Analisis Keragaan Pelaksanaan Kegiatan Agroforestri sebagai Program

commit to user 86 Tabel 5.16. Distribusi Responden yang Pernah dan Masih Menjadi Peserta Agroforestri berdasarkan Tingkat Kemanfaatan Agroforestri di Kawasan Hutan Bromo Kabupaten Karanganyar dari Tahun 1990-2010 Kategori Distribusi skor Jumlah Responden Orang Prosentase Sangat Baik 52-60 13 32.50 Baik 42-51 21 52.50 Cukup 32-41 6 15,00 Buruk 22-31 0,00 Sangat Buruk 12-21 0,00 Jumlah 40 100,00 Sumber: Analisis Data Primer Distribusi pada Tabel 5.16 di atas merupakan distribusi responden berdasarkan tingkat kemanfaatan agroforestri dari aspek ekonomi, ekologi dan sosial. Secara keseluruhan, baik dari segi ekonomi, ekologi dan sosial tingkat kemanfaatannya yang tergolong sangat baik adalah sebanyak 13 responden atau 32,50 persen, yang tergolong baik sebanyak 21 orang atau 52,50 persen dan yang tergolong cukup sebanyak 6 responden atau 15,00 persen. Hal ini berarti bahwa kegiatan agroforestri memberikan dampak yang baik bagi peserta agroforestri sendiri maupun lingkungan, karena sebagian besar responden merasakan manfaat yang dirasakan dari agroforestri adalah baik.

F. Analisis Keragaan Pelaksanaan Kegiatan Agroforestri sebagai Program

Pemberdayaan Masyarakat Keragaan adalah variasi kondisi riil yang ada di lapang. Dari data potensial dan data aktual yang ada, dapat digambarkan kegiatan agroforestri di Kawasan Hutan Bromo adalah sebagai berikut: commit to user 87 Tabel 5.17. Keragaan dalam Kegiatan Agroforestri di Kawasan Hutan Bromo Kabupaten Karanganyar dari Tahun 1990-2010 Kegiatan Data Potensial Data Aktual Keterangan Perencanaan Perencanaan dilakukan bersama masyarakat secara terintegrasi dan terpadu, meliputi: inventarisasi sumberdaya hutan pada penataan pertama dan atau penataan ulang, atau pada saat dilakukan penyusunan rencana tahunan. Tidak semua peserta dapat ikut serta dalam kegiatan perencanaan Hanya peserta yang mengetahui kegiatan perencanaan dan tokoh masyarakat saja yang ikut kegiatan perencanaan Monitoring 1. Perhutani melakukan monitoring bersama masyarakat Tidak semua peserta dapat ikut serta dalam kegiatan monitoring Hanya peserta yang mengetahui kegiatan monitoring saja yang ikut kegiatan monitoring 2. Pertemuan dan pendampingan yang intensif Pertemuan dan pendampingan yang intensif langsung di lahan hutan Kondisi di lapang sesuai dengan yang diharapkan Pelaksanaan 1. Prosedur pendaftaran: Sosialisasi bukaan lahan dari Perhutani, pemberitahuan dari teman, atau melihat sendiri adanya bukaan lahan à mendaftar kepada mantrimandor setempat à pembagian dan lotre lokasi à agroforestri a. Peserta mengikuti prosedur yang berlaku b. Ada peserta yang melalui prosedur lain: pemberitahuan bukaan lahan dari perantara à pemberian lokasi dari perantara à membayar kepada perantara à agroforestri Ada peserta yang tidak memenuhi prosedur yang berlaku 2. Peserta Peserta Kondisi di commit to user 88 memperoleh fasilitas dari Perhutani dan atau pihak yang berkepentingan untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian mendapatkan lahan, benih tanaman pokok, linggis, dan cangkul pada awal pengelolaan agroforestri lapang sesuai dengan yang diharapkan 3. Peserta menjaga dan melindungi sumberdaya hutan untuk kelanjutan fungsi dan manfaatnya bersama Perhutani Peserta menjaga dan melindungi sumberdaya hutan untuk kelanjutan fungsi dan manfaatnya bersama Perhutani Kondisi di lapang sesuai dengan yang diharapkan 4. Peserta memberikan kontribusi faktor produksi Peserta memberikan kontribusi faktor produksi berupa tenaga untuk menanam dan memelihara tanaman pokok hingga menaungi lahan Kondisi di lapang sesuai dengan yang diharapkan 5. Peserta mengamankan sumberdaya hutan dan proses pemanenan hasil hutan