Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

Dwiyanto et al. 1985 mengatakan bahwa budidaya ternak yang dilakukan masyarakat masih perlu ditingkatkan melalui perbaikan tata laksana pemeliharaan. Oleh karena itu diperlukan langkah konkrit untuk memperkecil atau meniadakannya melalui penyuluhan budidaya dan pemahaman terhadap nilai kemanfaatan kelinci bagi kebutuhan gizi masyarakat. Perlu dipertimbangkan terhadap pengadaan tempat pemotongan yang dilokalisir sehingga perasaan kasihan bagi peternak dapat dihindari. Dilain pihak dengan adanya tempat pemotongan khusus ternak kelinci akan mempermudah pengumpulan kulit dan bulunya.

2.2 Landasan Teori

Sebuah usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Usahatani pada dasarnya adalah sebidang tanah Mosher, 1987. Untuk menghasilkan produksi output diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang di hadapi adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara ekonomis Mubyarto, 1994. Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain karena disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu juga sebaliknya kualitas produksi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik Soekartawi, 1995. Universitas Sumatera Utara Dalam ilmu ekonomi mikro dikenal dengan apa yang disebut fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik atau output dengan faktor produksi atau input. Dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi dapat ditullis sebagai berikut: Q = F K, L, R, T Dimana : Q = jumlah produksi K = modal L = tenaga kerja R = Sumberdaya Alamtanah T = teknologi Sukirno, 1994. Fungsi produksi yang sering digunakan dalam penelitian empiris adalah fungsi produksi Cobb Douglass. Fungsi ini dinyatakan sebagai berikut: Q = A L α K β Dimana: Q adalah output produksi, sedangkan L dan K masing-masing adalah tenaga kerja dan modal. α alpha dan β betha adalah parameter-parameter positif yang lainnya yang ditentukan oleh data. Semakin besar nilai α, barang teknologi semakin maju, parameter α mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen sementara K dipertahankan konstan ceteris paribus. Demikian pula β mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K sementara L dipertahankan konstan. Jadi α dan β masing-masing adalah elastisitas output daru L dan K Salvatore, 1990. Untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi dalam fungsi Cobb Douglass yang telah diuraikan diatas dalam bentuk linier Universitas Sumatera Utara ditransformasikan ke sistem bilangan logaritma, swering digunakan nilai koefisien regresi dalam persamaan fungsi produksi Cobb Douglass Y = f Xi, yang mana secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Y = a + bi Xi, Turunan pertama nilai Y terhadap nilai X adalah: δY δXi = bi ; diintegralkan menjadi, Y = ∫ bi δXi Y = biXi + C ; dimana C = Konstanta intercept Maka dari hasil perhitungan integral persamaan diatas, dapat dikatakan bahwa berapapun pertambahan nilai X, akan dapat berpengaruh terhadap nilai Y, sebesar pertambahan persentase nilai bi. Maka sesuai dengan pengertian nilai koefisien elastisitas yaitu mengukur persentase perubahan jumlah produksi persatuan Xi yang diakibatkan oleh persentase perubahan faktor produksi tertentu yang digunakan. Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan di luar usahatani. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya, keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani, akibatnya efektivitas usahatani menjadi rendah. Volume produksi, produktivitas serta harga yang diharapkan jauh di luar harapan yang dikhayalkan Fhadoli, 1991. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor- faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi Universitas Sumatera Utara yang dijual. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : biaya tetap FC dan biaya variabel VC. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total TC yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Jadi, TC = TFC + TVC Nuraini, 2001. Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam satu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang. Yang termasuk dalam biaya adalah: 1 Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, obat-obatan, pakan, bahan bakar. 2 Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang, natura, pajak, iuran. 3 Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat perkakas yang berupa penyusutan. 4 Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap. 5 Biaya-biaya lain Prawirokusuma, 1990. Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan TR dan total biaya TC. Tujuan ini dapat diformulasikan sebagai berikut : π = pq – c q. Keuntungan juga merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan proses produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Produsen bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan dengan kendala yang dihadapi Sunaryo, 2001. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara TR 1 = Y 1 . Py 1 Yaitu : TR 1 = Total Penerimaan Y 1 = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py 1 = Harga y. Sedangkan pendapatan usahatani diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan dan biaya.Rumus yang digunakan untuk mencari pendapatan usahatani, adalah : Pd = TR – TC Dimana : Pd = Pendapatan usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Soekartawi, 2002. Untuk dapat meningkatkan pendapatan sangat tergantung pada cepat tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari faktor ekstern dan faktor intern itu sendiri, yaitu faktor ekonomi dan sosial. Faktor ekonomi itu diantaranya jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimilikinya. Sedangkan faktor sosial diantaranya umur, tingkat pendidikan dan pengalaman bertani Soekartawi, 1989. Untuk mengetahui kelayakan usaha