Kematangan Karir HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 SURAKARTA

commit to user 13 13 BAB II LANDASAN TEORI

A. Kematangan Karir

1. Pengertian kematangan karir Fatimah 2006 menjelaskan bahwa karir merupakan sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan dan pekerjaan yang dijalani oleh seseorang. Karir memiliki makna sebagai jalannya peristiwa kehidupan, sekuensi okupasi, dan peranan kehidupan lainnya yang keseluruhan menyatakan tanggung jawab seseorang kepada pekerjaan dalam pola pengembangan dirinya Manrihu, 1988. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan karir akan mudah dilampaui dengan adanya kematangan karir pada diri individu. Super 1977, dalam CoertseSchepers, 2004 mendefinisikan kematangan karir sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas perkembangan karir yang khas bagi tiap tahap perkembangan tertentu. Kematangan karir diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat pilihan serta keputusan karir yang tepat dan realistis Coertse Schepers, 2004. YostCorbishly 1987, dalam Safitri, dkk 2009 menjelaskan bahwa kematangan karir adalah kemampuan seseorang untuk berhasil menyelesaikan tugas dan transisi dalam proses pengembangan karir serta kesiapan seseorang untuk membuat keputusan karir yang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Kematangan karir merupakan suatu istilah yang commit to user 14 14 menunjukkan tingkat pencapaian individu dalam rangkaian perkembangan karir dari tahap eksplorasi karir sampai pada tahap kemunduran karir atau sampai karir berhenti DillonKaur, 2005. Berdasarkan definisi yang telah diberikan oleh beberapa ahli di atas, dapat dijelaskan bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam mencapai tugas dalam setiap tahap perkembangan karir. Kematangan karir disertai pula dengan kemampuan individu dalam melakukan identifikasi berbagai kesempatan pekerjaan serta dapat membuat keputusan mengenai pilihan pekerjaan. 2. Perkembangan karir Super 1984, dalam Winkel, 1997 menjelaskan bahwa kematangan karir ditunjukkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan semua tugas perkembangan karir yang khas bagi setiap tahap perkembangan tertentu. Super menyebutkan bahwa proses perkembangan karir dibagi atas lima tahap, yaitu: a. Tahap pengembangan growth Pengembangan growth dimulai dari saat lahir sampai umur kurang lebih 15 tahun. Pada tahap ini anak mulai mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri. commit to user 15 15 b. Tahap eksplorasi eksploration Eksplorasi eksploration dimulai dari umur 15 sampai 24 tahun. Pada tahap ini individu memikirkan berbagai alternatif karir, namun belum sampai pada tahap pengambilan keputusan yang mengikat. c. Tahap pemantapan establishment Pemantapan establishment dimulai dari umur 25 sampai 44 tahun. Tahap ini ditandai dengan adanya usaha tekun memantapkan diri melalui seluk- beluk pengalaman selama menjalani karir tertentu. d. Tahap pembinaan maintenance Pembinaan maintenance dimulai dari umur 45 sampai 64 tahun. Pada tahap ini individu yang telah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan karirnya. e. Tahap kemunduran decline Kemunduran decline diawali oleh individu yang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru setelah melepaskan jabatannya. Ginzberg 1951, dalam Winkel, 1997 perkembangan karir individu dibedakan menjadi tiga fase, yaitu: a. Fase fantasi sampai umur 15 tahun, awalnya kegiatan anak hanya bermain dan dianggap tidak mempunyai kaitan dengan dunia kerja. Namun pada akhir fase ini, permainan anak mulai menunjukkan indikasi bahwa anak kelak cenderung memilih aktivitas tertentu yang mengarah kepada karirnya. b. Fase tentatif 11-17 tahun, mengalami masa transisi, dari sekedar berperan sambil bermain sampai menunjukkan kesadaran tentang tuntutan yang commit to user 16 16 terkandung dalam suatu pekerjaan. Fase tentatif dibagi menjadi empat subfase, yaitu tahap minat interest, anak mengambil sikap terhadap apa yang disukai; tahap kemampuan capacity, anak mulai menyadari kemampuannya sehubungan dengan aspirasi pekerjaan; tahap nilai value, anak mulai menghayati nilai-nilai yang ingin dikejarnya; tahap transisi