commit to user
signifikansinya 0,331. Berdasarkan hasil pengujian di atas maka dapat disimpulkan bahwa proprietary cost bukan merupakan variabel yang memoderasi
hubungan antara ownership retention terhadap pengungkapan intellectual capital. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi variabel 0,05, walaupun koefisien
regresinya bertanda negatif. Sesuai dengan hasil pengujian di atas maka hipotesis kelima H5 yang menyatakan proprietary cost memoderasi dengan arah negatif
pengaruh ownership retention terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO secara statistik tidak mendapat dukungan,
sehingga H5 ditolak.
D. Pembahasan
1. Pengujian hipotesis pengaruh positif ownership retention terhadap
pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO
Hasil hipotesis 1 membuktikan bahwa ownership retention memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan
yang melakukan IPO. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam kondisi IPO lazim terjadi asimetri
informasi dan nilai lebih yang dimiliki oleh perusahaan sumber daya intellectual capital tidak diketahui oleh investor potensial , hal ini menjadikan investor sulit
untuk mengetahui kualitas IPO. Oleh karena itu, sinyal positif seperti ownership retention diperlukan, sinyal ini akan ditangkap oleh investor potensial bahwa
perusahaan memiliki prospek yang bagus. Untuk menguatkan kepercayaan investor terhadap kualitas IPO, maka emiten akan memberikan tambahan
pengungkapan yang berhubungan dengan topik yang memiliki kontribusi terhadap
commit to user
terjadinya asimetri informasi, yaitu berupa pengungkapan intellectual capital. Pengungkapan intellectual capital dalam prospektus akan memfasilitasi investor
dalam penilaian terhadap perusahaan secara lebih akurat dan menurunkan ketidakpastian tentang prospek masa depan perusahaan. Karena melalui
pengungkapan intellectual capital investor akan mengetahui potensi perusahaan dalam penciptaan nilai. Oleh karena itu, semakin tinggi ownership retention oleh
pemilik lama maka perusahaan akan semakin terdorong untuk memberikan pengungkapan intellectual capital lebih banyak. Hubungan ini mengindikasikan
bahwa ownership retention dan pengungkapan intellectual capital bersifat komplementer.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Zahn 2008.
2. Pengujian hipotesis positif pengaruh reputasi underwriter terhadap
pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO
Hasil pengujian hipotesis 2 membuktikan bahwa reputasi underwriter dapat berdampak positif pada pengungkapan intellectual capital pada perusahaan
yang melakukan IPO. Underwriter berperan dalam mengurangi asimetri informasi yang terjadi
antara issuer dengan investor melalui dorongan underwriter terhadap perusahaan untuk melakukan pengungkapan intellectual capital. Dengan pengungkapan
intellectual capital maka keyakinan investor tentang kualitas IPO akan meningkat dan persepsi persepsi risiko investor akan berkurang, yang pada akhirnya akan
membuat investor melakukan keputusan investasi. Sementara itu, dalam penelitian ini kontrak penjaminan emisi yang dilakukan oleh underwriter terhadap
commit to user
perusahaan IPO adalah dalam bentuk penjaminan full commmitment, sehingga underwriter berkepentingan atas terjualnya seluruh saham IPO. Jadi dengan
alasan kepentingan tersebut akan membuat underwriter mendorong perusahaan untuk memberikan pengungkapan intellectual capital, karena
dengan pengungkapan intellectual capital pada akhirnya akan membuat investor bersedia
untuk membeli saham. Oleh karena itu, penggunaan underwriter yang bereputasi diharapkan memberikan dorongan yang semakin besar akan pengungkapan
intellectual capital dalam prospektus. Dengan kata lain, penggunaan underwriter yang bereputasi akan mendorong perusahaan untuk tidak menahan informasi
intellectual capital, sehingga konsekuensinya adalah meningkatnya pengungkapan intellectual capital.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Zahn 2008 dan Romadani 2010.
3. Pengujian hipotesis pengaruh positif umur perusahaan terhadap
pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO
Hasil pengujian hipotesis 3 tidak dapat membuktikan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual capital pada
perusahaan yang melakukan IPO. Koefisien regresi variabel umur perusahaan ini bernilai positif, sehingga
dapat dikatakan bahwa umur perusahaan berdampak positif terhadap pengungkapan intellectual capital. Meskipun koefisien regresi bernilai positif
namun tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini berarti lamanya perusahaan berdiri tidak dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut akan
memberikan pengungkapan intellectual capital lebih banyak. Bukh et al. 2005
commit to user
mengindikasikan bahwa yang mendorong pengungkapan intellectual capital adalah lebih pada masalah latar belakang tim manajemen yang sedang menjabat
dibandingkan dengan umur perusahaan. Jadi soal telah berapa lamanya perusahaan telah beroperasi nampaknya tidak menjadi pendorong meningkatnya
pengungkapan intellectual capital. Lebih lanjut, jika mengacu pada pendapat Woodcock dan Whiting 2009, maka alasan tidak diketemukannya pengaruh
umur perusahaan terhadap pengungkapan intellectual capital dapat dijelaskan dengan menggunakan legitimacy theory. Jadi tidak menjadi soal sudah berapa
lama suatu perusahaan beroperasi, perusahaan tersebut harus secara kontinyu melakukan pengungkapan intellectual capital agar sejalan dengan ekspektasi
komunitas mengenai legitimasi. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
White et al. 2007 dan Singh dan Zahn 2008, namun menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Bukh et al. 2005, Woodcock dan Whiting 2009, dan
Prabowo 2010.
4. Pengujian hipotesis pengaruh positif komisaris independen terhadap
pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO
Hasil pengujian hipotesis 4 tidak dapat membuktikan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual capital pada
perusahaan yang melakukan IPO. Kemungkinan tidak ditemukannya pengaruh tersebut adalah karena
eksistensi komisaris independen dalam perusahaan nampaknya baru sekedar menjadi pelengkap atau hanya untuk memenuhi kebutuhan formal semata.
Komisaris independen belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan, yaitu
commit to user
sebagai wujud implementasi good corporate governance. Hal ini dimungkinkan karena dalam praktiknya terdapat kecenderungan bahwa komisaris independen
tidak benar-benar independen yang akan semakin bertambah jika komisaris independen memiliki kinerja yang lemah kompetensi maupun integritasnya.
Menurut Prabowo 2010 dalam praktiknya belum ada mekanisme tentang bagaimana pemegang saham memilih komisaris independen, sehingga walaupun
dewan komisaris independen ini ada namun tidak diketahui penunjukannya. Kondisi yang demikian memungkinkan pengangkatan komisaris independen
hanya didasarkan atas hubungan kekerabatan atau penghargaan semata. Hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi dua hal yang bersifat mendasar yaitu
masalah independensi
dan kapabilitas.
Akibat selanjutnya
adalah ketidakmampuan komisaris independen untuk mendorong dan menciptakan iklim
yang independen, obyektif, dan transparan sebagai bentuk perhatian terhadap kepentingan investor. Keberadaan komisaris independen yang belum dapat
berjalan efektif ini menyebabkan ekspektasi bahwa komisaris independen mendorong pengungkapan intellectual capital tidak terwujud. Sementara itu hasil
koefisien regresi yang menunjukkan arah negatif mungkin merupakan sifat substitusi terhadap pengungkapan intellectual capital.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cerbioni dan Parbonetti 2007 dan Li et al. 2008, namun menunjukkan hasil
yang sama dengan penelitian Wardhani 2009, Hanan 2010, dan Prabowo 2010.
commit to user
5. Pengujian hipotesis proprietary cost memoderasi dengan arah negatif
pengaruh ownership retention terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO
Hasil pengujian hipotesis 5 menunjukkan bahwa proprietary cost tidak memoderasi dengan arah negatif pengaruh ownership retention terhadap
pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel proprietary cost bukanlah variabel
pemoderasi. Artinya, proprietary cost yang diproksikan dengan konsentrasi industri yang selanjutnya diukur menggunakan indeks HI tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan intellectual capital. Hasil penelitian ini tidak berhasil mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Singh dan Zahn 2008 yang menemukan bahwa hubungan ownership retention dan pengungkapan intellectual capital akan melemah saat proprietary
cost meningkat. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut maka dapat dijelaskan bahwa dalam mengungkapkan informasi intellectual capital hanya
memandang besaran ownership retention oleh pemilik lama tanpa terpengaruh adanya proprietary cost. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terkonsentrasi proprietary cost tinggi atau tidaknya suatu industri proprietary cost rendah tidak berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital
perusahaan dalam prospektus IPO.
E. Pembahasan mengenai variabel kontrol