commit to user
external capital menjadi kategori yang paling sering diungkap. Sementara itu dari hasil regresi dan korelasi menghasilkan kesimpulan bahwa tipe industri dan tipe
auditor mempengaruhi tingkat tingkat pengungkapan intellectual capital, sedangkan konsentrasi kepemilikan, listing age, dan leverage tidak
mempengaruhi. Sonnier et al. 2008 menguji pengaruh ukuran perusahaan dan umur
terhadap pengungkapan intellectual capital pada 143 perusahaan high-tech. menemukan hubungan negatif yang signifikan antara umur perusahaan dan
pengungkapan intellectual capital. Sonnier et al. 2008 menyimpulkan bahwa umur perusahaan merupakan prediktor yang signifikan bagi pengungkapan
intellectual capital, nampaknya perusahaan yang muda umurnya menggunakan pengungkapan sebagai sinyal ke pasar tentang nilai riil dan prospek perusahaan.
J. Pengembangan Hipotesis
Ownership Retention dan Pengungkapan Intellectual Capital
Menurut Certo et al. 2001 dan Arthurs, Busenitz, Hoskisson, dan Johnson 2009 dua pendapat utama dalam teori sinyal adalah bahwa:
a. Sinyal harus dapat diamati dan diketahui sebelumnya. Hal ini membuat para investor terinformasi dapat secara efektif menggunakan sinyal.
b. Sinyal harus mahal dan sulit untuk ditirukan oleh perusahaan dengan kualitas IPO yang lebih rendah ide perusahaan tidak mungkin atau sulit
untuk ditirukan oleh pesaingnya yaitu perusahaan yang kurang sukses.
commit to user
Allen dan Faulhaber 1989 dalam Singh dan Zahn 2008 menyatakan bahwa harga merupakan salah satu sinyal yang mungkin digunakan untuk
menyampaikan informasi. Variabel lainnya seperti pilihan underwriter dan auditor yang berkualitas dalam IPO dapat memberikan sinyal kualitas perusahaan Titman
dan Trueman 1986 dalam Firth dan Liau-Tan 1998. Namun ownership retention sering disebutkan sebagai sinyal terbaik dari kualitas IPO Firth dan Liau-Tan
1998; Jog dan McConomy 2003, dapat dipercaya Kurniawati 2003, dan meningkatkan nilai pasar perusahaan Clarkson et al. 1991; Firth dan Liau-Tan
1998. Investigasi mengenai ownership retention sebagai suatu sinyal adalah
konsisten dengan kedua kriteria sinyal diatas. Ownership retention dapat diamati dan diketahui dalam penawaran karena informasi ini terdapat dalam dokumen
prospektus. Ownership retention merupakan sinyal yang sulit dan mahal untuk ditiru. Sinyal ini mahal apabila venture tidak kuat secara finansial Clarkson,
Dontoh, Richardson, dan Sefcik 1992; Jog dan McConomy 2003. Kurniawati 2003 menyatakan bahwa ownership retention sebagai sinyal yang bagus jika
perusahaan meningkatkan ownership retention-nya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Leland dan Pyle 1977 bahwa tingkat ownership retention
dalam sebuah IPO dapat menyatakan informasi mengenai kualitas IPO. Literatur IPO secara tidak langsung menyatakan bahwa ownership
retention adalah sinyal kunci untuk pasar mengenai kualitas perusahaan Singh dan Zahn 2008. Kualitas IPO yang bagus, bagaimanapun, menggunakan sinyal
berganda multiple signals seperti pengungkapan sukarela yang lebih banyak
commit to user
untuk menarik investor Jog dan McConomy 2003. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Singh dan Zahn 2008 yang mengacu pernyataan Hughes
1986 bahwa manajemen harus melibatkan sinyal fractional ownership post- listing untuk melengkapi sinyal pengungkapan, selama pengungkapan intellectual
capital tidak dapat dengan mudah diinterpretasikan oleh investor. Firth dan Liau-Tan 1998 berpendapat bahwa usaha pengungkapan
informasi knowledge perusahaan ditujukan untuk menambah tingkat kepercayaan sebagai parameter dasar penilaian informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa ownership retention merupakan sinyal pelengkap untuk pengungkapan intellectual capital.
Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Zahn 2008 mendasarkan pemikiran bahwa kualitas IPO yang bagus diproksikan oleh tingginya tingkat
ownership retention akan membuat perusahaan bersedia untuk memberikan pengungkapan intellectual capital yang lebih banyak untuk memperkuat nilai
IPO. Singh dan Zahn 2008 menduga bahwa ownership retention memiliki hubungan positif terhadap pengungkapan intellectual capital. Hasil penelitian
mereka mengindikasikan bahwa semakin rendah ownership retention semakin rendah tingkat pengungkapan intellectual capital dalam perusahaan yang
melakukan IPO. Penelitian Singh dan Zahn 2008 ini didukung oleh pendapat Bukh et al.
2005 yang menyatakan bahwa tingkat kepemilikan manajerial sebelum IPO secara signifikan berhubungan dengan tingkat pengungkapan intellectual capital.
Perusahaan yang manajemennya memiliki ketertarikan untuk mempertahankan
commit to user
ownership retention-nya akan lebih banyak mengungkapkan informasi intellectual capital yang dimilikinya.
Guo et al. 2004 berargumen bahwa keberadaan ownership retention pada perusahaan IPO akan mempengaruhi keputusan pengungkapan. Namun
bertentangan dengan hasil penelitian Singh dan Zahn 2008, penelitian Guo et al. 2004 menunjukkan bahwa ownership retention berpengaruh negatif terhadap
pengungkapan intellectual capital. Menurut Guo et al. 2004, semakin tinggi ownership retention maka akan semakin bagus kualitas perusahaan, sehingga
pemilik atau manajer tidak perlu meningkatkan jumlah pengungkapan informasi untuk meyakinkan para investor. Hal ini berarti bahwa persentase ownership
retention oleh pemilik lama diharapkan sebagai substitusi bagi pengungkapan. Selain Guo et al. 2004, hasil penelitian yang dilakukan Singh dan Zahn 2008
tersebut juga tidak didukung oleh Romadani 2010. Romadani 2010 menyimpulkan bahwa tingginya ownership retention tidak mempengaruhi
pengungkapan intellectual capital. Gale dan Stiglitz 1989 dalam Courteau 1995 menunjukkan bahwa
diversifikasi yang dilakukan saat IPO tidak cukup untuk mengungkap informasi privat secara penuh: jika pemilik lama dapat menjual saham yang ditahan pada
pasar kedua segara setelah issue, strategi signifikan tidak akan meyakinkan investor. Oleh karena itu, Courteau 1995 mengembangkan model Leland dan
Pyle 1977 dengan menambahkan syarat pada variabel ownership retention sebagai sinyal nilai perusahaan, yaitu pemilik lama berkomitmen mengenai
lamanya jangka waktu periode menahan kepemilikan. Hal ini mengindikasikan
commit to user
bahwa komitmen untuk menahan kepemilikan adalah menjadi mekanisme sinyal yang melengkapi ownership retention.
Strategi signifikan berupa ownership retention yang ditambah dengan komitmen untuk menahan periode kepemilikan menjadi mekanisme sinyal yang
semakin meyakinkan investor mengenai kualitas IPO. Lebih lanjut lagi, untuk lebih mendukung persepsi tersebut maka perusahaan akan lebih banyak
mengungkapkan intellectual capital yang dimilikinya. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh
positif ownership
retention terhadap
pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO.
Reputasi Underwriter dan Pengungkapan Intellectual Capital
Untuk mengurangi efek asimetri informasi yang lazim terjadi pada saat IPO perusahaan dapat menyediakan informasi tambahan dan sinyal kualitas
informasi melalui berbagai mekanisme, seperti memilih underwriter yang bereputasi. Yoga 2010 menyatakan bahwa pasar relatif mengenal underwriter
yang bereputasi baik dan pasar percaya bahwa underwriter dengan reputasi baik tidak akan menjamin perusahaan yang berkualitas rendah. Jadi apabila emiten
menggunakan underwriter yang bereputasi baik maka investor akan merespon secara positif informasi tersebut.