transition, anak mulai memadukan minat, kemampuan, dan nilai sehingga memperoleh gambaran diri yang utuh dan menyadari konsekuensi dari pengambilan keputusan mengenai karir. c. Fase realistik 17-25 tahun, dibagi atas tiga subfase yaitu, tahap eksplorasi exploration, anak mulai mempertimbangkan dua atau tiga alternatif karir, tetapi belum dapat mengambil keputusan; tahap pemantapan chrystallization, mulai mantap jika memangku jabatan karir tertentu; tahap penentu specification, individu mulai mengambil keputusan mengenai jabatan tertentu. Berdasarkan uraian yang telah diberikan beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa tahap serta tugas perkembangan karir berdasarkan rentang umur tertentu. Perkembangan karir terdapat lima tahap yaitu, 1 tahap pengembangan growth atau disebut pula sebagai fase tentatif, 2 tahap eksplorasi exploration, atau menurut ahli lain tahap ini disebut sebagai fase tentatif dan fase realistik, 3 tahap pemantapan establishment, 4 tahap pembinaan maintenence, 5 tahap kemunduran decline. commit to user 17 17 3. Orientasi karir remaja Orientasi karir berkaitan erat dengan latar belakang pendidikan. Fatimah 2006 menyebutkan bahwa lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Selain mengembangkan fungsi pengajaran, sekolah juga mengembangkan fungsi pendidikan yaitu transformasi nilai dan norma sosial. Sekolah telah mempertahankan orientasi yang luas, yang dirancang untuk melatih individu secara intelektual serta di bidang kesiapan kerja dan sosial Santrock, 2003. Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat remaja terhadap pekerjaan. Jika remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Remaja lebih menaruh perhatian pada pelajaran-pelajaran yang nantinya akan berguna dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya Harlock, 2004. Di Indonesia terdapat dua sekolah menengah yaitu Sekolah Menengah Atas SMA dan Sekolah Menengah Kejuruan SMK, dimana terdapat perbedaan mendasar dalam pola pembelajarannya. Pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA ditujukan untuk siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi, kurikulum yang digunakan lebih banyak teori dibandingkan praktik, belajar hanya di lingkungan sekolah, serta siswa lulusan SMA belum siap bekerja dan belum bisa mandiri. Sedangkan Sekolah Menengah Kejuruan SMK ditujukan untuk siswa yang menginginkan bekerja dan melanjutkan ke perguruan tinggi, kurikulum SMK lebih banyak praktek dibandingkan teori, commit to user 18 18 tempat belajar di dunia usaha dan di dunia industri, serta lulusan dari SMK lebih siap bekerja. Bagi remaja yang berorientasi untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA dapat membantu siswa dalam mewujudkan cita-citanya melanjutkan pendidikannya. Namun bagi remaja yang berkeinginan untuk memasuki dunia kerja selepas lulus sekolah, pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan SMK menjadi jembatan bagi remaja untuk membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Departemen Pendidikan Nasional 2007 menjelaskan bahwa model kurikulum SMA adalah kurikulum yang dikelompokkan sebagai kurikulum disiplin ilmu sedangkan filosofi pendidikan yang digunakan adalah esensialisme. Pada kurikulum disiplin ilmu maka tujuan pendidikan adalah menghasilkan tamatan dengan intelektual tinggi menurut kaidah disiplin ilmu. Bagi siswa yang tidak melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi kurikulum SMA tidak menyiapkan peserta didik dengan kemampuan untuk bekerja. Kurikulum SMA tidak memberikan pengalaman yang dapat digunakan untuk mencari kehidupan di masyarakat. Sedangkan SMK dalam penyusunan kurikulum menggunakan pendekatan berbasis luas dan mendasar broad based, berbasis kompetensi competency-based dan berbasis produksi production based learning. Kurikulum SMK mengembangkan pendidikan dan pelatihan berorientasi pada kecakapan hidup life skill. Arah pengembangan pendidikan menengah commit to user 19 19 kejuruan diorientasikan pada pemenuhan permintaan pasar kerja sehingga lulusan SMK diharapkan mampu bekerja secara mandiri wiraswasta atau mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Berkaitan dengan bimbingan karir, setiap