ternak kelinci ini dianalisis dengan metode analisis RC, Analisis RC ini membandingkan nilai penerimaan Revenue dengan total biaya, yaitu dengan kriteria, bila RC 1 , maka usahatani layak bila RC = 1 maka usahatani berada pada titik impas dan bila nilai RC 1 maka usahatani tidak layak Soekartawi, 1995. Universitas Sumatera Utara Menurut Suratiyah 2006 Break Event Poin BEP adalah suatu kondisi yang menggambarkan bahwa hasil usaha yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usaha yang dilakukan tidak menghasilkan keuntungan tetapi tidak mengalami kerugian. a. BEP Volume Produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan agar usaha tidak mengalami kerugian BEP = ����� ����� �������� ����� �� ������� ������ b. BEP harga produksi menggambarkan harga terendah dari produk yang dihasilkan. Apabila harga ditingkat petani lebih rendah dari harga BEP, maka usaha akan mengalami kerugian. BEP = ����� ����� �������� ����� �������� Kriteria uji : titik impas yang melampaui apabila nilai masing-masing variabel lebih tinggi dari perhitungan BEP Break Even Point . ROI Return Of Investment adalah analisis untuk mengetahui keuntungan usaha, berkaitan dengan modal yang dikeluarkan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh keuntungan yang dicapai dan perputaran modal. ROI Return of Investment digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan modal yang diinvestasikan dalam usaha. Hasil ROI yang tinggi 1 menunjukkan bahwa usahatani sangat efisien ROI =Keuntungan x 100 Modal Cahyono, 2006. Produktivitas tenaga kerja yaitu perbandingan antara penerimaan dengan total tenaga kerja yang dicurahkan per usahatani dengan satuan RpHKO. Universitas Sumatera Utara Produktivitas tenaga kerja = Penerimaan Total tenaga kerja yang dicurahkan Dalam perhitungan curahan tenaga kerja maka digunakan standar perhitungan berdasarkan umur tenaga kerja dengan standar konversi sebagai berikut: 1. Tenaga anak-anak 1-14 tahun : laki-laki = 0,5 HKP, wanita 0,4 HKP 2. Tenaga laki-laki dewasa ≥ 15 tahun = 1 HKP 3. Tenaga wanita dewasa ≥ 15 tahun = 0,8 HKP Standar konversi tersebut berlaku dengan jumlah jam kerja yang sama dalam satu hari kerja yakni 7 jam efektif dengan rincian: Jam 8.00 – 12.00 → kerja 4 jam Jam 12.00 – 14.00 → istirahat makan siang 2 jam Jam 14.00 – 17.00 → kerja 3 jam Untuk menghitung curahan tenaga kerja dari setiap individuanggota keluarga yang bekerja pada usahatani dengan usia dan jenis kelamin tertentu harus melihat jumlah jam kerja dikalikan standar men equivalen MeHKP Hari Kerja setara Pria seperti yang telah disebutkan diatas Butar-butar, 2010. Pemasaran didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Pemasaran merupakan kegiatan produktif karena menciptakan kegunaan utility baik kegunaan bentuk, tempat maupun milik. Sistem pemasaran hasil pertanian adalah suatu kompleks sistem dalam berbagai subsistem yang berinteraksi satu sama lain dan dengan berbagai lingkungan pemasaran. Dengan demikian, lima subsistem yaitu sektor produksi , saluran pemasaran, sektor konsumsi, aliran flow, dan fungsional berinteraksi satu sama lain dalam subsistem keenam yaitu lingkungan Anonimous, 2008. Universitas Sumatera Utara Sistem pemasaran pertanian merupakan suatu kesatuan dari lembaga pemasaran. Tugasnya melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke konsumen akhir. Begitu pula sebaliknya memperlancar aliran uang. Nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran Gembira dan Harizt, 2001. Saluran pemasaran saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan dan fungsi yang digunakan untuk produksi dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Saluran pemasaran selalu terdiri dari produsen ke konsumen akhir, termasuk didalamnya para pialang yang terlibat dalam pemindahan produk ke konsumen. Para pialang dan agen juga merupakan bagian dari saluran distribusi meskipun mereka tidak memiliki hak atas barang. Hal ini biasanya terjadi karena memainkan peran yang aktif dalam pemindahan hak kepemilikan Kotler, 1995. Biaya tataniaga terbentuk sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi- fungsi tataniaga. Komponen biaya tataniaga terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap middleman lembaga tataniaga atas jasa modal dan jasa tenaganya dalam menjalankan aktifitas pemasaran tersebut. Setelah dikelompokkan menurut harga beli dan harga jual, biaya-biaya pemasaran menurut fungsi tataniaga dan margin keuntungan dari tiap lembaga maka disebut juga price spread. Bila angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen maka akan diperoleh share margin. Biaya tataniaga yang tinggi akan membuat sistem tataniaga kurangtidak efisien UII dan Kohl, 1980. Dalam pemasaran komoditi pertanian seringkali dijumpai adanya rantai pemasaran yang panjang, sehingga banyak pelaku lembaga pemasaran yang Universitas Sumatera Utara terlibat dalam rantai pemasaran tersebut. Akibatnya adalah terlalu besarnya keuntungan pemasaran marketing margin yang diambil oleh para pelaku pemasaran tersebutSoekartawi, 1993. Marketing margin adalah perbedaan harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar konsumen terakhir. Marketing margin terdiri dari berbagai macam ongkos dalam menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Jadi marketing margin itu terdiri dari berbagai margin seperti retail margin, yaitu selisih harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang dibayarkan si pengecer, profit margin merupakan besarnya keuntungan balas jasa yang diterima oleh setiap middleman atau lembaga tataniga dan lain-lain. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa marketing margin sama dengan ongkos tataniaga marketing cost dan sama artinya dengan “price spread”dan sama dengan marketing change Sihombing, 2010.

2.3 Kerangka Pemikiran