Penelitian yang menggunakan reputasi underwriter sebagai sinyal antara lain dilakukan oleh Beatty 1989, Carter dan Manaster 1990, Chen dan Mohan
2002, Singh dan Zahn 2008, Nugroho 2009, dan Romadani 2010.
commit to user
Reputasi underwriter dapat berdampak pada persepsi investor mengenai kualitas perusahaan IPO Certo et al. 2001. Issuer dapat mengurangi
ketidakpastian dengan memberikan sinyal IPO melalui mekanisme reputasi underwriter yang tinggi Clarkson et al. 1991. Pendapat serupa juga diutarakan
oleh Chen dan Mohan 2002, bahwa perusahaan yang melakukan IPO dengan kualitas yang lebih tinggi akan memberikan sinyal informasi kunci tentang nilai
IPO dengan menggunakan underwriter yang bereputasi tinggi. Sebelum penempatan saham, underwriter membantu perusahaan untuk
menyusun prospektus. Underwriter yang bereputasi biasanya akan menuntut lebih pada perusahaan yang akan melakukan IPO dalam hal pengungkapan informasi
Romadani 2010. Underwriter akan mendorong pengungkapan intellectual capital dalam prospektus agar potensi perusahaan dapat diketahui oleh calon
investor. Informasi yang disajikan dalam prospektus akan ditolak oleh underwriter apabila dianggap menyesatkan masyarakat. Oleh karena itu,
penggunaan underwriter yang bereputasi yang merupakan sinyal positif perusahaan ini akan diinterpretasikan oleh publik bahwa perusahaan memiliki
informasi dalam prospektus seperti pengungkapan intellectual capital yang tidak menyesatkan. Hal ini disebabkan karena underwriter ikut bertanggung jawab
apabila dalam prospektus terdapat kesalahan penyampaian informasi yang dapat mengakibatkan kerugian bagi para pemodal.
Underwriter yang bereputasi mempunyai beban moral yang lebih besar untuk mempertahankan reputasi baiknya sehingga pemilihan underwriter yang
commit to user
berkualitas akan memberikan keyakinan lebih bagi investor akan keberhasilan perusahaan IPO Sulistio 2005.
Di sisi lain underwriter berperan dalam mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara issuer dengan investor melalui dorongan underwriter terhadap
perusahaan untuk melakukan pengungkapan intellectual capital. Dengan pengungkapan intellectual capital maka keyakinan investor tentang kualitas IPO
akan meningkat dan persepsi risiko investor akan berkurang, yang pada akhirnya akan membuat investor melakukan keputusan investasi. Sementara itu, dalam
penelitian ini kontrak penjaminan emisi yang dilakukan oleh underwriter terhadap perusahaan IPO adalah dalam bentuk penjaminan full commmitment, sehingga
underwriter berkepentingan atas terjualnya seluruh saham IPO. Jadi dengan alasan kepentingan tersebut akan membuat underwriter mendorong perusahaan
untuk memberikan pengungkapan intellectual capital, karena dengan
pengungkapan intellectual capital pada akhirnya akan membuat investor bersedia untuk membeli saham. Oleh karena itu, penggunaan underwriter yang bereputasi
diharapkan memberikan dorongan yang semakin besar akan pengungkapan intellectual capital dalam prospektus.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut: H2 : Terdapat
pengaruh positif
reputasi underwriter
terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan
IPO.