sekolah baik SMA maupun SMK mengembangkan bimbingan karir. Perbedaan terletak pada pelaksanaan layanan bimbingan karir yang disesuaikan dengan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Tujuan bimbingan karir di sekolah maupun di madrasah adalah agar siswa mampu memahami, merencanakan, memilih menyesuaikan diri, dan mengembangkan karir tertentu setelah tamat dari pendidikannya. Tohirin 2009 berpendapat bahwa bimbingan karir di sekolah atau di madrasah tidak secara langsung membantu siswa untuk berkarir tetapi lebih banyak bersifat informasi. Hal ini berbeda bagi sekolah kejuruan yang berorientasi karir, selain siswa dibekali tentang aplikasi karir, siswa juga dibimbing dalam pemilihan, perencanaan, dan pengembangan karir. Berdasarkan uraian di atas, dapat tarik kesimpulan bahwa remaja melibatkan diri dalam pendidikan di sekolah untuk memperoleh berbagai informasi atau materi yang berkenaan dengan karir yang diharapkan. Terdapat dua sekolah menengah di Indonesia, yaitu Sekolah Menengah Atas SMA dan Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Perbedaaan diantara SMA dan SMK terletak pada dasar penggunaan kurikulum, sehingga siswa lulusan dari SMA dan SMK mempunyai arahan dan orientasi masa depan yang berbeda. Orientasi siswa SMA lebih kepada melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, commit to user 20 20 sedangkan siswa lulusan SMK lebih dipersiapkan untuk bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan pekerjaan yang disediakan di pasar kerja. 4. Aspek-aspek kematangan karir Langley 1996, dalam CoertseSchepers, 2004 menjelaskan bahwa terdapat lima aspek dari kematangan karir, yaitu: a. Pengetahuan diri knowledge of self, meliputi kebutuhan, nilai, aturan kehidupan, minat pekerjaan, dan faktor-faktor lain yang relevan. b. Pengambilan keputusan decision making, meliputi pemilihan karir dan pengambilan keputusan yang efektif. c. Informasi karir career information, meliputi pengumpulan informasi mengenai karir. d. Penggabungan antara pengetahuan diri dan pengetahuan karir integration of self with knowledge of career. e. Perencanaan karir career planning, mengimplementasikan pengetahuan yang dimiliki untuk perencaan karir. Super 1974, dalam Alvarez, 2008 menjelaskan bahwa struktur kematangan karir mempunyai lima dimensi, yaitu: a. Perencanaan karir career planfulness, meliputi perencanaan untuk sekarang, dan perencanaan untuk masa depan. b. Eksplorasi karir career exploration, meliputi konsultasi dengan orang lain, pencarian, dan keikutsertaan. commit to user 21 21 c. Informasi information, meliputi pendidikan, persyaratan penghasilan, tugas, pembekalan dan tuntutan, kondisi, kemajuan karir. d. Pengambilan keputusan decision making, meliputi meliputi prinsip dan praktis dalam pengambilan keputusan. e. Orientasi orientation, meliputi realistik, konsistensi, perwujudan, dan pengalaman kerja. Crites 1978, dalam CoertseSchepers, 2004 menyebutkan bahwa terdapat dua dimensi dalam kematangan karir, yaitu: a. Kompetensi competence Pengukuran kompetensi meliputi pengukuran penilaian diri, informasi karir, seleksi tujuan, perencanaan, dan pemecahan masalah. b. Sikap attitude Pengukuran sikap meliputi pengukuran terhadap keyakinan, keterlibatan, kebebasan, orientasi, dan kompromi dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, maka dalam penelitian mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Super 1974, dalam Alvarez, 2008 yaitu aspek perencanaan karir career planfulness, eksplorasi karir career exploration, informasi information, pengambilan keputusan decision making dan meniadakan aspek orientasi. Aspek tersebut dinilai komprehensif dan sejalan dengan teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini. commit to user 22 22 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir Fatimah 2006 menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan kehidupan karir, yaitu: a. Faktor sosial ekonomi Kondisi sosial ekonomi menyangkut kemampuan orang tua dalam membiayai bidang pendidikan anaknya. Anak dengan kemampuan intelektual tinggi kadang tidak dapat menikmati pendidikan yang baik karena keterbatasan ekonomi. Kondisi ini pula yang akhirnya digunakan