Uji Asumsi Klasik PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, REPUTASI UNDERWRITER, UMUR, DAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL DALAM PROSPEKTUS IPO DENGAN PROPRIETARY COST SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

commit to user BAPEPAM-LK. Sisanya sebesar 52 perusahaan belum memiliki komisaris independen. Sementara itu nilai minimal dan maksimal variabel LnGP adalah 22,77 dan 28,78 dengan mean dan standar deviasi sebesar 24,6918 dan 1,53334. Mean variabel rencana kompensasi eksekutif RKE menunjukkan nilai sebesar 0,25, yang berarti proporsi sebesar 25 perusahaan mempunyai rencana kompensasi eksekutif berupa pemberian bonus atau opsi kepada karyawan, sedangkan sebesar 75 perusahaan tidak mempunyai rencana kompensasi eksekutif. Nilai minimal dan maksimal variabel leverage Lev adalah 0,01 dan 1,83 dengan mean dan standar deviasi sebesar 0,514545 dan 0,3137430. Variabel terakhir adalah reputasi auditor Aud. Nilai mean variabel reputasi auditor adalah 0,48, yang menunjukkan bahwa proporsi sebesar 48 perusahaan yang melakukan IPO menggunakan jasa audit KAP Big Four dan sisanya 52 menggunakan jasa audit KAP Non Big Four.

B. Uji Asumsi Klasik

Gujarati 2003 menyatakan bahwa sebelum melakukan uji regresi terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik, pengujian ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan bahwa penggunaan model regresi menghasilkan estimator linear yang tidak bias. Asumsi-asumsi tersebut adalah normalitas, autokorelasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal commit to user ataukan tidak Ghozali 2002. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan melihat normal probability plot, yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Dasar pengambilan keputusan: a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal danatau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil pengujian normalitas disajikan dalam gambar berikut ini. Gambar 2 Gambar 2 Hasil Uji Normalitas – Model Regresi 1: Grafik Normal Probability Plot commit to user Gambar 3 Gambar 3 Hasil Uji Normalitas – Model Regresi 2 : Grafik Normal Probability Plot Kedua gambar grafik normal plot di atas gambar 2 dan gambar 3 memperlihatkan titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas terpenuhi sehingga model regresi 1 dan model regresi 2 layak dipakai. Untuk memperkuat hasil pengujian PP Plot, maka dalam penelitian ini dilakukan uji one sample kolmogorov-smirnov. Hasil uji kolmogorov-smirnov untuk model regresi 1 dapat dilihat pada tabel 4 dan hasil uji kolmogorov-smirnov untuk model regresi 2 dapat dilihat pada tabel 5 berikut. commit to user Tabel 4 Tabel 4 Hasil Uji Normalitas – Model Regresi 1 : Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Predicted Value N 44 Normal Parameters a Mean ,2688636 Std. Deviation ,06891601 Most Extreme Differences Absolute ,106 Positive ,106 Negative -,086 Kolmogorov-Smirnov Z ,706 Asymp. Sig. 2-tailed ,701 a. Test distribution is Normal Tabel 5 Tabel 5 Hasil Uji Normalitas – Model Regresi 2 : Kolmogorov-Smirno v One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Predicted Value N 44 Normal Parameters a Mean ,2688636 Std. Deviation ,07201586 Most Extreme Differences Absolute ,099 Positive ,099 Negative -,084 Kolmogorov-Smirnov Z ,660 Asymp. Sig. 2-tailed ,777 a. Test distribution is Normal. commit to user Hasil uji normalitas residual dengan uji kolmogorov-smirnov menunjukkan nilai sebesar 0,701 untuk model regresi 1 dan sebesar 0,777 untuk model regresi 2. Oleh karena angka signifikansi 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi normal. Dengan kata lain, model regresi yang digunakan telah memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi terdpat korelasi antar variabel bebas independen. Uji multikolinieritas dapat diamati dengan membandingkan nilai variance inflation factor VIF dan nilai tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya Ghozali 2002. Nilai cutoff tolerance yang umum digunakan adalah 0,10 dan VIF 10. Jika terjadi hal demikian, berarti tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi. Selain itu untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi penelitian ini dilakukan dengan menganalisis matrik korelasi variabel- variabel bebas. Jika antar variabel bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0,90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas Ghozali 2002. Hasil uji multikolinieritas untuk model regresi 1 dapat dilihat pada tabel 6, sedangkan hasil uji multikolinieritas untuk model regresi 2 dapat dilihat pada tabel 7. commit to user Tabel 6 Tabel 6 Hasil Uji Multikolinieritas – Model Regresi 1 Variabel Tolerance VIF Kesimpulan LnOwnRet 0,705 1,419 Tidak multikolinieritas Undw 0,847 1,181 Tidak multikolinieritas LnUP 0,795 1,258 Tidak multikolinieritas KomInd 0,565 1,770 Tidak multikolinieritas LnGP 0,488 2,051 Tidak multikolinieritas RKE 0,673 1,485 Tidak multikolinieritas Lev 0,935 1,069 Tidak multikolinieritas Aud 0,796 1,256 Tidak multikolinieritas Sumber : Data sekunder, diolah Dari tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 10, sedangkan nilai VIF juga menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel yang memiliki VIF lebih dari 10. Sementara itu, hasil besaran korelasi antar variabel dalam penelitian ini lampiran 4 menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar variabel yang nilainya lebih dari 90, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada multikorelasi antar variabel dalam model regresi 1 atau dengan kata lain semua variabel independen tersebut layak digunakan sebagai prediktor. commit to user Tabel 7 Tabel 7 Hasil Uji Multikolinieritas – Model Regresi 2 Variabel Tolerance VIF Kesimpulan LnOwnRet 0,184 5,422 Tidak multikolinieritas Undw 0,820 1,220 Tidak multikolinieritas LnUP 0,722 1,385 Tidak multikolinieritas KomInd 0,544 1,837 Tidak multikolinieritas HerfIndCon 0,165 6,045 Tidak multikolinieritas LnOwnRet. HerfIndCon 0,074 13,568 Multikolinieritas LnGP 0,478 2,093 Tidak multikolinieritas RKE 0,623 1,605 Tidak multikolinieritas Lev 0,898 1,114 Tidak multikolinieritas Aud 0,789 1,267 Tidak multikolinieritas Sumber : Data sekunder, diolah Dari tabel 7 menunjukkan terdapat multikolinieritas pada variabel interaksi LnOwnRet. HerfIndCon, karena nilai tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF lebih dari 10. Meskipun terdapat multikolinearitas, hasil penelitian ini tidak akan berkurang tingkat kepercayaannya karena analisis penelitian dilakukan menggunakan regresi interaksi. Dalam hal ini multikolinieritas tidak berbahaya Gudono dan Mardiyah 2000 dalam Prasetyo 2002, karena model yang dianalisis memang mengkombinasikan dua variabel independen model interaksi yang commit to user memang cenderung menyebabkan terjadinya multikolinieritas Kleinbaum et al. 1987 dalam Muawanah dan Indriantoro 2001. Di samping hal tersebut, multikolinieritas tidak menjadi masalah yang serius apabila tujuan analisis hanya untuk memprediksi adanya pengaruh, bukan menghitung besarnya parameter variabel independen Gujarati 1995 dalam Muawanah dan Indriantoro 2001.