commit to user
Umur Perusahaan dan Pengungkapan Intellectual Capital
Marwata 2001 dalam Simanjuntak dan Widiastuti 2004 dan Jaswadi dan Purnomo 2006 beranggapan bahwa umur perusahaan diperkirakan memiliki
hubungan positif dengan kualitas ungkapan sukarela. Senada dengan peneliti sebelumnya, Rubhyanti 2010 berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki
umur lebih tua mungkin akan meningkatkan praktik pengungkapan dari waktu ke waktu. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua
memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan keuangannya, sehingga dengan demikian perusahaan akan lebih mengetahui
kebutuhan stakeholder-nya mengenai informasi perusahaan. Perusahaan yang telah memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih
memahami kebutuhan penggunanya dan memiliki informasi yang lebih detil mengenai perusahaan yang harus dibuka kepada pihak-pihak di luar manajemen
yang berkepentingan terhadap perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang telah lama berdiri akan mempunyai publikasi lebih banyak dibandingkan dengan
perusahaan yang masih baru. Dalam konteks IPO, oleh karena itu, calon investor akan memperoleh informasi intellectual capital yang lebih banyak dari
perusahaan yang melakukan IPO dengan umur yang lebih tua. Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang umurnya lebih muda
akan memberikan pengungkapan intellectual capital dalam rangka meningkatkan penilaian dan persepsi investor Sonnier et al. 2008. Perusahaan yang baru saja
listing perlu untuk mengungkapkan informasi guna mengurangi skeptisme dan
commit to user
meningkatkan kepercayaan investor yang mana memandang perusahaan tersebut memiliki risiko yang lebih tinggi Hannifa dan Cooke 2002.
Bukh et al. 2005 mengidentifikasi bahwa umur perusahaan sering digunakan sebagai proksi dari risiko dalam studi-studi terdahulu. Menurut Bukh et
al. 2005 perusahaan dengan risiko tinggi akan lebih mengungkapkan informasi untuk menurunkan risiko. Riset menunjukkan bahwa perusahaan yang telah lama
berdiri adalah kurang berisiko. Hal ini berarti semakin lama suatu perusahaan berdiri maka investor akan menganggap risiko perusahaan tersebut lebih rendah,
oleh karena itu perusahaan yang lebih tua akan memberikan pengungkapan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang lebih muda yang lebih
berisiko. Berdasarkan perspektif ini, luas pengungkapan suatu perusahaan diharapkan memiliki hubungan dengan lamanya berapa tahun perusahaan tersebut
berada dalam bisnis Bukh et al. 2005. Dalam penelitian-penelitian terdahulu, Bukh et al. 2005, White et al.
2007, Cordazzo 2007, Sonnier et al. 2008, Singh Zahn 2008, dan Prabowo 2010 masing-masing menemukan hubungan yang berbeda dalam hubungan
antara umur dengan pengungkapan intellectual capital. Bukh et al. 2005, dan Prabowo 2010 misalnya, menemukan bahwa umur tidak mempengaruhi
pengungkapan intellectual capital. Cordazzo 2007 menemukan bahwa umur berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital.
Sementara itu Singh dan Zahn 2008 menemukan umur mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual capital. Sedangkan White et al. 2007
yang menemukan hubungan positif yang kuat antara pengungkapan intellectual
commit to user
capital dan umur perusahaan, walaupun mengharapkan adanya hubungan yang negatif. Perbedaan ini yang memotivasi untuk meneliti kembali variabel umur
perusahaan sebagai determinan pengungkapan intellectual capital. H3 : Terdapat pengaruh positif umur perusahaan terhadap pengungkapan
intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO.
Komisaris Independen dan Pengungkapan Intellectual Capital
La Porta, Silanes, Shleifer, dan Vishny 1998 menyoroti potensi hubungan antara corporate governance dan pola pengungkapan. Semakin baik
pelaksanaan tata kelola perusahaan oleh suatu perusahaan maka semakin banyak informasi yang diungkap Khomsiyah 2003 dalam Purnomosidhi 2006.
Salah satu variabel corporate governance adalah komisaris independen. Studi terdahulu menyatakan bahwa dewan independen adalah ciri khas corporate
governance yang mempengaruhi pengungkapan perusahaan Singh dan Zahn 2008. Gompers 1995 menyatakan bahwa struktur dewan independen adalah
penting guna pengawasan yang efektif bagi perusahaan pemula start-up yang mana keberadaan asimetri informasi lazim terjadi. Dewan independen minimum
dapat memberi sinyal terdapatnya sebuah mekanisme pengawasan yang efektif, oleh karena itu, meningkatkan nilai perusahaan Certo et al. 2001.
