commit to user
7
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Kehutanan
Di dalam pembangunan hutan yang bertitik tolak pada pendekatan prosperity approach harus selalu berusaha mempertimbangkan penduduk
desa sebagai subyek dan bukan sebagai obyek. Telah banyak bukti dengan pendekatan ini pembangunan hutan dan masyarakat hutan akan berhasil.
Di dalam membina hutan dan masyarakat sekitar hutan sebaiknya diusahakan adanya interaksi yang positif sifatnya yaitu bekerjasama
cooperation. Skema interaksi sosial dalam pembangunan menurut konsep agroforestri dapat dilihat pada gambar berikut:
program pembangunan
oleh kehutanan
masyarakat desa Gambar 2.1. Interaksi Sosial pada Pembangunan Hutan dan Desa dengan
Konsep Agroforestri Sumber: Fandeli, 1985 Pembangunan kehutanan sebagai bagian dari pembangunan nasional
merupakan suatu usaha berencana yang diharapkan menghasilkan produk- produk baik materiil maupun spiritual tangible dan intangible guna
meningkatklan kesejahteraan rakyat dan negara Fandeli, 1985. conflict
competation
cooperation
commit to user 8
Secara keseluruhan, isi pola umum pembangunan jangka panjang merupakan
pangarahan dalam
melaksanakan pembinaan
dan pembangunan, dan khusus untuk pembangunan kehutanan dapat dipetik:
a. Untuk mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan bidang industri, serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat, yang berarti
bahwa sebagian besar dari usaha pembangunan diarahkan kepada pembangunan ekonomi, sedangkan pembangunan di bidang-bidang
lainnya bersifat menunjang dan melengkapi bidang ekonomi. b. Dalam melaksanakan pembangunan, sumber-sumber alam Indonesia
harus digunakan secara rasional. Penggalian sumber kekayaan alam tersebut harus diupayakan dengan tidak merusak tata lingkungan hidup
manusia, yaitu dilaksanakan dengan kebijakan yang menyeluruh dan dengan memperhitungan kebutuhan generasi yang akan datang.
Pembangunan kehutanan diharapkan pada berkembangnya kehutanan yang maju, efisien dan tangguh. Pembangunan kehutanan bertujuan untuk
meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan
berusaha, menunjang pembangunan industri serta meningkatkan ekspor. Untuk itu perlu dilanjutkan dan ditingkatkan usaha-usaha diversifikasi,
intensifikasi, dan ekstensifikasi serta rehabilitasi yang harus dilaksanakan secara terpadu, serasi dan merata disesuaikan dengan kondisi tanah, air,
dan iklim, dengan tetap memelihara kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup serta memperhatikan pola kehidupan masyarakat
setempat. Dalam rangka pembangunan kehutanan, perlu ditingkatkan pula kemampuan pengusahaan dan pengelolaan serta penerapan teknologi yang
tepat pada usaha-usaha kehutanan. Pembangunan kehutanan harus memanfaatkan sumber daya yang ada dan yang dapat dikembangkan
secara efisien serta harus merupakan usaha yang terpadu dan saling menunjang dengan pembangunan di sektor lain, terutama untuk
pembangunan industri, daerah dan pedesaan, transmigrasi serta upaya
commit to user 9
memelihara kelestarian kemampuan sumber alam dan lingkungan hidup Departemen Kehutanan, 1988.
Amanah dan arah pembangunan kehutanan Indonesia didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 dan pasal 33 dan Garis-Garis
Besar Haluan Negara 1988. Arahan pembangunan kehutanan pada intinya mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Menciptakan iklim yang merangsang pengembangan industri di negara berkembang sebagai usaha mengurangi tekanan pembangunan pada
sumber daya alam kehutanan dan tanah, serta menggeser tekanan itu pada pemanfaatan ilmu dan teknologi.
b. Mengembangkan sistem tarip impor-ekspor yang mendorong ekspor barang dan jasa yang diproses, serta mengurangi ekspor bahan mentah
dari negara berkembang ke negara industri. Dengan demikian, ekspor negara berkembang meningkat dan mengurangi tekanan pada alam
sebagai sumber bahan mentah, termasuk hutan tropis. c. Mengembangkan pariwisata lingkungan alam yang unik sebagai upaya
mendorong perkenalan lingkungan dan cinta pada alam beserta isinya. d. Meningkatkan dan merealisasikan penghutanan kembali lahan-lahan
kritis. e. Melakukan ikhtiar pengembangan keanekaragaman hayati di hutan asli
dan di luarnya untuk menjaga kelanggengan tumbuh-tumbuhan dan satwa, menciptakan bibit unggul untuk menjadi sumber bagi bahan
obat-obatan, pangan, dan industri masa depan. Arief, 2005.
Sebagai unsur pendukung pembangunan nasioanal, pembangunan kehutanan bertujuanan untuk mencapai sasaran utama sektor kehutanan,
yaitu: yang titik beratnya diletakkan pada bidang ekonomi dan dengan memperhatikan faktor-faktor strategis yang mempengaruhi maka sasaran
utama sektor kehutanan dalam kurun waktu 25 tahun yang akan datang adalah terjaminnya kemantapan dan keberadaan sumber daya hutan
dengan fungsi-fungsinya secara optimal dalam memenuhi kebutuhan hasil
commit to user 10
hutan bagi industri, menjamin terpeliharanya keragaman biologi biodiversity, pemeliharaan keseimbangan tata air hydrology, penyangga
kehidupan, serta tercapainya fungsi sosial dan ekonomi yang tinggi Sumitro,1992.
Menurut Nugraha 2005, memasuki tahun 1998 dalam konteks kehutanan terjadi pergeseran paradigma pembangunan kehutanan, dimana
pengelolaan hutan tidak hanya berpusat pada satu komoditas melainkan bergeser menjadi multikomoditas. Pergeseran tersebut diharapkan mampu
mewujudkan suatu sistem pengelolaan hutan yang adil, demokratis dan berkelanjutan berdasarkan partisipasi masyarakat secara keseluruhan.
2. Hutan