commit to user 17
Menurut Sulistiyani 2004, pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses yang akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang
harus dilalui meliputi: a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan. c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian.
4. Evaluasi Program
Evaluasi yaitu kegiatan pengukuran dan penilaian yang dapat dilakukan pada sebelum formatif, selama on-going, pemantauan dan
setelah kegiatan selesai dilakukan sumatif, ex-post. Meskipun demikian, evaluasi seringkali hanya dilakukan setelah kegiatan selesai, untuk melihat
proses dan hasil kegiatan, hasil output dan dampak outcome kegiatan, yang menyangkut kinerja performance baik teknis maupun finansialnya
Mardikanto, 2003. Evaluasi adalah suatu penilaian berkala terhadap relevansi,
dayaguna, efisiensi dan dampak dari suatu proyek dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan ini biasanya mencakup
pembandingan-pembandingan informasi yang dibutuhkan dari luar proyek tersebut,
baik menyangkut
waktu, arealahan
atau penduduk
von Maydell, 1988. Evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tingkatan
dan proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya ditentukan sesistematis dan
seobjektif mungkin. Data ini digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti dalam perencanaan, program,
commit to user 18
pengambilan keputusan, dan pelaksanaan program untuk mencapai kebijaksanaan yang lebih efektif. Data tersebut mencakup penentuan
penilaian keefektifan kegiatan dibanding dengan sumber daya yang digunakan van den Ban dan H. S. Hawkins, 2003.
Evaluasi yang paling utama harus dititikberatkan terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan sasaran baik perubahan dalam cara hidup
maupun berusahatani. Evaluasi dapat dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung, awal kegiatan dan pada akhir dari suatu kegiatan
Samsudin, 1977. Menurut Subagio 2002 dalam Nuraeni 2005, dijelaskan bahwa
informasi yang diperoleh dari evaluasi akan dianalisis sehingga relefansi dan efek serta konsekuensinya dapat ditentukan subjektif dan sesistematik
mungkin. Evaluasi adalah proses pengumpulan data yang sistematis untuk mengukur efektifitas program latihan. Evaluasi lebih ditekankan sebagai
suatu proses menentukan nilai yang berhubungan dengan tujuan yang direncanakan.
Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Evaluasi
program dimaksudkan untuk melihat pencapaian target program. Untuk menentukan seberapa jauh target program sudah tercapai, yang dijadikan
tolok ukur adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan. Terdapat dua ranah pengukuran, yaitu:
a. Pengukuran ranah afektif Pengukuran ini tidak dapat dilakukan setiap saat dalam arti
pengukuran formal karena perubahan tingkah laku tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Pengukuran sikap seseorang memerlukan
waktu yang relatif lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai.
commit to user 19
b. Pengukuran ranah psikomotorik Pengukuran ini dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang
berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus.
Arikunto, 1995. Menurut Bloom 1956 dalam Sudijono 2005, salah satu prinsip
dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip mana
evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi
pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan aspek kognitif, maupun dalam segi penghayatan aspek afektif dan
pengalamannya aspek psikomotor. a. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental otak. Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. b. Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
c. Ranah psikomotor Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif memahami sesuatu dan hasil belajar afektif yang baru tampak dalam
bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku. Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor
apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif
dan afektifnya.
commit to user 20
Menurut Suharto 2009, evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan danatau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program.
Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu on-going evaluation atau evaluasi terus menerus dan ex-post evaluation atau evaluasi akhir.
Evaluasi biasanya lebih difokuskan pada pengidentifikasian kualitas program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang
sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. Evaluasi bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran
c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi di luar rencana externalities.
Menurut Iskandar 1981, sasaran dari evaluasi proyek adalah mencari penyelesaian yang secara teknis dimungkinkan pada suatu kondisi
tertentu yang dapat memberikan pengembalian ekonomis yang baik, dapat disesuaikan dengan kondisi institusional dan kepemimpinan suatu negara
dan dapat dibiayai dengan sumber daya yang ada. Dengan demikian proyek haruslah dinilai dalam berbagai bentuk yang akan mencakup nilai
dari elemen-elemen berikut: a. Kemungkinan teknis yang bersangkutan dengan pemilihan yang tepat
dari proses produksi termasuk ukuran yang paling tepat dari proyek, pemilihan teknis peralatan dan lay out yang paling tepat. Dengan
demikian ini menyangkut pemilihan spesies, pembangunan hutan tanaman beserta teknik-teknik pemeliharaannya, skala ekonomi dan
design dari pabrik. b. Penilaian komersial yang sehat, yang bersangkutan dengan dua hal:
ongkos-ongkos haruslah berada di dalam batasan sumber-sumber finansial yang ada, dan proyek harus dapat memenuhi kewajiban-
kewajiban finansialnya. c. Keuntungan ekonomis dan sosial yang bersangkutan dengan alokasi
yang paling efisien dari sumber-sumbernya yang ada di masyarakat
commit to user 21
secara keseluruhan, dan bukan hanya keuntungan finansial yang bersangkutan dengan pengembalian pinjaman yang khusus dibebankan
kepada proyek. d. Kemungkinan-kemungkinan institusional dan efesiensi organisasi yang
bersangkutan dengan: 1 Adanya stuktur administrasi yanng dapat menjalankan proyek,
2 Adanya keahlian yang cukup dan terlatih dari personil-personilnya, 3 Peraturan-peraturan yang memadai dan efektif beserta sarana-
sarana untuk melaksanakan peraturan ini, 4 Kegiatan-kegiatan untuk melaksanakan proyek yang konsisten
dengan pola sosial yang berlaku, sikap mental dan motivasi dari masyarakat.
Menurut UNESCO 1982, evaluasi dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Evaluasi dapat dan seringkali mulai dilakukan pada tahap perencanaan program,
b. Esensi evaluasi adalah infomasi yang berhubungan dengan program, yang berasal dari kenyataan di lapang dan tidak menghakimi.
c. Evaluasi lebih berorientasi pada desain dan isi program. Standarisasi evaluasi adalah keluaran berupa dimensi kualitatif.
d. Evaluasi adalah proses yang melengkapi, dan perlu perhatian khusus untuk mencapai tujuan yang sama, untuk meningkatkan efektifitas
sebuah program.
commit to user 22
Tahap Proses Evaluasi Tahap Proses Program
Gambar 2.2. Tahapan Evaluasi dari Suatu Tahapan Program Menurut Hawkins, et al 1982, evaluasi program penting dilakukan,
karena: a. Penyelenggara program harus tahu bahwa program yang dilaksanakan
berlangsung dengan baik atau tidak, b. Metode evaluasi menyediakan petunjuk untuk mengetahui metode apa
yang tepat untuk masing-masing situasi dan juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah penyelenggara program menggunakan
metode yang tepat atau tidak, c. Hasil evaluasi dapat dijadikan masukkan untuk program selanjutnya
fungsi timbal balik. Lunandi 1981 mengungkapkan bahwa ada beberapa cara untuk
melakukan evaluasi, yaitu: a. Umpan balik. Tiap-tiap peserta evaluasi secara bergantian
mengemukakan pikiran dan perasaannya mengenai pelajaran hari itu. b. Refleksi. Masing-masing peserta merenungkan arti hari itu bagi
dirinya dan apa yang telah dipelajarinya. Setelah selesai, peserta Formulasi Program
Perencanaan Program
Keluaran Efek pengaruh
Penyelesaian setelah program berlangsung
Pengaruh jangka
panjang Evaluasi
sebelum program berlangsung
Evaluasi selama
program berlangsung
Evaluasi setelah
program berlangsung
commit to user 23
diminta mengungkapkan refleksinya. Refleksi bersifat subjektif yang khas pribadi, maka tidak ditanggapi oleh pembimbing maupun sesama
peserta, apalagi dibantah. c. Diskusi kelompok. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok kecil
agar lebih mudah dan lebih bebas berbicara. Secara informal para peserta itu memperbincangkan evaluasi masing-masing, lalu
menuangkannya dalam sebuah laporan. d. Questionnaire. Berupa formulir pertanyaan yang disiapkan dan
dibagikan kepada semua peserta untuk diisi. e. Tim pengelola. Dari antara para peserta dibentuk sebuah tim yang
terdiri dari seorang moderator, satu atau dua orang menjadi pencatat dan satu atau dua orang menjadi evaluator.
f. Evaluasi menyeluruh. Dapat dilakukan secara lisan ataupun secara tertulis, dan dapat menyangkut dua aspek:
1 umpan balik bagi penyelenggara mengenai kekuatan maupun kelemahan program,
2 apa yang dipelajari oleh peserta selama program ini dalam bidang penambahan pengetahuan dan bidang perubahan sikap.
Menurut Morgan, et al dalam Suprijanto 2007, terdapat beberapa prinsip umum yang harus diketahui:
a. Mempunyai tujuan yang pasti. Evaluasi tidak dilakukan karena hanya karena “merupakan sesuatu yang harus dikerjakan”. Penemuan dari
hasil evaluasi harus dapat digunakan untuk memecahkan beberapa masalah pendidikan.
b. Menggunakan tujuan perilaku yang terjangkau dan pasti. c. Bukti tentang perubahan dalam diri individu. Hal yang penting adalah
mengukur seberapa jauh orang bergerak dari tempat ketika program dimulai ke tempat ketika program berakhir.
d. Menggunakan instrumen yang tepat dalam evaluasi. Instrumen tersebut akan memberikan data yang jauh lebih baik daripada sekedar
perkiraan. Sejumlah instrumen yang dapat digunakan adalah tes, skala,
commit to user 24
lembar penilaian, inventori, survai, kartu penilaian, kuesioner, studi kasus, catatan, laporan, dan keputusan ahli.
e. Kerjasama antara peneliti dengan orang yang dinilai kemajuannya. f. Tidak perlu mengevaluasi semua hasil pembelajaran.
g. Evaluasi harus berkesinambungan. Sejalan dengan hal tersebut Hamali 1990 mengungkapkan prinsip-
prinsip evaluasi sebagai berikut: Pertama, suatu penilaian hendaknya diberikan berdasarkan contoh-contoh atau sample prestasi yang cukup
banyak, baik macam maupun jumlahnya. Kedua, secara teknis harus dibedakan antara pembijian scoring dan penilaian grading. Pembijian
berarti proses pengubahan prestasi menjadi angka-angka. Sedangkan penilaian adalah pengenalan skala baik buruk, bisa diterima tidak bisa
diterima, memenuhi syarat dan yang sebangsanya berdasarkan sesuatu orientasi tertentu terhadap prestasi yang telah diangkakan melalui proses
pengukuran. Dalam pembijian perhatian terutama ditujukan kepada aspek kecermatan dan kemantapan accuracy dan reliability, sedangkan dalam
penilaian perhatian terutama ditujukan kepada validitas dan kegunaan validity dan utility. Ketiga, dalam proses pemberian nilai dikenal adanya
dua macam orientasi yang bisa sejalan dan bisa pula tidak sejalan, yaitu norm dan standard. Norm atau norma adalah patokan prestasi yang
diperoleh dari sesuatu kelompok tertentu, sedangkan standard adalah patokan yang bukan berasal dari prestasi sesuatu kelompok tertentu.
Keempat, kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral daripada proses belajar-mengajar. Kelima, penilaian bersifat komparabel
comparable. Keenam, sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan terlebih-lebih lagi bagi pengajar sendiri.
Menurut Steele dalam Sudjana 2006 mengemukakan tujuh karakteristik evaluasi program:
a. Evaluasi program lebih mengutamakan proses kegiatan yang bersifat umum, artinya bahwa semua program yang diangkat dari satuan, jenis
commit to user 25
dan lingkupnya menggunakan prinsip-prinsip umum dalam evaluasi terhadap sistem dan atau manajemennya.
b. Evaluasi program lebih luas daripada pemeriksaan terhadap pencapaian program. Evaluasi program mencakup semua komponen,
proses dan tujuan program yang disusun secara sistemik. c. Evaluasi program lebih luas dibandingkan dengan evaluasi hasil
program. d. Evaluasi program lebih luas daripada evaluasi proses pembelajaran.
e. Evaluasi program berbeda dengan penelitian evaluatif terhadap program evaluative research dan penelitian program program
research. Evaluasi program dilakukan hanya untuk menghasilkan data sebagai masukan bagi pengambilan keputusan.
f. Evaluasi program merupakan alat dalam manajemen management tool atau sebagai fungsi manajemen program. Evaluasi dapat
dilakukan terhadap fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan,
pembinaan, dan
pengembangan. Hasil evaluasi digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan mngenai setiap fungsi manajemen program.
g. Evaluasi program lebih berpusat pada manusia people centered yang terlibat dalam dan terkait dengan program.
Menurut Rossi dan Howard 1921 penilaian dampak impact evaluation dilakukan untuk memperkirakan ada atau tidaknya intervensi.
Perkiraan tersebut tidak dapat dibuat dengan pasti tetapi hanya dengan berbagai tingkat yang masuk akal. Sebuah prinsip yang umum berlaku:
semakin ketat rancangan penelitian, semakin masuk akal perkiraan yang dihasilkan. Desain evaluasi dampak perlu mempertimbangkan dua tekanan
yang bersaing: di satu sisi evaluasi harus dilakukan dengan ketelitian yang memadai sehingga kesimpulan relatif dapat dicapai, dan di sisi lain
perlindungan subyek manusia membatasi pilihan desain dan prosedur metodologi yang dapat dipekerjakan. Evaluator hanya menilai hasil-hasil
program sosial dengan membandingkan informasi tentang peserta maupun
commit to user 26
yang bukan peserta dengan melakukan pengukuran pengulangan pada peserta, sebelum dan sesudah intervensi, atau menggunakan metode lain
yang berusaha untuk mencapai suatu perbandingan. Tujuan dasar dari penilaian dampak adalah untuk menghasilkan estimasi yang tidak
terkontaminasi oleh pengaruh lain atau peristiwa yang dapat mempengaruhi perilaku atau kondisi dimana program sosial sedang
dievaluasi.
5. Agroforestri