Haniffa dan Cooke 2005 dalam Li et al. 2008 mengemukakan bahwa adanya direktur non eksekutif yang lebih banyak dalam dewan akan memberikan
keahlian, prestis dan koneksi yang lebih luas, dan memainkan peran kunci dalam mempengaruhi pengungkapan.
commit to user
Temuan-temuan penelitian terdahulu mengenai pengungkapan sukarela yang mempertimbangkan komposisi dewan sebagai determinan pengungkapan
adalah beragam, misalnya Beasly 1996 menemukan bahwa proporsi direktur non eksekutif secara positif berhubungan dengan kemampuan dewan untuk
mempengaruhi keputusan pengungkapan sukarela. Haniffa dan Cooke 2002 juga menemukan hubungan positif antara proporsi direktur independen dan
pengungkapan informasi secara sukarela di Malaysia, dan yang lainnya menemukan hubungan negatif Haniffa dan Cooke 2005 dalam Li et al. 2008.
Sementara itu Ho dan Wong 2001, menggunakan data dari perusahaan yang listing di Hong Kong, menghipotesiskan suatu hubungan positif antara proporsi
direktur non eksekutif independen dan luas pengungkapan sukarela. Mereka tidak menemukan hubungan antara luas pengungkapan sukarela dengan proporsi
direktur non eksekutif independen pada dewan perusahaan. Penelitian lain yang juga mengenai direktur non eksekutif independen
dilakukan oleh Patelli dan Prencipe 2007, menemukan hubungan positif dengan jumlah informasi sukarela yang diungkapkan oleh perusahaan dalam annual
report. Sementara itu Chen dan Jaggi 2000 dalam Cerbioni dan Parbonetti 2007 yang menganalisis hubungan antara proporsi direktur non eksekutif
independen dengan pengungkapan sukarela juga menunjukkan hasil yang positif. Berdasarkan analisis pada perusahaan bioteknologi Eropa selama periode
tiga tahun, Cerbioni dan Parbonetti 2007 menemukan variabel corporate governance memiliki pengaruh yang kuat terhadap pengungkapan intellectual
capital. Sedangkan Li et al. 2008 menemukan hubungan positif signifikan antara
commit to user
proporsi dewan direktur independen dan pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan perusahaan di United Kingdom UK. Sebagai tambahan,
penelitian yang dilakukan oleh Haniffa dan Cooke 2005 dalam Li et al. 2008 menunjukkan adanya hubungan substitusi antara pengungkapan informasi dengan
komisaris independen. Ho dan Wong 2001, Haniffa dan Cooke 2002 serta Li et al. 2008
sementara itu menguji hubungan antara dualitas peranrole duality CEO yang juga sebagai chairman, namun mereka semua gagal untuk menemukan hubungan
antara luas pengungkapan sukarela dan dualitas peran. Menurut Ho dan Wong 2001 seseorang yang memiliki dualitas peran akan cenderung menyimpan
informasi dan tidak mengungkapkannya kepada pihak luar. Fama dan Jensen 1983 dalam Prabowo 2010 berpendapat bahwa ketika seseorang berkedudukan
sebagai seorang chairman dan CEO, maka dapat dipastikan akan cenderung memihak kepada manajemen daripada stockholder.
Gul dan Leung 2004 dalam Singh dan Zahn 2008 menemukan dualitas CEO adalah berhubungan dengan rendahnya tingkat pengungkapan sukarela yang
dilakukan perusahaan. Konsentrasi dari kekuatan pengambilan keputusan, yang berasal dari dualitas peran, dapat merusak cara pandang dewan dan pemerintah
termasuk kebijakan pengungkapan Li et al. 2008. Penilaian kedua peran menyediakan “check dan balance” yang esensial dalam perilaku kinerja
manajemen Blackburn 1994 dalam Li et al. 2008 dan Haniffa dan Cooke 2002, dengan demikian akan meningkatkan kualitas pelaporan Forker 1992.
commit to user
Penelitian ini memperluas diskusi di atas ke dalam pengungkapan intellectual capital, manajemen diharapkan dapat menentukan tingkat
pengungkapan dan oleh karena itu akan mengurangi ketidakpastian investor sehubungan dengan pengaruh intellectual capital pada nilai perusahaan.
