VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Produktivitas ternak kelinci di daerah penelitian masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi paling tinggi yaitu 7 ekor dan
terendah 5 ekor, sedangkan rata–rata keseluruhan nya yaitu 6 ekor per indukan per petani dan per 50 indukan.
2. Secara serempak faktor produksi indukan, obat-obatan, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi ternak kelinci dengan F hitung
154,07 lebih besar dari F tabel 3,24 pada tingkat kepercayaan sebesar 96. Secara parsial menunjukkan faktor produksi Induk dan obat-
obatanberpengaruh nyata terhadap hasil produksi anakan ternak kelinci di daerah penelitian sedangkan faktor produksi tenaga kerja tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi ternak kelinci di daerah penelitian. Nilai koefisien determinasi R
2
yang diperoleh sebesar 0,96 menunjukkan bahwa produksi ternak kelinci Y dapat dijelaskan oleh variabel Indukan
x
1
, obat x
2
dan tenaga kerja x
3
sebesar 96 sedangkan sisanya sebesar 4 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak di
masukkan dalam penelitian ini. 3. Usaha ternak kelinci di daerah penelitian adalah menguntungkan dan layak
diusahakan karena: -
Produksi ternak kelinci di daerah penelitian 226 ekor per peternak
Universitas Sumatera Utara
yaitu lebih besar dari BEP Break Even Pointvolume sebesar 106 sedangkan per 50 indukan yaitu sebesar 250 ekor yaitu lebih besar
dari BEP volume sebesar 103 ekor. -
Rata-rata harga jual kelinci anakan per peternak dan per 50 indukan di daerah penelitian adalah Rp. 51.500,- denga harga jual terendah
Rp 25.000 untuk pedagang pengumpul dan Rp 60.000 untuk konsumen
yaitu lebih
besar dari
BEP harga
sebesar Rp. 21.068,- per peternak dan Rp. 21.066,- per 50 indukan.
- RC usaha ternak kelinci di daerah penelitian sebesar 1,88 per
petani dan per 50 indukan yaitu lebih besar dari 1, maka berdasarkan analisis RC ratio, usaha ternak kelinci di daerah
penelitian menguntungkan dan layak untuk diusahakan. -
Nilai ROI sebesar 88 per peternak dan 88 per 50 indukan, artinya dengan biaya Rp. 100 akan dihasilkan keuntungan Rp. 88 ,-
per peternak dan Rp. 88 ,- per 50 indukan sehingga penggunaan modal ternak kelinci kurang efisien atau tidak layak.
4. Pada pemasaran ternak kelinci di daerah penelitian, efisiensi pemasaran yang paling besar atau memiliki saluran pemasaran terpanjang sehingga
kurang efisien adalah pedagang pengumpul saluran IIA Medan yaitu 21,6 sedangkan efisiensi pemasaran terkecil atau yang memiliki saluran
pemasaran terpendek paling efisien yaitu pedagang eceran saluran IA Berastagi yaitu sebesar 0,97.
Universitas Sumatera Utara
6.2 Saran a.