Umur Perusahaan Komisaris Independen

commit to user 3. Penjamin Peserta Emisi Co Underwriter Penjamin peserta emisi ini tidak bertanggung jawab secara langsung kepada emiten. Sebab penjamin peserta emisi membuat kontrak dengan penjamin emisi utama dalam suatu perjanjian untuk melakukan penjualan dan pembayaran sesuai dengan porsi yang diambilnya. Kemudian jumlah efek yang menjadi bagiannya ditawarkan langsung kepada para klien, sedangkan selebihnya disalurkan melalui agen-agen penjual yang terdiri dari para anggota bursa: dealer dan broker. Dalam kegiatan penjaminan emisi, para penjamin peserta emisi memperoleh jasa penjaminan underwriting fee yang besarnya dihitung dari nilai penawaran dalam pasar perdana. Underwriter melakukan kontrak penjaminan emisi dalam dua bentuk Darmadji dan Fakhruddin 2001 : 1. Best effort, berarti underwriter hanya menjual sebatas yang laku. 2. Full commitment, berarti underwriter menjamin penjualan seluruh saham yang ditawarkan. Apabila ada yang tak terjual, maka underwriter yang membelinya.

E. Umur Perusahaan

Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan Murdiyani 2009. Umur merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan oleh investor dalam menanamkan modalnya. Menurut Owusu-Ansah 1998 luas pengungkapan perusahaan dapat dipengaruhi oleh umurnya, misal dalam hal pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Owusu-Ansah 1998 terdapat tiga faktor yang berkontribusi dalam commit to user fenomena ini. Pertama, faktor bahwa perusahaan yang lebih muda mungkin kurang mampu berkompetisi. Kedua, faktor cost untuk mengumpulkan, memproses, dan menyebarkan informasi. Ketiga, faktor bahwa perusahaan yang lebih muda memiliki track record yang lebih sedikit sebagai sandaran dalam pengungkapan publik.

F. Komisaris Independen

Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, sehingga menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan stakeholder. Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diajukan dalam rangka peningkatan kinerja melalui supervisi atau monitoring manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Corporate governance timbul karena kepentingan perusahaan untuk memastikan kepada pihak penyandang dana bahwa dana yang ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien Setyapurnama dan Norpratiwi 2004. Konsep ini diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan Ujiyantho dan Pramuka 2007 dengan wajar dan bernilai tinggi Setyapurnama dan Norpratiwi 2004. commit to user Salah satu prinsip corporate governance menurut Organization for Economic Operation dan Development OECD adalah mengenai board of director BOD. Bentuk board of director tergantung pada sistem hukum yang dianut. Di Indonesia, struktur dewan perusahaan menganut two tier system di mana perusahaan mempunyai dua badan terpisah; yaitu 1 dewan pengawas atau dewan komisaris istilah dalam OECD adalah board dan 2 dewan manajemen atau dewan direksi istilah dalam OEDC adalah key executive. Hasil-hasil penelitian di negara lain yang digunakan dalam penelitian ini semuanya mengacu pada fungsi board of directors pada negara dengan sistem one tier. Istilah board of directors dalam negara yang menganut one tier system tidak memiliki arti yang sama dengan yang digunakan di Indonesia, namun peran board of directors dapat dianalogikan dengan peran dewan komisaris pada perusahaan di Indonesia. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham danatau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Independensi merupakan salah satu elemen penting yang mempengaruhi tingkat efektivitas dewan komisaris independen. Independensi diharapkan timbul dengan keberadaan dewan komisaris. Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih obyektif dan independen dan juga untuk menjaga “fairness” serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan commit to user pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan para stakeholder lainnya Setyapurnama dan Norpratiwi 2004. Keberadaan komisaris independen yang memiliki fungsi pengawasan ini sangat berperan guna mewujudkan good corporate governance. Dalam upaya memperbaiki corporate governance, BAPEPAM-LK mengeluarkan peraturan yaitu Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-315BEJ06-2000 perihal peraturan nomor I-A yang berlaku efektif 30 Juni 2000. Sebelum ditetapkannya peraturan tersebut, BAPEPAM-LK melalui Surat Edaran Bapepam No. 03PM2000 pada tanggal 5 Mei 2000 merekomendasikan imbauan perusahaan publik untuk membentuk komisaris independen. Peraturan tersebut diperbaharui dengan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep- 339BEJ07-2001 butir C mengenai board governance yang terdiri dari komisaris independen, komite audit, dan sekretaris perusahaan. Ketentuan yang dikeluarkan untuk mencapai corporate governance tersebut menyatakan bahwa jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30 dari seluruh anggota dewan komisaris.

G. Konsentrasi Industri dan Proprietary Cost

Dokumen yang terkait

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, INVESTASI DARI PROCEEDS, REPUTASI AUDITOR DAN LABA PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN INSTITUSIONAL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

0 4 73

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, REPUTASI AUDITOR, LABA PERUSAHAAN, DAN UNDERPRICING TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN INSTITUSIONAL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

0 4 70

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, INVESTASI DARI PROCEEDS DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN INSTITUSIONAL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

0 17 96

PENGARUH PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP PENGARUH PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL.

0 3 14

PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL PENGARUH PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL.

2 14 40

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, UNDERWRITER REPUTATION DAN FIRM SIZE TERHADAP PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010 – 2012 SKRIPSI.

0 7 54

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, UNDERWRITER REPUTATION DAN FIRM SIZE TERHADAP PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010 – 2012.

2 6 52

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP NILAI PASAR PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.

3 6 46

Pengaruh Ownership Retention, Investasi Dari Proceeds, dan Reputasi Auditor Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial dan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 23

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, LEVERAGE, TIPE AUDITOR, JENIS INDUSTRI DAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL

0 1 14