Komisaris independen adalah elemen krusial dalam dewan komisaris dalam konflik agensi. Mereka dipekerjakan untuk memonitor perilaku manajer dan
mengurangi asimetri informasi antara manajer dan shareholder, namun mereka memiliki keterlibatan yang terbatas dalam harian operasional dan manajemen.
Konsekuensinya, mereka terdorong untuk memberikan pengungkapan sukarela lebih banyak untuk meminimalkan risiko yang dihadapi sehubungan dengan
keterbatasan tersebut sekaligus untuk memproteksi reputasi mereka. Oleh karena itu, proporsi komisaris independen yang lebih tinggi dapat memperkuat insentif
untuk pengungkapan sukarela. Dewan komisaris yang kuat yang didominasi oleh komisaris independen akan mensyaratkan pengungkapan informasi yang
berkualitas dalam prospektus. Terlampauinya ketentuan jumlah minimum komisaris independen dalam
suatu perusahaan menunjukkan semakin baik corporate governance suatu perusahaan, sebagai konsekuensinya pengungkapan intellectual capital dalam
perusahaan tersebut seharusnya meningkat. Penelitian yang menguji hubungan proporsi komisaris independen dan
pengungkapan intellectual capital di Indonesia dilakukan oleh Hanan 2010 dan Prabowo 2010. Kedua-duanya menunjukkan hasil yang sama, yaitu tidak
menunjukkan hubungan yang signifikan.
commit to user
Berdasarkan diskusi di atas dan sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Zahn 2008, penelitian ini menduga bahwa komisaris independen
akan mempengaruhi tingkat pengungkapan intellectual capital dalam prospektus IPO. Hal tersebut mengarah ke hipotesis keempat:
H4 : Terdapat pengaruh
positif komisaris
independen terhadap
pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan
IPO.
Proprietary Cost, Ownership Retention, dan Pengungkapan Intellectual Capital
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa sumber daya intellectual capital mempunyai kontribusi terhadap asimetri informasi. Asimetri informasi
mengakibatkan investor yang terinformasi memperoleh abnormal return Abody dan Lev 2000 dan mengakibatkan terjadinya pelebaran bid-ask spreads Amihud
dan Mendelson 1989. Berkenaan dengan intellectual capital, Meer-Kooistra dan Zijlstra 2001
melaporkan bahwa kurangnya pengungkapan yang berhubungan dengan sumber daya sangat berperan dalam meningkatkan persepsi risiko investor perceived
risk. Peningkatan persepsi risiko investor ini akan mengakibatkan meningkatnya rate of return investor. Beberapa studi Diamond dan Verrecchia 1998; Elliot dan
Jacobson 1994; Botosan 1997, 2006; Sengupta 1998 menyatakan pengungkapan yang lebih banyak untuk mengurangi perceived risk investor.
Diamond dan Verrecchia 1991 dan Zhang 2001 mengembangkan model teoritikal yang hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara
pengungkapan sukarela dan cost of capital perusahaan.
commit to user
Zhang 2001 mendalilkan produksi informasi privat oleh investor akan menyebabkan suatu gap informasi yang besar antara investor yang informed dan
uninformed menghasilkan peningkatan cost of capital. Perusahaan dapat menurunkan cost of capital dengan meningkatkan tingkat pengungkapan sukarela,
sebaliknya sebagian manajer perusahaan memutuskan untuk memberikan informasi yang kurang berkualitas.
