commit to user
teori. Berbagai teori yang digunakan dalam rangka mendapatkan penjelasan mengenai alasan yang mendorong pengungkapan sukarela adalah agency theory,
signaling theory, political economy theory, legitimacy theory, stakeholder theory, institutional and media-agenda setting theory, dan proprietary costs theory.
Gutrie et al. 2004 mengemukakan bahwa stakeholder theory dan legitimacy theory adalah merupakan teori yang diketahui banyak digunakan untuk
menjelaskan fenomena pengungkapan sukarela intellectual capital.
B. Intellectual Capital
Klein dan Prusak menyatakan apa yang kemudian menjadi standar pendefinisian intellectual capital, yang kemudian dipopularisasikan oleh Stewart
1994 dalam Sawarjuwono dan Kadir 2003.Menurut Klein dan Prusak ”…we can define intellectual capital operationally as intellectual material that has been
formalized, captured, and leveraged to produce a higher valued asset”. Intellectual capital adalah informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan
dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai Williams 2001. Stewart 1997 dalam Purnomosidhi 2006 mendefinisikan intellectual capital sebagai intellectual
material, yang meliputi pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual, dan pengalaman yang dapat digunakan secara bersama-sama untuk menciptakan
kekayaan wealth. Intellectual capital merupakan suatu dimensi yang tersembunyi, namun merupakan aset yang berharga pada suatu perusahaan yang
dapat dikonversikan menjadi nilai untuk membawanya ke masa depan Stewart 2002. Sementara itu, Garcia-Meca dan Martinez 2005 menyatakan bahwa
commit to user
intellectual capital secara luas didefinisikan sebagai pengetahuan, intellectual property atau pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan.
Pengetahuan telah menjadi faktor produksi yang penting dan oleh karenanya aset intelektual harus dikelola oleh perusahaan Stewart 1997 dalam Anatan dan
Ellitan 2005. Pengungkapan intellectual capital dapat dilakukan secara sukarela
voluntary disclosure atau sesuai dengan kewajiban mandatory disclosure. Berbeda dengan pengungkapan wajib yang dibuat sesuai dengan standar akuntansi
dan diatur oleh suatu peraturan pasar modal yang berlaku, pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang dibuat sesuai dengan keinginan perusahaan.
Pengungkapan sukarela berarti tidak ada tekanan bagi perusahaan dalam melaporkan intellectual capital sehingga efektifitas pengungkapannya tergantung
pada keuntungan dan kerugian pembuat laporan Suhendah 2005. Pengungkapan sukarela memiliki dampak positif yaitu berkurangnya cost of capital Botosan
1997; Leuz dan Verrecchia 2000 dan berkurangnya asimetri informasi Garcia- Meca et al. 2005; Vergauwen dan Alem 2005.
Lebih lanjut berkenaan dengan pengungkapan sukarela, pengungkapan intellectual capital menjadi top ten information yang dibutuhkan pemakai Taylor
and Associates 1998 dalam Williams 2001. Zahn dan Singh 2007 menyatakan bahwa sifat ketidakpastian seputar intellectual capital sangat berkontribusi bagi
asimetri informasi antara issuer dan investor. Investor, oleh karena itu, membutuhkan pengetahuan sumber daya intellectual capital saat menilai IPO dan
akan tertarik pada informasi yang berhubungan dengan intellectual capital.
commit to user
Informasi intellectual capital berguna bagi investor sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Pike 2006 menyebutkan bahwa akan banyak keuntungan yang akan diterima perusahaan apabila perusahaan melakukan pengungkapan yang luas
terhadap informasi intellectual capital. Keuntungan tersebut antara lain memberi efek manfaat terhadap reputasi internal, penilaian pasar, dan kemampuan untuk
meningkatkan modal Bontis 2003. Dengan pengungkapan informasi intellectual capital ini manajemen perusahaan dapat mengurangi asimetri informasi,
mempengaruhi persepsi pasar terhadap nilai pasar serta meningkatkan permintaan sekuritas perusahaan.
Pengungkapan intellectual capital adalah merujuk pada pelaporan intellectual capital atau pernyataan intellectual capital yang melaporkan aktivitas
knowledge management perusahaan Mouritsen, Bukh, Larsen, dan Johansen 2002. Pelaporan intellectual capital memerlukan sebuah metodologi yang relevan
terhadap aktivitas perusahaan dan terbagi dalam lima kategori yang saling mempengaruhi, yaitu Abidin 2000 dalam Suhendah 2005:
1. Fokus terhadap keuangan Fokus ini memiliki kemiripan dengan informasi tradisional dari sebuah
laporan perusahaan, namun berbeda dalam memandang biaya yang telah dikeluarkan.
Biaya tersebut
diidentifikasi sebagai
aktivitas yang
menguntungkan di masa mendatang seperti investasi di dalam teknologi informasi pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan.
commit to user
2. Fokus kepada konsumen Fokus kepada konsumen dalam pelaporan intellectual capital
berhubungan dengan
kondisiperilaku konsumen,
tingkat kepuasan
ketidakpuasan, umpan balik perusahaan kepada konsumen dan metode pendekatan kepada konsumen.
3. Fokus terhadap proses Fokus terhadap proses berhubungan dengan infrastruktur perusahaan
seperti tingkat teknologi yang digunakan dan keberhasilan dalam mengaplikasikan teknologi.
4. Fokus terhadap pembaharuan kembali Fokus ini menilai kemampuan perusahaan untuk tanggap terhadap
tantangan masa depan yang mencakup posisi perusahaan di dalam pasar, perubahan kondisiperilaku konsumen, perubahan permintaan konsumen, serta
umur dan nilai intellectual asset perusahaan. 5. Fokus pada manusia
Fokus ini merupakan bagian terpenting, dinamis dan sulit karena penilaian atas modal sumber daya manusia cukup kompleks.
Bukh 2003 menyatakan bahwa variasi bentuk dalam pengungkapan intellectual capital merupakan informasi yang bernilai bagi investor, yang dapat
membantu mengurangi ketidakpastian mengenai prospek masa depan dan memfasilitasi ketepatan penilaian terhadap perusahaan. Mengenai variasi bentuk
ini, umumnya literatur menyatakan bahwa intellectual capital dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori umum Guthrie dan Petty 2000; Davey,
commit to user
Schneider, dan Davey 2009: 1 human capital; 2 structural capital organizational capital internal structure; 3 relational capital customer
capital external capital. Human capital modal manusia merupakan kombinasi dari pengetahuan,
keahlian skill, kemampuan melakukan inovasi dan menyelesaikan tugas yang meliputi nilai perusahaan, kultur, dan filsafat Bontis 2000. Human capital
merupakan lifeblood dalam intellectual capital. Disinilah sumber innovation dan
improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit diukur. Human capital
mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki orang-orang yang ada dalam
perusahaan tersebut Sawarjuwono dan Kadir 2003. Structural capital merupakan sarana dan prasarana yang mendukung
karyawan untuk menciptakan kinerja yang optimum, meliputi kemampuan organisasi menjangkau pasar, hardware, software, database, struktur organisasi,
patent, trademark, dan segala kemampuan organisasi untuk mendukung produktivitas karyawan Bontis 2000. Menurut Sawarjuwono dan Kadir 2003
structural capital adalah kemampuan organisasai atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha
karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan.
Relational capital merupakan komponen intellectual capital yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang
harmonisassociation network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para
commit to user
mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang
bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun masyarakat sekitar Sawarjuwono dan Kadir 2003.
C. Ownership Retention