commit to user 81
sosialnya. Oleh karena itu, selain memberdayakan perorangan perlu juga dilakukan pemberdayaan organisasi agar pemberdayaan dapat dilakukan
secara optimal.
E. Tingkat Kemanfaatan Agroforestri
Menurut Widianto dkk 2003, secara luas telah dipahami bahwa tujuan utama pengembangan agroforestri baik secara umum ataupun di Indonesia
adalah dalam rangka menekan degradasi hutan alam dan lingkungan hidup aspek ekologi, serta upaya untuk memecahkan problema sosial-ekonomi
masyarakat, terutama di wilayah-wilayah pedesaan aspek sosial-ekonomi. Distribusi tingkat kemanfaatan agroforestri bagi peserta agroforestri
merupakan penilaian peserta agroforestri tentang manfaat agroforestri dilihat dari aspek ekonomi, ekologi dan sosial. Tingkat kemanfaatan agroforestri ini
dikategorikan menjadi sangat baik, baik, cukup, buruk dan sangat buruk. 1. Tingkat Kemanfaatan pada Aspek Ekonomi
Tingkat kemanfaatan agroforestri pada aspek ekonomi adalah penilaian peserta agroforestri terhadap ada atau tidaknya pertambahan
pendapatan setelah mengikuti kegiatan agroforestri, serta apakah agroforestri mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau tidak.
Distribusi responden berdasarkan tingkat kemanfaatan agroforestri pada aspek ekonomi bagi peserta agroforestri dapat dilihat pada Tabel 5.12.
commit to user 82
Tabel 5.12. Distribusi Responden yang Pernah dan Masih Menjadi Peserta Agroforestri berdasarkan Tingkat Kemanfaatan Agroforestri
pada Aspek Ekonomi di Kawasan Hutan Bromo Kabupaten Karanganyar dari Tahun 1990-2010
Kategori Distribusi
skor Jumlah
Responden Orang
Prosentase
Sangat Baik 20-23
0,00 Baik
16-19 23
57,50 Cukup
12-15 11
27,50 Buruk
8-11 6
15,00 Sangat Buruk
4-7 0,00
Jumlah 40
100,00 Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 5.12. menunjukkan bahwa kemanfaatan ekonomi yang dirasakan sebagian besar tergolong baik, yaitu sebanyak 23 responden atau
57,05 persen. Sedangkan yang tergolong cukup terdapat 11 responden atau 27,50 persen dan yang tergolong buruk 6 responden atau 15,00 persen.
Tidak ada responden yang penggolongan manfaat ekonominya sangat baik maupun sangat buruk. Hal ini dikarenakan kegiatan agroforestri mampu
memberikan tambahan pendapatan yang tidak besar, namun juga sangat diharapkan keberadaanya. Pertambahan pendapatan keluarga responden
setelah mengikuti kegiatan agroforestri adalah sebagai berikut: Tabel 5.13. Pertambahan Pendapatan Responden yang Pernah dan Masih
Menjadi Peserta Agroforestri setelah Mengikuti Program Agroforestri
di Kawsan
Hutan Bromo
Kabupaten Karanganyar dari Tahun 1990-2010
No. Pertambahan Pendapatan Peserta Agroforestri
setelah Mengikuti Program AgroforestriTahun Rupiah
Jumlah Orang
1. 1. 620. 000
30 2.
1. 620. 000 – 3. 240. 000 8
3. 3. 240. 000
2 Sumber: Analisis Data Primer
Sebanyak 30 responden menyatakan mendapatkan tambahan pendapatan di bawah Rp. 1. 620. 000 per tahun, 8 responden mendapatkan
tambahan pendapatan Rp. 1.620.000 – Rp. 3. 240. 000 per tahun, dan 2
commit to user 83
responden mendapatkan tambahan pendapatan lebih dari Rp. 3. 240. 000 per tahun. Perbedaan pendapatan ini dipengaruhi adanya perbedaan
penguasaan luas lahan. Luas lahan yang dibagikan sebenarnya setiap peserta sama, namun karena terdapat peserta yang memiliki lahan karena
adanya pembagian lagi oleh peserta sendiri maka luas lahannya semakin kecil. Rata-rata pendapatan dari ke-40 responden selama satu tahun adalah
Rp. 1. 179. 375. Pendapatan ini paling besar didapatkan dari tanaman kacang dan
singkong. Beberapa peserta yang menanam jagung pun ada, namun tidak untuk dijual, hanya untuk konsumsi pribadi. Jumlah rupiah tersebut dirasa
masih belum mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, karena luas lahan yang sempit dan pengelolaannya membutuhkan modal yang besar.
Pendapatan per tahun ini dirasakan responden tidak sebanding dengan biaya untuk membuka lahan yang banyak terdapat bebatuan
menghabiskan biaya yang besar dan bisa dikatakan cukup merugikan. Kondisi yang terkadang merugikan ini dikarenakan biaya pengolahan
tanaman semusim di lahan hutan memakan biaya lebih besar dibandingkan hasilnya. Namun, peserta agroforestri tetap bersyukur karena masih dapat
menggarap lahan secara gratis untuk menambah pendapatan walaupun sangat sedikit. Pengelolaan agroforestri pun tetap dilakukan walaupun
pohon utama sudah menaungi, mengingat peserta agroforestri tidak memiliki lahan garapan dan tidak memiliki kemampuan lain selain
bercocok tanam. 2. Tingkat Kemanfaatan pada Aspek Sosial
Tingkat kemanfaatan agroforestri pada aspek sosial adalah penilaian peserta agroforestri terhadap dampak sosial dari adanya kegiatan
agroforestri bagi keluarga dan lingkungannya. Dilihat dari segi sosial juga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena walaupun sedikit
tapi mampu menambah pendapatan keluarga. Distribusi responden berdasarkan tingkat kemanfaatan agroforestri pada aspek sosial bagi
peserta agroforestri dapat dilihat pada Tabel 5.14.