Dalam mengivestigasi faktor-faktor yang menentukan keputusan strategi pelaporan perusahaan mempertimbangkan beberapa cost yang terkait, terutama
proprietary cost Cohen 2002. Sementara itu Birt, Bilson, Smith, dan Whalley 2006 juga menyatakan hal yang serupa yaitu bahwa dalam menentukan tingkat
pengungkapan yang sesuai, maka harus mempertimbangkan faktor seperti tingkat persaingan dalam industri di mana perusahaan beroperasi. Hal ini dikarenakan
pengungkapan tersebut berisi informasi proprietary yang dapat mengurangi posisi kompetitif perusahaan Garcia-Meca et al. 2005; Vergauwen dan Alem 2005;
Verrecchia 1983 dalam Singh dan Zahn 2008. Zhang 2005 menemukan bukti kuat pengaruh proprietary cost terhadap
kuantitas dan kualitas pengungkapan sukarela. Perusahaan dengan proprietary cost yang lebih tinggi akan memberikan pengungkapan informasi dengan
frekuensi yang lebih tinggi, tetapi dengan tingkat presisi dan akurasi yang kurang dibandingkan dengan perusahaan dengan proprietary cost yang rendah. Zhang
2005 mendokumentasikan hubungan substitusi antara kuantitas dan kualitas pengungkapan pada perusahaan dengan proprietary cost yang tinggi.
commit to user
Harris 1998 mendokumentasikan bahwa perusahaan kurang menyukai untuk mengungkapkan operasi mereka dalam bisnis dengan konsentrasi industri
yang tinggi. Dalam analisisnya, Harris 1998 menggunakan indeks HI untuk mengukur kompetisi industri. Penggunaan rasio konsentrasi pangsa pasar produk
yang dikonstruk menggunakan data penjualan sales semua perusahaan publik memiliki konsekuensi yaitu rasio ini lebih akurat merefleksikan tingkat kompetisi
industri. Semakin tinggi rasio konsentrasi pasar berarti semakin tinggi pula kekuatan pasar yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Peningkatan konsentrasi
pasar akan memperkecil kompetisi yang pada akhirnya mendorong perusahaan untuk kurang memberikan pengungkapan. Konsisten dengan hipotesis proprietary
cost, Harris 1998 menemukan bahwa perusahaan yang beroperasi dalam industri yang kurang kompetitif kurang memberikan pelaporan segmen.
Pengungkapan sukarela kemungkinan mengandung informasi proprietary yang dapat mengurangi posisi kompetitif perusahaan Vergauwen dan Alem
2005. Sebagaimana diungkapkan oleh Singh dan Zahn 2008 bahwa disamping manfaat pengungkapan sukarela terdapat faktor pelemah untuk membuat
pengungkapan penuh. Keberadaan cost merupakan salah satu alasan kebijakan pengungkapan tersebut. Proprietary cost muncul karena terdapatnya informasi
proprietary Branco et al. 2010, informasi tersebut dapat digunakan oleh pihak ketiga
sehingga akan
menimbulkan cost bagi perusahaan sekaligus
membahayakan posisi perusahaan. Sebagai contoh, perilisan informasi yang berhubungan dengan penelitian dan pengembangan dapat digunakan oleh
kompetitor untuk meningkatkan pangsa pasar mereka. Oleh karena itu,
commit to user
proprietary cost digunakan untuk menjelaskan alasan manajer tidak mengungkap informasi sukarela.