Tidak semua peserta dapat ikut serta dalam proses pemanenan tanaman pokok Hanya peserta yang dekat dengan Perhutani atau pekerja saja yang mengikuti kegiatan pemanenan hasil hutan 6. Pola Tanam: a. Jarak tanam antar tanaman pokok 5x5 meter b. Jarak tanam tanaman pokok dengan tanaman sela 2x3 meter c. Tanaman tumpangsari: Pola Tanam: a. Jarak tanam antar tanaman pokok 5x5 meter b. Jarak tanam tanaman pokok dengan tanaman sela 2x3 meter Banyak peserta yang masih melakukan kegiatan tumpangsari setelah 2-3 tahun commit to user 89 kacang, jagung, singkong, dan atau pisang. d. Tidak melakukan tumpangsari setelah 2-3 tahun c. Tanaman tumpangsari: kacang, jagung, singkong, dan atau pisang. d. Masih melakukan tumpangsari setelah 2-3 tahun Evaluasi Peserta melakukan kegiatan evaluasi bersama Perhutani Peserta enggan ikut dalam kegiatan evaluasi Peserta merasa evaluasi adalah hak dan kewajiban Perhutani Kelembagaan 1. Peserta mempersiapkan kelompok untuk mengoptimalkan fasilitas yang diberikan oleh Perhutani dan atau pihak yang berkepentingan Peserta belum memiliki kelompok yang dapat mewadahi aspirasi LMDH tidak aktif 2. Perhutani melakukan kegiatan penguatan kelembagaan berupa pelatihan, pendampingan dan fasilitas masyarakat desa hutan Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH yang ada tidak aktif Lembaga yang mewadahi kegiatan dan aspirasi peserta tidak aktif 3. Pihak yang berkepentingan seperti Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Ekonomi Masyarakat, Usaha Swasta, Lembaga Pendidikan dan Lembaga Donor ikut memfasilitasi peserta Hanya Pemerintah Daerah saja yang memfasilitasi perijinan Belum ada kesadaran dari pihak yang berkepentingan lainnya commit to user 90 Sumber: Perum Perhutani 2009 dan Analisis Data Primer Berdasarkan identifikasi keragaan di atas, dapat diketahui bahwa masalah yang muncul dalam kegiatan agroforestri di Kawasan Hutan Bromo Kabupaten Karanganyar meliputi: 1. Kegiatan perencanaan Perencanaan seharusnya dilakukan bersama masyarakat secara terintegrasi dan terpadu, namun pada kenyataannya tidak semua peserta dapat mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan perencanaan dilakukan pada awal sebelum terbentuknya agroforestri, dan hal tersebut tidak diketahui masyarakat. Selain itu, dalam perencanaan, biasanya hanya tokoh masyarakat atau yang memiliki hubungan dekat dengan Perhutani saja yang dapat mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan perencanaan yang tidak dihadiri oleh seluruh peserta dikarenakan terbatasnya waktu dan quota. Selain itu masyarakat juga enggan mengikuti kegiatan tersebut karena merasa itu adalah hak dan kewajiban Perhutani saja, sedangkan masyarakat hanya menjalani saja. 2. Kegiatan Monitoring Monitoring seharusnya dilakukan bersama masyarakat. Namun seperti halnya kegiatan perencanaan, masyarakat merasa hal tersebut adalah hak dan kewajiban Perhutani. Hanya beberapa peserta saja yang pernah mengikuti kegiatan monitoring di lapang, seperti pada kegiatan patroli hutan. 3. Kegiatan Pelaksanaan Prosedur pendaftaran yang berlaku yaitu diawali adanya bukaan lahan dimana akan disosialisasikan oleh Perhutani kepada masyarakat desa hutan untuk mengetahui siapa saja yang berminat untuk menjadi petani kontrak Hutan bromo. Informasi bukaan lahan tersebut juga dapat diketahui melalui teman maupun melihat sendiri ke lokasi bukaan secara langsung. Selanjutnya, masyarakat yang berminat menjadi petani kontrak Hutan Bromo mendaftarkan dirinya kepada mantri atau mandor setempat, commit to user 91 dengan syarat I KK hanya boleh mendaftarkan satu nama. Kemudian nama yang telah tercatat diberikan petak dengan luas berdasarkan pembagian luas petak keseluruhan dibagi jumlah yang mendaftar, dimana lokasi tepatnya