commit to user 84
Tabel 5.14. Distribusi Responden yang Pernah dan Masih Menjadi Peserta Agroforestri berdasarkan Tingkat Kemanfaatan Agroforestri
pada Aspek Sosial di Kawasan Hutan Bromo Kabupaten Karanganyar dari Tahun 1990-2010
Kategori Distribusi
skor Jumlah
Responden Orang
Prosentase
Sangat Baik 4,2-5
5 12,50
Baik 3,4-4,1
27 67,50
Cukup 2,6-3,3
2 5,00
Buruk 1,8-2,5
6 15,00
Sangat Buruk 1-1,7
0,00 Jumlah
40 100,00
Sumber: Analisis Data Primer Dapat dilihat pada Tabel 5.14. bahwa kemanfaatan yang dirasakan
peserta agroforestri pada aspek sosial sebagian besar tergolong baik, yaitu sebanyak 27 responden atau sebesar 67,50 persen. Sedangkan yang
tergolong sangat baik sebanyak 5 responden atau 12,50 persen, yang tergolong cukup 2 responden atau 5,00 persen, dan yang tergolong buruk
sebanyak 6 responden atau 15,00 persen. Tidak ada responden yang tergolong pada kategori sangat buruk, karena secara umum pada aspek
sosial kegiatan agroforestri dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga bila dilihat dari segi pertambahan pendapatan. Selain itu kegiatan
agroforestri juga mampu mempererat hubungan antar peserta, karena dari kegiatan agroforestri banyak yang dapat didiskusikan, apalagi masalah
mengenai bukaan lahan. 3. Tingkat Kemanfaatan pada Aspek Ekologi
Tingkat kemanfaatan agroforestri pada aspek ekologi adalah penilaian peserta agroforestri terhadap penekanan degradasi hutan alam
dan lingkungan hidup. Dilihat dari segi ekologi, Hutan Bromo dinilai baik karena belum pernah terjadi longsor dan tanaman pokok maupun
tambahan dapat tumbuh dengan baik di sana. Distribusi responden berdasarkan tingkat kemanfaatan agroforestri pada aspek ekologi bagi
peserta agroforestri dapat dilihat pada Tabel 5.15.
commit to user 85
Tabel 5.15. Distribusi Responden yang Pernah dan Masih Menjadi Peserta Agroforestri berdasarkan Tingkat Kemanfaatan Agroforestri
pada Aspek Ekologi di Kawasan Hutan Bromo Kabupaten Karanganyar dari Tahun 1990-2010
Kategori Distribusi
skor Jumlah
Responden Orang
Prosentase
Sangat Baik 31-36
13 32,50
Baik 25-30
24 60,00
Cukup 19-24
3 7,50
Buruk 13-18
0,00 Sangat Buruk
7-12 0,00
Jumlah 40
100,00 Sumber: Analisis Data Primer
Pada Tabel 5.15. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden merasakan kemanfaatan agroforestri pada aspek ekologi tergolong baik,
yaitu sebanyak 24 responden atau 60,00 persen. Sedangkan yang tergolong sangat baik terdapat 13 responden atau 32,50 persen dan yang tergolong
cukup terdapat 3 responden atau 7,50 persen. Penggolongan yang terbesar yaitu pada kategori baik, dimana kegiatan agroforestri ini mampu
mencegah timbulnya erosi. Ketiadaan erosi ini dikarenakan pembukaan lahan secara berkala namun tidak secara menyeluruh, hanya pada titik-titik
tertentu. Sehingga ketika dilakukan bukaan lahan masih banyak pohon dengan perakaran yang baik dalam menahan air. Selain itu juga selama
dilakukan agroforestri, tanaman tumpangsasri seperti kacang dapat menjadi tanaman penutup cover crop yang berfungsi dalam menjaga
kesuburan tanah dan tidak menimbulkan persaingan perakaran maupun cahaya dengan tanaman pokok.
4. Tingkat Kemanfaatan Total Distribusi responden berdasarkan tingkat kemanfaatan agroforestri
bagi peserta agroforestri dapat dilihat pada Tabel 5.16.
commit to user 86
Tabel 5.16. Distribusi Responden yang Pernah dan Masih Menjadi Peserta Agroforestri berdasarkan Tingkat Kemanfaatan Agroforestri
di Kawasan Hutan Bromo Kabupaten Karanganyar dari Tahun 1990-2010
Kategori Distribusi
skor Jumlah
Responden Orang
Prosentase
Sangat Baik 52-60
13 32.50
Baik 42-51
21 52.50
Cukup 32-41
6 15,00
Buruk 22-31
0,00 Sangat Buruk
12-21 0,00
Jumlah 40
100,00 Sumber: Analisis Data Primer
Distribusi pada Tabel 5.16 di atas merupakan distribusi responden berdasarkan tingkat kemanfaatan agroforestri dari aspek ekonomi, ekologi
dan sosial. Secara keseluruhan, baik dari segi ekonomi, ekologi dan sosial tingkat kemanfaatannya yang tergolong sangat baik adalah sebanyak 13
responden atau 32,50 persen, yang tergolong baik sebanyak 21 orang atau 52,50 persen dan yang tergolong cukup sebanyak 6 responden atau 15,00
persen. Hal ini berarti bahwa kegiatan agroforestri memberikan dampak yang baik bagi peserta agroforestri sendiri maupun lingkungan, karena
sebagian besar responden merasakan manfaat yang dirasakan dari agroforestri adalah baik.
F. Analisis Keragaan Pelaksanaan Kegiatan Agroforestri sebagai Program