Verrecchia 1983 dalam Singh dan Zahn 2008 menyatakan bahwa perusahaan yang menghadapi proprietary cost yang tinggi akan membatasi
pengungkapan sukarela. Darrough dan Stoughton 1990 dalam Singh dan Zahn 2008 menyatakan bahwa sementara informasi sukarela membantu pasar modal
dalam mengevaluasi nilai perusahaan secara lebih akurat, namun pengungkapan seperti itu dapat membahayakan posisi kompetitif perusahaan karena membuka
informasi strategik kepada kompetitor potensial. Fakta bahwa informasi dapat menyebabkan potential disadvantage yang berasal dari kompetitor harus
diperhitungkan Prencipe 2004, karena dapat menyebabkan penurunan future cash flow Branco et al. 2010. Semakin tinggi proprietary cost akan semakin
mengurangi kesediaan perusahaan untuk melakukan pengungkapan. Williams 2001 menemukan bahwa saat kinerja intellectual capital sangat
tinggi, perusahaan akan mengurangi pengungkapan. Hal ini dikarenakan ketakutan akan terkikisnya competitive advantage perusahaan. Kinerja intellectual
capital yang tinggi bisa menjadi sinyal bagi kompetitor mengenai suatu adanya peluang potensial. Jika hal ini menarik perhatian kompetitor maka kemungkinan
akan mengancam competitive advantage perusahaan. Untuk mempertahankan competitive advantage, perusahaan dapat mengurangi pengungkapan intellectual
capital. Beauliew et al. 2002 dalam Singh dan Zahn 2008 menemukan
hubungan positif antara ukuran perusahaan publik yang listing di Swedia dan
commit to user
jumlah intellectual capital dalam annual report dan berpendapat bahwa kurangnya pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang kecil dapat
terjadi karena ancaman competitive disadvantage. Beberapa penelitian yang menguji pengaruh proprietary cost terhadap
keputusan pengungkapan sukarela dilakukan oleh Leuz 2004, Prencipe 2004, Berger dan Hann 2007, dan Singh dan Zahn 2008.
Model teoritis yang dikembangkan oleh Verrecchia 1986 dalam Singh dan Zahn 2008 menyatakan bahwa semakin meningkat proprietary cost maka
tingkat pengungkapan
semakin menurun.
Leuz 2004
menganalisis pengungkapan segmen sukarela dan menemukan bukti yang konsisten dengan
hipotesis proprietary cost. Hasil penelitian Leuz 2004 menunjukkan bahwa perusahaan di Jerman memberikan data segmen secara sukarela ketika proprietary
cost rendah. Penelitian terdahulu oleh Berger dan Hann 2007 berargumen bahwa
bukti-bukti terdahulu konsisten dengan hipotesis proprietary cost yang juga konsisten dengan hipotesis alternatif agency cost yang menyatakan pengungkapan
ditahan sebagai akibat dari conflict of interest antara manajer dan shareholder. Temuan Berger dan Hann 2007 konsisten dengan hipotesis agency cost, tetapi
tidak konsisten dengan hipotesis proprietary cost. Demikian pula temuan penelitian Botosan dan Harris 2000 juga tidak konsisten dengan hipotesis
proprietary cost. Mereka tidak menemukan hubungan antara proprietary cost dengan keputusan untuk secara sukarela meningkatkan frekuensi pelaporan
segmen.
commit to user
Birt et al. 2006 menyatakan bahwa perusahaan yang berada dalam lingkungan kompetisi yang rendah mempunyai dorongan yang lebih sedikit untuk
mengungkapkan informasi privat, selama itu dianggap mempunyai potensi yang membahayakan posisi kompetitif perusahaan. Sebaliknya perusahaan yang
beroperasi di lingkungan kompetisi yang tinggi punya dorongan yang lebih besar untuk mengungkapkan, selama itu potensinya kurang berisiko terhadap posisi
kompetitif perusahaan. Faktanya perilisan informasi tambahan dapat bermanfaat bagi perusahaan dengan mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan
shareholder Harris 1998. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Zahn 2008 membuktikan
secara empiris bahwa hubungan pengungkapan intellectual capital – ownership retention akan melemah dengan adanya proprietery cost yang dihadapi dalam
sebuah IPO. Proprietary cost yang lebih besar, menyebabkan penurunan nilai perusahaan yang lebih besar, dan dorongan yang lebih besar untuk tidak
mengungkapkan Singh dan Zahn 2008. Berdasar pemikiran di atas, pada penelitian ini proprietary cost dipandang
sebagai variabel moderating, bahwa pengaruh ownership retention terhadap luas pengungkapan intellectual capital akan dimoderasi arah negatif dengan
eksistensi proprietary cost untuk perusahaan IPO. Hal tersebut mengarah ke hipotesis kelima dan yang terakhir:
H5 : Proprietary cost memoderasi dengan arah negatif pengaruh ownership retention terhadap pengungkapan intellectual capital pada
perusahaan yang melakukan IPO.
commit to user
K. Rerangka Konseptual