Latar Belakang HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 SURAKARTA

commit to user 1 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Berbagai perubahan perkembangan terjadi selama masa remaja. Sebagai individu yang sedang mengalami proses peralihan dari masa anak-anak mencapai kedewasaan, remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan harapan peran sebagai orang dewasa Desmita, 2005. Hurlock 2004 menjelaskan bahwa tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak- kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Havighurst 1974, dalam Monks,dkk, 2006 berpendapat bahwa persiapan mandiri secara ekonomis, pemilihan dan latihan jabatan merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilalui selama masa remaja. Memperoleh kebebasan atau mandiri merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat perencanaan, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah dilakukan Fatimah, 2006. Pada masa remaja seorang anak membebaskan diri dari perlindungan orang tua. Anak dalam usahanya untuk berdiri sendiri, mencoba membebaskan 1 commit to user 2 2 dirinya dari pengaruh kekuasaan orang tua baik segi afektif maupun dalam segi ekonomi seperti halnya remaja yang bekerja. Dalam masa remaja ini pula minat yang dibawa dari kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang Monks,dkk, 2006. Hurlock 2004 berpendapat bahwa minat yang pada awal masa remaja dianggap penting, seperti minat pada pakaian, serta penampilan, mulai beralih pada minat karir. Pada masa remaja, minat kepada karir sering menjadi sumber pikiran. Remaja akan membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan. Remaja akan memikirkan pekerjaan yang akan dikerjakan dan mampu dikerjakan. Semakin remaja mendengar dan membicarakan berbagai jenis pekerjaan, remaja akan semakin kurang yakin mengenai apa yang akan dilakukan pernyataan ini dikemukakan oleh Thomas 1976, dalam Hurlock, 2004. Remaja dalam melewati tugas perkembangan dituntut adanya perubahan dalam sikap dan pola perilaku. Pada akhirnya dalam memenuhi tuntutan ini hanya sedikit anak laki-laki dan perempuan yang dapat melewati tugas selama masa awal remaja, hal ini terutama terjadi pada remaja yang mengalami keterlambatan kematangan Hurlock, 2004. Kurangnya persiapan kecakapan mental dari remaja dimungkinkan menjadi penyebab tidak tercapainya semua tugas dalam tahap perkembangan remaja. Kaitannya dengan minat remaja pada karir, kurang persiapan kecakapan mental tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian kematangan karir remaja. commit to user 3 3 Menurut teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super 1984, dalam Winkel, 1997 individu dengan umur 15-24 tahun masuk dalam fase kedua yaitu fase eksplorasi exploration dimana pada tahap ini individu mulai memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Kaitannya dengan remaja, pada tahap ini remaja mulai mengidentifikasi kesempatan serta jenis pekerjaan yang sesuai dengan diri remaja. Monks, dkk 2006 menjelaskan bahwa pada anak-anak dan remaja, unsur subjektif masih menguasai sehingga dalam membuat pilihan tidak terlalu realistik. Pemilihan karir yang dibuat oleh seseorang erat kaitannya dengan kematangan karir. Bagi remaja yang memiliki kematangan karir telah dapat melihat dan mempertimbangkan alternatif karir yang tersedia. Komandyahrini 2008 menyebutkan bahwa kualitas pemilihan karir ditentukan oleh tingkat kematangan karir seseorang. Keputusan yang tepat mengenai masa depan baik untuk melanjutkan pendidikan maupun karir akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat kematangan karir. Super 1977, dalam CoertseSchepers, 2004 mendefinisikan kematangan karir sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas perkembangan karir yang khas bagi tiap tahap perkembangan tertentu. YostCorbishly 1987, dalam Safitri, dkk, 2009 menjelaskan bahwa kematangan karir adalah kemampuan seseorang untuk berhasil menyelesaikan tugas dalam proses pengembangan karir serta kesiapan seseorang untuk membuat keputusan karir yang sesuai dengan tahapan perkembangannya. commit to user 4 4 Santrock 2003 menjelaskan bahwa eksplorasi terhadap berbagai jalur karir merupakan suatu hal yang penting dalam perkembangan karir remaja. Remaja melakukan eksplorasi karir dan pengambilan keputusan sampai pada taraf tertentu disertai dengan ambiguitas dan ketidakpastian. Safitri,dkk 2009 menyebutkan bahwa remaja cenderung melakukan pekerjaan atau kegiatan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, dan telah mampu memikirkan atau merencanakan karir berdasarkan minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan. Salah satu kondisi yang dimungkinkan berpengaruh dalam pengembangan karir adalah kesadaran mengenai tuntutan pendidikan yang diperlukan untuk menekuni karir. Pendidikan di sekolah menjadi sebuah penghubung yang menjembatani pelajar ke dunia pekerjaan. Monks,dkk 2006 mengemukakan bahwa pekerjaan membutuhkan pendidikan formal sebagai suatu proses belajar yang sesuai dengan situasi bekerja learning on the job. Dalam dunia kerja, karir akan berkembang apabila diawali dengan persiapan pendidikan yang lebih baik Santrock, 2003. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan SMK menjadi salah satu institusi sekolah yang mempersiapkan siswanya untuk memasuki dunia kerja setelah lulus sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan SMK merupakan lembaga pendidikan formal yang diharapkan mampu menjadi jembatan penghubung antara tenaga kerja siswa dan siswi dengan dunia kerja. Proses pembelajaran di SMK lebih menitikberatkan pada penerapan teori-teori yang telah diberikan melalui kegiatan praktikum serta membekali siswa dengan ketrampilan sesuai tuntutan commit to user 5 5 dunia kerja http:www.smkupdates.net , 4 Februari 2011. Siswa SMK yang sejak dari awal memasuki bangku SMK telah menentukan program sesuai bidang yang diminati maka memungkinkan siswa untuk mengasah potensi, ketrampilan yang dimiliki. Pada akhirnya, siswa yang telah memahami bakat, minat, serta orientasi masa depan akan lebih mudah dalam mencapai kematangan karir sesuai tahapan perkembangannya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa pada Agustus 2008 pengangguran terbuka yang terbesar berasal dari SMK sebesar 17,26, diikuti dengan lulusan SMA sebesar 14,31. Peringkat pertama ini berlanjut pada Februari 2009 dan Agustus 2009. Pada Februari 2009 pengangguran terbuka dari lulusan SMK sebesar 15,69 kemudian diikuti oleh lulusan diploma IIIIII sebesar 15,38 sedangkan pada Agustus 2009 pengangguran terbuka dari lulusan SMK sebesar 14,59 diikuti oleh lulusan SMA sebesar 14,50 http:www.bps.go.id, 6 Februari 2011. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka yang berasal dari SMK masih cukup tinggi. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa kesesuaian minat saja tidak cukup untuk dapat mencapai karir yang diinginkan. Dalam proses eksplorasi karir, adanya perencanaan karir yang tepat akan menentukan kematangan karir seseorang. Safitri, dkk 2009 menyebutkan bahwa pelajar seharusnya melakukan perencanaan karir yang diawali dengan mengumpulkan pengetahuan mengenai berbagai macam karir yang sesuai dengan minat dan bakat. commit to user 6 6 Santrock 2003 menjelaskan bahwa kebanyakan remaja dalam mengambil keputusan dilakukan dengan tiba-tiba dan tidak terencana. Remaja tidak cukup melakukan eksplorasi karir dan kurang memperoleh bimbingan dari sekolah. Di banyak sekolah, para siswa bukan hanya tidak mengetahui informasi yang harus dicari mengenai karir, namun siswa tidak mengerti cara untuk mencari informasi. Pernyataan ini didukung oleh riset perencanaan karir yang dilakukan oleh Peta Masa Depan Management Center di beberapa SMA, SMK, dan MA di Jakarta tahun 2007 menunjukkan bahwa pelajar cenderung tidak mempunyai perencanaan karir yang matang www.petamasadepanku.net , 14 Juni 2011. Komandyahrini 2008 menjelaskan bahwa pemahaman remaja mengenai seluk beluk karir dapat membantu remaja dalam menyelesaikan tugas dalam tahap perkembangannya sekaligus akan membantu remaja untuk memilih lapangan pekerjaan sesuai dengan minat dan keinginannya. CoertseSchepers 2004 menyebutkan bahwa s iswa dengan kematangan karir mempunyai kebiasaan dan strategi yang lebih baik serta mempunyai sikap yang positif dalam pendidikan dan pekerjaan. Kematangan karir menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari proses perkembangan, namun apabila kematangan karir tersebut tidak tercapai sesuai tahapan perkembangan maka akan menjadi suatu hambatan dalam melewati tahap perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, masalah ini menjadi perlu untuk dipahami melalui penelitian ini agar tidak menimbulkan permasalahan yang serius. Hal ini dirasakan semakin besar pentingnya karena remaja dalam tugas perkembangannya dituntut untuk memulai memikirkan kemandirian secara commit to user 7 7 ekonomi, dan mulai melakukan pilihan karir. Pendapat ini didukung oleh Partino 2006 menjelaskan bahwa siswa sekolah menengah harus mulai melakukan pilihan karir, yakni melanjutkan studi atau bekerja. Penelitian mengenai kematangan karir ini akan dilaksanakan pada siswa kelas XI SMK N 2 Surakarta karena beberapa alasan diantaranya dalam beberapa penelitian mengenai kematangan karir yang telah dilaksanakan sebelumnya, kebanyakan menggunakan siswa SMA sebagai subjek penelitian. SMK dipilih menjadi subjek penelitian karena mayoritas siswa SMK berorientasi untuk bekerja setelah lulus sekolah, sehingga penelitian mengenai kematangan karir lebih sesuai dengan kondisi subjek. Selain itu, berdasarkan interview yang telah dilakukan oleh peneliti kepada salah satu guru, dapat diketahui bahwa SMK Negeri 2 Surakarta belum pernah dipakai sebagai tempat penelitian oleh peneliti sebelumnya mengenai kematangan karir. Alasan-alasan tersebut, mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian di SMK Negeri 2 Surakarta mengenai kematangan karir. Siswa dalam proses mencapai kematangan karir tidak lepas dari berbagai kondisi yang dimungkinkan berpengaruh dalam proses mencapai kematangan karir. Super dan Thompson 1979, dalam Komandyahrini, 2008 menjelaskan bahwa terdapat enam faktor yang dimungkinkan berpengaruh dalam kematangan karir seseorang yaitu: 1 kesadaran akan kebutuhan untuk membuat rencana ke depan. Termasuk di dalamnya adalah kesadaran seseorang dalam membuat perencanaan karirnya; 2 kemampuan mengambil keputusan; 3 informasi umum mengenai karir; 4 pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan sumber commit to user 8 8 informasi; 5 pengetahuan mengenai dunia kerja dan kemampuan skill; 6 informasi yang lebih rinci mengenai pekerjaan yang dipilih. Hasan 2006 menyebutkan bahwa konsep diri, vocational aspiration, dan gender merupakan sejumlah variasi komponen pada kematangan karir. Pernyataan ini sesuai dengan teori Holland 1985, dalam CoertseSchepers, 2004 yang menjelaskan bahwa faktor individu personal dan lingkungan dimungkinkan berpengaruh terhadap kematangan karir. Locus of control merupakan salah satu kondisi yang dimungkinkan berpengaruh dalam kematangan karir. Naidoo 1998, dalam Kerka, 1998 menjelaskan bahwa umur, ras, etnis, locus of control, status sosial ekonomi, work salience, dan gender dimungkinkan mempengaruhi tingkat kematangan karir seseorang. DuffyAtwater 2005, dalam Safitri, dkk 2009 memberikan definisi locus of control sebagai sumber keyakinan yang dimiliki individu dalam mengendalikan peristiwa yang terjadi dipersepsikan berasal dari dirinya sendiri ataupun dari luar dirinya. DillonKaur 2005 menjelaskan bahwa locus of control internal menunjukkan adanya keyakinan bahwa peristiwa yang terjadi dalam hidup adalah hasil dari perilaku, sedangkan locus of control eksternal menunjukkan adanya keyakinan bahwa peristiwa yang terjadi dalam hidup adalah hasil kekuatan luar seperti keberuntungan, kesempatan, serta kekuasaan. CoertseSchepers 2004 menambahkan bahwa siswa dengan locus of control internal mempunyai gambaran yang lebih realistik dengan bakat serta kemampuan berinteraksi dengan lingkungan. Pemahaman mengenai bakat yang dimiliki serta kemampuan yang commit to user 9 9 baik dalam berinteraksi dengan lingkungan memungkinkan seorang siswa dalam mencapai kematangan karir. Kondisi lain yang dimungkinkan turut berpengaruh dalam kematangan karir individu adalah konsep diri. Super 1967, dalam Santrock, 2003 menjelaskan bahwa konsep diri memainkan peran utama dalam kematangan karir. Konsep diri melibatkan kepercayaan, sikap, pengetahuan, serta pemikiran seseorang tentang pribadinya Meece, 1997. Konsep diri meliputi keseluruhan konsep, asumsi, dan prinsip selama kehidupan dan menjadi suatu pegangan bagi individu Berzonsky, 1981. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan dari setiap individu. Pudjijogyanti 1993 mengemukakan bahwa konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Tanggapan yang muncul dalam suatu interaksi akan dijadikan cermin bagi individu. Apabila individu memperoleh umpak balik yang positif, maka akan mempunyai pandangan positif pula pada dirinya. Remaja yang memperoleh umpan balik positif akan menjadikan remaja yakin dengan kemampuan diri, tangguh dan mampu membuat perencanaan untuk masa depan. Pendapat ini sejalan dengan CalhounAcocella 1995 yang menjelaskan bahwa individu yang menerima dirinya apa adanya mampu menghadapi kehidupan di depannya dengan merancang tujuan-tujuan yang sesuai realitas. commit to user 10 10 Raskin 1985, dalam Santrock, 2003 menjelaskan bahwa remaja yang ikut terlibat dalam proses pembentukan identitas lebih sanggup dalam mengartikulasi pilihan karir dan menentukan langkah berikutnya untuk mencapai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Hasan 2006 menyebutkakan bahwa individu yang memelihara dan meningkatkan konsep diri akan lebih melibatkan diri dalam eksplorasi karir, mencari berbagai informasi mengenai karir, dan mengembangkan tingkah laku yang tepat dalam menghadapi karir. Kesimpulan dari uraian diatas adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan SMK tergolong remaja pertengahan yang sudah mulai memikirkan masa depan terutama masa depan karir. Masa remaja dengan berbagai masukan informasi, dan pemahaman mengenai seluk beluk dalam karir dapat mencapai kematangan karir sesuai dengan tahap perkembangan karirnya. Dalam prosesnya, usaha remaja dalam pencapaian kematangan karir tidak lepas dari berbagai kondisi yang dimungkinkan berpengaruh di dalamnya. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis mengadakan sebuah studi tentang “Hubungan Antara Locus of Control Internal dan Konsep Diri dengan Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta ”.

B. Rumusan Masalah