Identitas Responden EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEGIATAN AGROFORESTRI DI KAWASAN HUTAN BROMO KABUPATEN KARANGANYAR

commit to user 63 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Responden penelitian ini adalah petani yang pernah atau masih mengikuti kegiatan agroforestri, dimana pengambilannya dilakukan dengan teknik snow ball sampling dan convenience sampling accidental sampling. Responden diambil dari dua desa, yaitu Desa Delingan dan Desa Gedong, hal ini dilakukan karena kedua desa tersebut adalah desa-desa yang berdekatan dengan petak bukaan lahan dari tahun 1990-2010. Tabel 5.1. Identitas Responden yang Pernah dan Masih Mengikuti Kegiatan Agroforestri di Kawasan Hutan Bromo Kabupaten Karanganyar dari Tahun 1990-2010 Distribusi No. Identitas Jumlah Orang Prosentase 1. Umur a. Produktif 15-64 tahun b. Non Produktif 64 tahun 36 4 90,00 10,00 Jumlah 40 100,00 2. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 36 4 90,00 10,00 Jumlah 100,00 3. Pendidikan Terakhir a. Tidak Sekolah b. SDsederajat c. SMPsederajat d. SMAsederajat 18 18 3 1 45,00 45,00 7,50 2,50 Jumlah 40 100,00 4. Pekerjaan a. Tetap 1 Petani 2 Swasta 3 Pedagang 4 Buruh 35 2 1 2 87,50 5,00 2,50 5,00 Jumlah 40 100,00 b. Sampingan 1 Tidak ada 2 Buruh 3 Makelar 22 8 1 55,00 20,00 2,50 commit to user 64 4 Pedagang 5 Petani 6 Pensiunan 4 4 1 10,00 10,00 2,50 Jumlah 40 100,00 5. Pengalaman mengelola agroforestri a. 8 tahun b. 8-13 tahun c. 13 tahun 24 6 10 60,00 15,00 25,00 Jumlah 40 100,00 6. Bukaan Lahan a. Tahun 1990 b. Tahun 1995 c. Tahun 2000 d. Tahun 2007 11 4 19 6 27,50 10,00 47,50 15,00 Jumlah 40 100,00 Sumber: Analisis Data Primer Sebanyak 36 orang responden adalah laki-laki, karena salah satu syarat untuk menjadi peserta agroforestri adalah satu Kartu Keluarga KK hanya diperbolehkan satu pendaftaran saja. Terdapat 4 orang responden perempuan dikarenakan pengerjaan sebidang lahan yang diberikan kepada satu KK tersebut dikerjakan oleh satu keluarga, sehingga baik suami maupun istri dapat dijadikan responden. Selain itu, kondisi hutan yang sulit untuk dikelola apalagi pada saat pembukaan lahan lebih banyak membutuhkan tenaga kerja laki-laki. Pada umumnya, pendidikan terakhir responden adalah SDsederajat walaupun ada 4 orang responden yang menamatkan bangku SMP dan SMA. Pendidikan responden masih tergolong rendah dikarenakan minat dan kemampuan ekonomi untuk menduduki jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada waktu itu masih minim. Pekerjaan utama responden adalah petani yaitu sebanyak 35 orang, karena dipengaruhi terbatasnya skill yang dimiliki dan warisan dari orang tua yang dulunya juga adalah petani. Pekerjaan sampingan seluruh responden adalah pengelola lahan agroforestri ketika mereka menjadi peserta agroforestri, karena lahan agroforestri yang digarap tidak menjadi hak milik responden secara mutlak. Selain menjadi peserta agroforestri responden commit to user 65 juga memiliki pekerjaan sampingan lain guna menambah pendapatan seperti berdagang, buruh, maupun memelihara ternak orang lain. Pengalaman pengelolaan agroforestri yang dilakukan oleh responden sangat beragam, yaitu yang kurang dari 8 tahun sebanyak 24 orang 60,00 persen, 8-13 tahun sebanyak 6 orang 15,00 persen dan di atas 13 tahun sebanyak 10 orang 25,00 persen. Keberagaman ini diantaranya dikarenakan pembukaan petak agroforestri dari tahun 1990-2010 sebanyak 4 kali. Dimana yang ikut pada bukaan lahan tahun 1990 terdapat 11 responden atau 27,50 persen, tahun 1995 terdapat 4 responden atau 10,00 persen, tahun 2000 terdapat 19 responden atau 47,50 persen, dan tahun 2007 terdapat 6 responden atau 15,00 persen. Sehingga responden yang telah memenuhi hak-hak dan kewajiban-kewajibannya serta dinyatakan sebagai pesanggem yang baik diperbolehkan untuk mendaftarkan dirinya kembali di petak yang lain. Pesanggem adalah sebutan bagi peserta agroforestri dari mantri dan mandor. Namun ada juga yang dikarenakan adanya suatu pelanggaran sistem yang dilakukan. Misalnya, pada umumnya kegiatan agroforestri untuk satu petak adalah 2-3 tahun, namun terkadang ada responden yang masih ingin mengelola lahan tersebut walaupun sudah ternaungi oleh pohon utama. Sebenarnya hal ini melanggar peraturan, namun responden tidak memiliki pilihan lain akibat ketidakmilikan mereka terhadap lahan dan tidak ada kemampuan lain selain bertani. Rata-rata pengelolaan agroforestri responden adalah 9 tahun, dan biasanya responden berhenti melakukan kegiatan agroforestri karena kondisi tanaman pokok yang sudah menaungi sehingga tidak menguntungkan tanaman semusim.

B. Tingkat Aksesibilitas Informasi