Status Sosial Kepercayaan Tradisional di Indonesia

20 ingin diketahui adalah nilai dan norma yang berbeda dengan nilai dan norma masyarakat lainnya, dan apa alasan mereka untuk tetap mempertahankan nilai dan norma tersebut.

2.5 Status Sosial

Dalam buku Menyelami Fenomena Sosial dalam Masyarakat Waluya, 2007: 23, bahwa kedudukan dan status memiliki pengertian yang sama, di mana kedudukan atau status merupakan posisi seseorang dalam masyarakat yang juga mencakup hak-hak dan kewajibannya. Masyarakat pada umumnya mengembangkan tiga jenis kedudukan, yaitu sebagai berikut: 1. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan yang juga merupakan bangsawan. Pada umunya, jenis status sosial seperti ini dijumpai pada masyarakat dengan sistem pelapisan tertutup seperti halnya pada masyarakat feodal. 2. Achieved Status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha- usaha yang disengaja. Misalnya, setiap orang dapat menjadi seorang dokter asalkan memenuhi persyaratan tertentu. 3. Assigned Status merupakan status yang diberikan kepada seseorang. Kedudukan ini mempunyai hubungan yang erat dengan Achieved status. Artinya suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 21 Status akan selalu berkaitan dengan peranan role, di mana peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan status. Di mana jika seseorang menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peranan. Jadi peranan disesuaikan dengan status yang dimilikinya dalam masyarakat.

2.6 Kepercayaan Tradisional di Indonesia

Kepercayaan tradisional di Indonesia saat ini masih banyak yang berkembang, karena seperti yang diketahui bahwa hampir dari setiap suku atau etnis di Indonesia memiliki keperayaan tradisional masing-masing. Namun kepercayaan tradisional ini mengalami banyak tantangan, seperti halnya tantangan tidak diakui sebagai agama di Indonesia melainkan sebuah budaya. Ditambah lagi bahwa tantangan ini semakin berat dirasakan oleh pemeluk kepercayaan tradisional ini karena semakin banyaknya pandangan negatif atau stereotip terhadap mereka dalam masyarakat. Di mana dalam Kamanto 2004:152-153, bahwa stereotip merupakan suatu konsep yang erat kaitannya dengan konsep prasangka, di mana orang yang menganut stereotip mengenai kelompok lain cenderung berprasangka terhadap kelompok tersebut. Menurut Kornblum 1988 :303 stereotip merupakan citra yang kaku mengenai suatu kelompok rasa tahu budaya yang dianut tanpa mempehatikan kebenaran citra tersebut. Sedangkan menurut Banton 1967:299- 303, bahwa stereotip mengacu pada kecenderungan bahwa sesuatu yang dipercayai orang terlalu menyederhanakan dan tidak peka terhadap fakta objektif. Universitas Sumatera Utara 22 Dari padangan negatif atau streotip inilah yang menyebabkan kepercayaan tradisional seperti telah disudutkan oleh masyarakat di sekitarnya. Seperti halnya Salah satunya beberapa tahun lalu di Sulawesi Tengah. Ada ajaran yang digerebek karena dianggap menyebarkan ajaran sesat. Padahal mereka sedang melakukan ritual untuk penyembuhan Kompas.com, 21 April 2010. Dari hal ini dapat kita lihat bahwa keberadaan beberapa kepercayaan tradisional di Indonesia telah mengalami tantangan yang mungkin akan menyebabkan hilangnya kepercayaan tersebut. Namun masih banyak juga kepercayaan tradisional yang masih terjaga di beberapa daerah di Indonesia. Hal ini sangat berkaitan dengan sikap penghargaan dari masyarakatnya untuk menjaga kepercayaan tersebut, yang saat ini dianggap sebagai sebuah budaya lokal. Adapun beberapa kepercayaan tradisional yang terdapat di beberapa daerah antara lain sebagai berikut: 1. Kepercayaan Tradisional Sulawesi Sebelum masuknya agama-agama modern, masyarakat Sulawesi pada umumnya masih menganut kepercayaan tradisional yang mereka terima dari warisan nenek moyang. Kepercayaan aslinya yang berbentuk dinamisme dan animisme yang menyembah pada roh-roh nenek moyang yang mereka anggap masih bersemayam di batu besar, pohon rindang dan tempat-tempat yang dianggap keramat. Kepercayaan dinamisme menyebab kepada kekuatan alam atau benda-benda seperti gunung, batu, dan keris. Kekuatan-kekuatan ini dijadikan sebagai penangkal bahaya atu berfungsi sebagai alat memperoleh kekebalan. Warisan inilah yang dianggap oleh mereka sebagai agama dan kepercayaan yang Universitas Sumatera Utara 23 benar dan yang dikenal dengan berbagai nama seperti Toani Tolotang, dan Aluk Todolo Mukhlis,1995:30. 2. Kepercayaan Malim di tanah Batak Toba Kepercayaan kepada kuasa supernatural merupakan asa dalam agama Malim. Kuasa supernatural itu disebut Tuhan Debata Mulajadi Nabolon. Debata inilah sebagai tuhan yang mahakuasa, maha pencipta dan maha menjadikan seluruh alam semesta alam. Kepercayaan ini tetap terjaga dalam masyarakat batak toba hingga saat ini walaupun secara kuantitas telah berkurang akibat adanya pengaruh modernisasi yang memunculkan agama-agama modern saat ini seperti agama Kristen dan Islam yang saat ini memiliki umat terbesar pada masyarakat Batak Toba. Keberadaan mereka saat ini sudah diakui pada daerah mereka, namun diakui dalam bidang kebudayaan karena lebih dilihat dari kearifan loakalnya. Bahkan untuk saat ini, agama Malim telah memiliki struktur organisasi yang jelas dan tidak dikatakan sebagai bentuk agama, namun dalam bentuk kepercayaan tradisional yang lebih dikaitkan pada budaya setempat Gultom, 2010. 3. Agama lokal yang ada di Papua pada kecamatan Arso dan Waris Kepercayaan ini dinamakan “Yonggoway”, yang diambil dari nama seorang tokoh yang sangat dihormati mereka. Agama lokal ini tetap dianut masyarakat Papua meskipun mereka pada umumnya telah menganut agama Kristen Katolik. Dalam kepercayaan ini, salah satu dewa yang dianggap memiliki hal pencipta dalah Kwembo, ialah yang menciptakan alam semesta, termasuk manusia dan “fowor-fowor manusia roh. Dalam kepercayaan ini terdapat tiga hierarki penguasa di bawah Tuhan utama Kwembo yaitu fowor manusia, keti, dan Universitas Sumatera Utara 24 Yoggoway. Menurut kepercayaan mereka, yang paling ditakuti adalah Yoggoway karena ia bertugas mencabut nyawa orang. Disamping mereka percaya pada tiga penguasa tersebut, mereka percaya pula terhadap roh dan makhluk-makhluk halus yang berada di lingkungan kehidupan mereka. Dan untuk daerah Papua lainnya, masih terdapat kepercayaan-kepercayaan lainnya dan memiliki sebutan yang berbeda-beda juga Oscar, 1994.

2.7 Kepercayaan Pemena di Tanah Karo