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 sebelumnya. Untuk mendeteksi autokorelasi digunakan uji Breusch-Godfrey BG test. Data akan lolos uji ini jika signifikansi lebih dari 5. Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Tabel 8 Hasil Uji Autokorelasi – BG test Model Sig Res_2 model regresi 1 0,249 Res_2 model regresi 2 0,135 Sumber : Data sekunder, diolah Hasil pengujian autokorelasi model regresi 1 pada tabel 8 menunjukkan bahwa koefisien parameter untuk variabel residual Res_2 memberikan commit to user probabilitas signifikan 0,249. Sementara itu hasil pengujian autokorelasi model regresi 2 pada tabel 8 menunjukkan bahwa koefisien parameter untuk variabel residual Res_2 memberikan probabilitas signifikan 0,135. Dengan demikian menunjukkan kedua model regresi tersebut tidak terdapat autokorelasi.

4. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Pengujian asumsi ini dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan residualnya SRESID. Hasil pengujian heterokedastisitas untuk model regresi 1 dapat dilihat pada gambar 4, sedangkan hasil pengujian heterokedastisitas untuk model regresi 2 dapat dilihat pada gambar 5. Hasil pengujian heterokedastisitas pada gambar 4 dan gambar 5 menunjukkan bahwa titik-titik tersebar di atas dan di bawah angka nol. Titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi 1 dan model regresi 2 tidak terjadi heterokedastisitas. commit to user Gambar 4 Gambar 4 Hasil Uji Heterokedastisitas – Model 1 Gambar 5 Gambar 5 Hasil Uji Heterokedastisitas – Model 2 commit to user

C. Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, INVESTASI DARI PROCEEDS, REPUTASI AUDITOR DAN LABA PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN INSTITUSIONAL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

0 4 73

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, REPUTASI AUDITOR, LABA PERUSAHAAN, DAN UNDERPRICING TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN INSTITUSIONAL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

0 4 70

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, INVESTASI DARI PROCEEDS DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN INSTITUSIONAL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

0 17 96

PENGARUH PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP PENGARUH PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL.

0 3 14

PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL PENGARUH PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL.

2 14 40

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, UNDERWRITER REPUTATION DAN FIRM SIZE TERHADAP PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010 – 2012 SKRIPSI.

0 7 54

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, UNDERWRITER REPUTATION DAN FIRM SIZE TERHADAP PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010 – 2012.

2 6 52

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP NILAI PASAR PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.

3 6 46

Pengaruh Ownership Retention, Investasi Dari Proceeds, dan Reputasi Auditor Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial dan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 23

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, LEVERAGE, TIPE AUDITOR, JENIS INDUSTRI DAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL

0 1 14