20
demikian dapat dilihat bahwa karyawan tersebut memiliki tingkat absensi yang tinggi dan kinerja relatif rendah. Sedangkan pada karyawan dengan komitmen
tinggi memiliki kecenderungan untuk tetap bergabung dengan organisasi. Pada umumnya karyawan tersebut menunjukkan tingkat partisipasi terhadap
organisasi yang besar. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan proses terbentuknya
komitmen organisasi pada karyawan meliputi tahapan yaitu organizational entry, organizational commitment
dan propensity. Organizational entry merupakan tahap pemilihan karyawan terhadap organisasi yang akan dimasukinya.
Organizational commitment merupakan tahap dimana karyawan menetapkan
kedalaman keterlibatannya dalam organisasi. Propensity merupakan tahap dimana kecenderungan yang akan dilakukan seorang karyawan yang memiliki komitmen
yang tinggi maupun rendah.
B. Job Insecurity
1. Pengertian Job Insecurity
Greenhalgh dan Rosenblatt Farida, 2003 mendefinisikan job insecurity sebagai ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang
diinginkan dalam kondisi kerja yang terancam. Dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam organisasi, karyawan sangat mungkin terasa terancam, gelisah dan
tidak aman karena potensi perubahan untuk mempengaruhi kondisi kerja dan kelanjutan hubungan serta balas jasa yang diterimanya dari organisasi.
21
Green Sugiarti, 2006 menyatakan job insecurity sebagai kegelisahan pekerjaan yaitu sebagai suatu keadaan dari pekerjaan yang terus menerus dan
tidak menyenangkan. Pegawai yang mengalami job insecurity dapat mengganggu semangat kerja sehingga efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan tugas tidak
dapat diharapkan dan mengakibatkan turunnya produktivitas kerja. Akibat turunnya produktivitas tentu saja mempengaruhi keberlangsungan perusahaan.
Pegawai yang mengalami job insecurity juga akan kehilangan kreativitas dan dapat timbul kebosanan tanpa satu sebab yang jelas serta secara impulsif keluar
dari pekerjaannya. Job insecurity
juga merupakan kondisi psikologis seseorang atau karyawan yang menunjukkan rasa bingung atau merasa tidak aman dikarenakan kondisi
lingkungan yang berubah-ubah. Kondisi ini muncul karena banyaknya jenis pekerjaan yang sifatnya sesaat atau pekerjaan kontrak. Semakin banyaknya jenis
pekerjaan dengan durasi waktu yang sementara atau tidak permanen maka menyebabkan semakin banyaknya karyawan yang mengalami job insecurity
Smithson dan Lewis, dalam Kurniasari, 2005. Berdasarkan uraian beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kondisi job insecurity merupakan suatu keadaan ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja yang
terancam oleh karena berbagai perubahan yang terjadi dalam organisasi sehingga karyawan sangat mungkin terasa terancam, gelisah dan tidak aman. Kondisi job
insecurity menunjukkan adanya rasa bingung atau rasa tidak aman pada diri
karyawan dikarenakan kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
22
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Job Insecurity