oleh anak dalam pemilihan karirnya. b. Faktor lingkungan Lingkungan yang mempengaruhi kehidupan karir individu yaitu, 1 lingkungan kehidupan masyarakat, membentuk sikap anak dalam menentukan pola kehidupan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pemikirannya dalam menentukan jenis pendidikan dan karir yang diidamkan; 2 lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah yang bermutu baik, mempunyai kedisiplinan tinggi akan mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku kehidupan pendidikan anak dan pola pikir dalam menghadapi karir; 3 lingkungan teman sebaya, pergaulan dengan teman sebaya akan memberikan pengaruh langsung terhadap kehidupan pendidikan. c. Faktor pandangan hidup commit to user 23 23 Pandangan hidup merupakan bagian yang terbentuk karena lingkungan. Pada akhirnya pandangan hidup tersebut akan tampak pada pendirian seseorang, terutama dalam menyatakan cita-cita hidupnya. Winkel 1997 menjelaskan bahwa terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan karir. a. Faktor internal 1. Nilai value, nilai memegang peranan penting dalam keseluruhan perilaku individu dan mempengaruhi seluruh harapan serta lingkup aspirasi dalam hidup, termasuk bidang pekerjaan yang dipilih dan ditekuni. Cita-cita dalam bidang pekerjaan kerap merupakan perwujudan konkret dari suatu nilai kehidupan. 2. Taraf intelegensi, tinggi rendahnya taraf intelegensi yang dimiliki seseorang akan berpengaruh efektif tidaknya keputusan pemilihan karir. 3. Bakat khusus menjadi bekal yang memungkinkan untuk memasuki berbagai bidang pekerjaan tertentu fields of occupation dan mencapai tingkatan lebih tinggi dalam suatu jabatan level of occupation. 4. Minat mengandung makna bagi perencanaan masa depan sehubungan dengan jabatan yang akan dipegang vocational planning, terutama mengenai bidang jabatan yang akan dimasuki dan melihat ada tidaknya kepuasan individu dalam menjalani bidang pekerjaan tertentu vocational satisfication. 5. Kepribadian, pada saat memasuki bidang pekerjaan tertentu sifat kepribadian tidak banyak berpengaruh, namun sifat kepribadian tersebut commit to user 24 24 akan lebih berpengaruh terhadap kemampuan diri untuk bertahan dan berhasil dalam karir yang dipilih. 6. Pengetahuan, informasi yang akurat tentang dunia kerja dan diri sendiri dapat mempengaruhi aspirasi dan taraf aspirasi individu. Jika telah mendapatkan informasi yang akurat dan menyadari keterbatasan dalam pilihannya, maka pilihan karir yang fantasi mulai ditinggalnya. b. Faktor eksternal 1. Masyarakat, lingkungan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga. Pandangan tersebut meliputi pandangan mengenai tinggi rendahnya aneka jenis pekerjaan, peranan pria dan wanita, dan sesuai tidaknya karir tertentu untuk pria dan wanita. 2. Keadaan sosial ekonomi negara, laju pertumbuhan ekonomi, stratifikasi masyarakat berpengaruh terhadap terciptanya suatu bidang pekerjaan baru dan terhadap terbuka tertutupnya kesempatan karir bagi individu. 3. Sosial ekonomi keluarga menentukan tingkat pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan pemegang kunci bagi beberapa karir tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial. 4. Pengaruh keluarga, orang tua, saudara menyatakan harapan serta mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap pendidikan dan karir. Bratcher 1982, dalam Sumari, dkk, 2009 menjelaskan bahwa remaja yang berada dalam keluarga yang sehat dan fungsional menunjukkan adanya kemandirian, tangguh, dan dapat mengembangkan commit to user 25 25 otonominya. Melalui kemandirian dan otonomi yang dimiliki, remaja menjadi lebih fleksibel dalam pemilihan karir dan lebih memahami keinginan diri meskipun berbeda dengan aturan maupun pola yang ada di keluarga. 5. Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja. 6. Pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi kematangan karir terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi nilai, bakat khusus, minat, kepribadian, taraf intelegensi, kepribadian dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, masyarakat, kondisi sosial ekonomi baik negara maupun orang tua, dan pengaruh teman sebaya.

B. Locus of Control Internal