17
televisi swasta mulai dikenal, dengan perlahan-lahan terlihat bahwa di dalam masyarakat itu mulai terjadi pergeseran nilai, misalnya nilai tentang
kesopanan.Tanyangan-tanyangan acara yang didominasi sinetron-sinetron mutakhir yang sering memperlihatkan artis-artis berpakaian relatif terbuka alias
minim, sedikit banyak menyebabkan batas-batas toleransi masyarakat terpengaruh menjadi ikut longgar. Kaum remaja yang dulu terbiasa berpakaian “normal”, kini
telah ikut berpakaian mini dan terkesan makin berani. Model rambut panjang dan hitam yang dulu sebuah kebanggaan perempuan desa, kini justru dianggap sebuah
simbol ketertinggalan, dan sebagai gantinya bahwa model rambut yang dianggap trend adalah rambut pirang yang mereka ikuti dari artis atau idola mereka. Dengan
kata lain bahwa kebiasaan dan tata kelakuan masyarakat ikut berubah seiring dengan berubahnya nilai-nilai yang diyakini masyarakat itu. Narwoko, 2004
2.4.2 Norma
Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan dan akan selalu berkaitan. Perbedaannya secara umum bahwa norma mengandung sanksi yang relatif tegas
terhadap pelanggarnya. Norma lebih banyak penekanannya sebagai peraturan- peraturan yang selalu disertai oleh sanksi-sanksi yang merupakan faktor
pendorong bagi individu ataupun kelompok masyarakat untuk mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu yang dianggap terbaik untuk dilakukan.
Alvin L. Bertrand dalam Basrowi, 2005 mendefinisikan norma sebagai suatu standar-standar tingkah laku yang terdapat di dalam semua masyarakat. Ia
mengatakan, bahwa norma sebagai sesuatu bagian dari kebudayaan nonmateri, norma-norma tersebut menyatakan konsepsi-konsepsi teridealisasi dari tingkah
Universitas Sumatera Utara
18
laku. Sudah tentu bahwa tingkah laku erat hubungannya dengan apa yang menurut pendapat seseorang itu benar atau baik, walaupun begitu, tingkah laku yang
sebenarnya dipandang sebagai suatu aspek dari organisasi sosial. Untuk dapat membedakan kekuatan norma-norma tersebut, maka secara
sosiologis dalam Basrowi 2005 : 88 dikenal ada empat bagian norma-norma sosial, yaitu:
1. Carausage
Norma yang disebut cara hanya mempunyai kekuatan yang dapat dikatakan sangat lemah dibanding norma lainnya. Cara lebih banyak terjadi pada
hubungan-hubungannya antarindividu dengan individu dalam kehidupan masyarakat. Jika terjadi pelanggaran terhadapnya norma, seseorang hanya
mendapat sanksi-sanksi yang ringan, seperti berupa cemoohan atau celaan dari individu lain yang berhubungan dengannya. Perbuatan seseorang yang melanggar
norma dalam tingkatan cara tersebut dianggap orang lain sebagai perbuatan yang tidak sopan, misalnya makan berdecak, makan sambil berdiri, dan sebagainya.
2. Kebiasaan atau perbuatan yang berulang-ulang folkways
Kebiasaan adalah perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama. Kebiasaan mempunyai daya pengikat yang lebih kuat dibanding cara.
Kebiasaan merupakan suatu indikator. Jika orang-orang lain setuju atau menyukai perbuatan tertentu, maka bisa menjadi sebuah ukuran. Misalnya bertutur sapa
lembut sopan santun terhadap orang lain yang lebih tua atau mengucapkan salam setiap bertemu orang lain dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
19
3. Tata kelakuan mores
Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan yang diakui oleh masyarakat sebagai norma pengatur dalam setiap berperilaku. Tata kelakuan lebih menunjukkan
fungsi sebagai pengawas kelakuan oleh kelompok terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan mempunyai kekuatan pemaksa untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu. Jika terjadi pelanggaran, maka dapat mengakibatkan jatuhnya sanksi, berupa pemaksaan terhadap pelanggarnya untuk kembali menyesuaikan diri
dengan tata kelakuan umum sebagaimana telah digariskan. Bentuk hukumannya biasanya dikucilkan oleh masyarakat dari pergaulan, bahkan mungkin biasanya
dari tempat tinggalnya. 4.
Adat istiadat custom Adat istiadat adalah tata kelakuan yang berupa aturan-aturan yang
mempunyai sanksi lebih keras. Anggota masyarakat yang melanggar adat-istiadat akan mendapatkan sanksi hukum, baik formal maupun informal. Sanksi hukum
formal biasanya melibatkan alat negara berdasarkan undang-undang yang berlaku dalam memaksa pelanggarnya untuk menerima sanksi hukum, misalnya
pemerkosaan, menjual kehormatan orang lain dengan dalih usaha mencari kerja, dan sebagainya. Sedangkan sanksi hukum informal biasanya diterapkan dengan
kurang atau bahkan tidak rasional, yaitu lebih ditekankan pada kepentingan masyarakat.
Dalam penelitian ini, bahwa nilai dan norma yang ingin dilihat adalah nilai dan norma yang masih terjaga dan dijalankan pada pemeluk kepercayaan Pemena
di Desa Pergendangen Kecamatan Tiga Binanga. Di mana nilai dan norma yang
Universitas Sumatera Utara
20
ingin diketahui adalah nilai dan norma yang berbeda dengan nilai dan norma masyarakat lainnya, dan apa alasan mereka untuk tetap mempertahankan nilai dan
norma tersebut.
2.5 Status Sosial