petak dilakukan dengan cara dilotre sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Terakhir peserta dapat menanam dan merawat tanaman pokok dan tumpangsasri di petaknya masing-masing. Namun ada peserta yang mendapatkan petak melalui perantara, dimana ia tidak tercatat dalam administratif Perhutani dan tidak memiliki petak secara resmi. Hanya antara perantara dengan peserta saja, dan peserta dikenakan biaya atas petak yang didapatkannya tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan kebutuhan masyarakat akan lahan garapan yang tidak sebanding dengan jumlah lahan yang akan dikelola serta ketidakmilikan skill selain bercocok tanam. Pada kegiatan pemanenan hasil hutan, tidak semua peserta dapat mengikuti kegiatan tersebut seperti dapat dilihat pada kegiatan panen tanaman pokok. Hanya peserta yang dekat dengan Perhutani dan pekerja Perhutani saja yang dapat mengikuti kegiatan pemanenan tanaman pokok. Peserta hanya dapat memanen tanaman tumpangsarinya saja karena tanaman pokok merupakan milik Perhutani. Pada peraturan pola tanam, ketika tanaman pokok telah berumur 2-3 tahun dan atau menaungi lahan, sebaiknya peserta tidak menanami lahan dengan tanaman tumpangsari kembali. Namun karena peserta tidak memiliki lahan lain untuk berusahatani, maka peserta tetap melakukan kegiatan tumpangsari. Selain itu juga dikarena keterbatasan skill yang dimiliki peserta, dimana peserta hanya mampu melakukan kegiatan bercocok tanam saja. Hal ini tentu berpengaruh terhadap tumbuhnya tanaman tumpangsari, begitupun halnya dengan tanaman pokok. Namun Perhutani tidak dapat berbuat banyak, sehingga Perhutani hanya dapat menyarankan untuk tidak menanam tanaman selain ketela pohon singkong saat kondisi sudah ternaungi. Hal ini dilakukan guna menjaga pertumbuhan tanaman pokok agar tetap baik dan peserta juga tetap dapat commit to user 92 mendapatkan penghasilan. Biasanya, bila tanaman tumpangsari sudah benar-benar tidak mendapatkan cahaya matahari untuk pertumbuhannya, peserta akan menghentikan sendiri kegiatan agroforestrinya. 4. Kegiatan Evaluasi Seperti yang telah dijelaskan pada kegiatan evaluasi pada keterlibatan atau partisipasi, peserta tidak pernah mengikuti kegiatan evaluasi. Hal ini dikarenakan peserta merasa hal tersebut adalah hak dan kewajiban Perhutani saja dan peserta tidak merasa kegiatan tersebut perlu dilakukan. Peserta hanya tahu bahwa mereka hanya harus menanam dan merawat tanaman pokok yang ada. 5. Kelembagaan Kelembagaan sangat penting keberadaannya untuk mewadahi aspirasi peserta dan menjembatani antara peserta dengan Perhutani. Seharusnya, peserta mempersiapkan kelompok untuk mengoptimalkan fasilitas yang diberikan oleh Perhutani dan atau pihak yang berkepentingan. Namun peserta belum memiliki kelompok tersebut. Seperti dijelaskan pada tingkat kapasitas organisasi lokal, bahwa LMDH pada saat ini dalam kondisi tidak aktif, sehingga hal ini berpengaruh pada kewajiban Perhutani untuk melakukan kegiatan penguatan kelembagaan berupa pelatihan, pendampingan dan fasilitas masyarakat desa hutan yang tidak dapat dilakukan. Pihak yang berkepentingan seperti Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Ekonomi Masyarakat, Usaha Swasta, Lembaga Pendidikan dan Lembaga Donor seharusnya ikut memfasilitasi peserta dalam kegiatan agroforestri. Fasilitas tersebut dapat berupa mempermudah perijinan pembukaan lahan, bantuan modal, pelatihan, dan sebagainya. Namun pada kenyataannya hanya Pemerintah Daerah saja yang baru dapat memfasilitasi. Hal ini terkait juga permasalahan ketidakaktifan LMDH, sehingga peserta tidak dapat memperjuangkan nasibnya secara lebih terstruktur bersama dengan LMDH dan Perhutani. commit to user 93 VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan