentuk-bentuk keagamaan dari bentuk yang masih sederhana hingga bentuk yang modern.
Sesuatu yang berevolusi itu bukanlah kondisi-kondisi akhir, bukan Tuhan, dan juga bukan manusia dalam pengertian yang paling luas. Bukan manusia yang
Universitas Sumatera Utara
14
beragama, dan bukan struktur situasi keberagaman akhir dari manusia yang berevolusi melainkan agama sebagai sistem simbol. Robert N. Bellah mencatat
lima tahap evolusi agama Sanderson, 2011:521-523, hal tersebut dapat dilihat pada tahap evolusi agama berikut:
1. Agama primitif
Merupakan agama yang berisi dengan mitos dan makhluk spiritual. Bellah menguraikan tentang derajat yang paling dunia mitos dihubungkan dengan ciri-
ciri yang rinci tentang yang paling tinggi kemana dunia mitos dihubungkan dengan ciri-ciri yang rinci tentang dunia aktual. Bukan hanya setiap klen dan
kelompok lokal yang dirumuskan dalam hubungan dengan tokoh-tokoh nenek moyang dan peristiwa-peristiwa pemukiman dahulu kala, tapi juga setiap gunung,
batuan, dan pohon dijelaskan dalam hubungan dengan makhluk-makhluk mitos. Makhluk-makhluk spiritual itu bukanlah dewa-dewa karena mereka tidak
menguasai dunia dan tidak disembah. Agama primitif dikenal tidak memiliki spesialisasi: tidak ada padri, tidak ada jemaah, dan tidak ada penonton; agama dan
masyarakat terbaur menjadi satu. 2.
Agama budaya atau Purbakala
Agama ini dikarakteristikkan oleh munculnya dewa-dewa, padri-padri, ibadah, kurban, dan konsepsi-konsepsi tentang Tuhan. Makhluk-makhluk mitos
atau spiritual yang karakteristik dalam agama primitif ditranformasikan menjadi dewa-dewa; makhluk yang diobyektifkan yang menguasai dunia dan yang patut
dihormati dan disembah. Agama ini pada umumnya dijumpai pada masyarakat yang mempunyai stratifikasi sosial, maka agama menjadi terjalin dengan erat
Universitas Sumatera Utara
15
dengan sistem stratifikasi. Kelompok-kelompok status atas biasanya menuntut status religius yang superior, yang sering menuntut sebagai keturunan ilahi.
Agama ini dikenal dengan kepadrian yang terspesialisasi dan legitimasi kepemimpinan politik mereka dalam hubungan dengan keagamaan.
3. Agama Historis
Yaitu agama-agama besar dunia yang timbul pada suatu saat selama atau sesudah masa seribu tahun milenium pertama sebelum Kristus. Ciri-ciri pokok
agama ini adalah dunia lain otherworldliness mereka, penolakan mereka terhadap nilai dunia sekuler dan penetapan suatu dunia eksistensi yang lain
kehidupan di kemudian hari yang adalah superior dalam nilai terhadap dunia sekuler. Tujuan utama agama ini adalah keselamatan salvation, dan tindakan
religius yang paling penting ialah tindakan mempersiapkan jalan untuk keselamatan. Berdasarkan hal tersebut, agama-agama historis itu menempatkan
tekanan yang besar atas alam dunia sekuler yang pada dasarnya berdosa dan menekankan perlunya penghindaran diri religius dari dunia sekuler itu.
4. Agama Modern Awal
Lahir dengan adanya reformasi Protestan, yang meneruskan pembedaan yang dilakukan agama-agama historis diantara dunia sekuler dan dunia lain itu,
maupun perhatiannya yang kuat akan keselamatan, tetapi mengubah cara mencapai keselamatan itu. Bukannya dengan menghindar daru dunia ini,
keselamatan itu dapat dicapai melalui keterlibatan langsung dalam masalah- masalah dunia. Karena itu agama modern awal menolak tema penolakan dunia
agama-agama historis.
Universitas Sumatera Utara
16
5. Agama Modern
Merupakan suatu bentuk kehidupan keagamaan di mana konsep-konsep dan ritual-ritual agama tradisional yang sekurang-kurangnya sebagian telah
digantikan dengan kekhawatiran etik humanistik dari berbagai hal yang sekuler.
2.4 Nilai dan Norma 2.4.1 Nilai