II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ternak Kelinci
Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut: Ordo
: Lagomorpha Famili
: Leporidae Sub famili
: Leporine Genus
: Lepus, Orictolagus Spesies
: Lepus spp., Orictolagus spp Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian,
Californian, Dutch, English Spot, Flemish, Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya
berasal dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagiYunus, 2011.
Tujuan pemeliharaan kelinci di Indonesia cukup beragam, mulai dari sebagai kelinci hias, kelinci penghasil bulu, dan kelinci penghasil daging. Kelinci hias
adalah jenis kelinci yang di pelihara sebagai hewan kesayangan pet yang didasarkan pada bentuk dan ukuran tubuh kecil, lucu serta berbulu indah, tebal,
dan lembut. Bangsa kelinci hias antara lain Angora, Lops, Yersey Woolies, Lions, Fuzzy, dan Mini Rex. Tujuan pemeliharaan kelinci yang kedua adalah penghasil
kulit dan bulu. Kriteria kelinci ini adalah memiliki kulit-bulu yang eksotis dan indah, menarik, serta bernilai tinggi sehingga potensial untuk diekspor dengan
mutu fisik kulit tinggi. Kulit dan bulu ini pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan, interior mobil, boneka, tas, dan jaket. Contoh kelinci
Universitas Sumatera Utara
penghasil kulit bulu adalah Rex dan Satin. Sementara kelinci pedaging memiliki kriteria persentase karkas 50-60, bobot badan harus mencapai 2 kg pada umur 8
minggu , dan memiliki laju pertumbuhan tinggi, sekitar 40grekorhari. Beberapa jenis kelinci pedaging antara lain, Flemish Giant, New Zealand White,
Flameusreus, Satin, Rex, Rexsa, Hybrid Flemish dengan lokal dan TanMasanto dan Agus, 2010.
Seekor kelinci bisa menghasilkan daging 50-60 per kg berat badan. Jika dibandingkan dengan daging ayam, daging sapi, daging domba dan daging babi,
daging kelinci mengandung lemak dan kolesterol jauh lebih rendah tapi proteinnya lebih tinggi. Kandungan lemak kelinci hanya sebesar 8 , sedangkan
daging ayam 12, daging sapi 24, daging domba 14, dan daging babi 21. Kadar kolesterol daging kelinci sekitar 164 mg100 gr, sedangkan daging ayam,
daging sapi, domba dan babi berkisar 220-250 mg100g daging. Kandungan protein daging kelinci mencapai 21 sementara ternak lain hanya 17-20.
Berdasarkan kandungan protein, lemak, dan kolesterol, daging kelinci sangat baik untuk dikonsumsi sebagai daging yang sehat dan semakin luas diterima pasar.
Selain diolah menjadi sate beberapa pengusaha membuat variasi produk berbahan dasar daging kelinci seperti abon, bakso, burger, dendeng, gulai, kornet, nugget,
sate dan sosis. Tujuan dari diferensiasi produk tersebut agar dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat. Harga produk olahan berbahan dasar kelinci
memang lebih mahal dari pada produk lainnya misalnya nugget ayam. Harga nugget kelinci bisa menembus angka Rp 60.000 per kg. Meskipun dibandrol lebih
mahal, respon konsumen sejauh ini cukup lumayan Masanto dan Agus, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Kelinci dapat melahirkan 4-10 kali setahun karena masa hamilnya relatif pendek, yakni 28-35 hari, rata-rata 31 hari. Sekali melahirkan jumlah anak mencapai 4-12
ekor, rata-rata 6-8 ekor. Umur kelinci juga cukup panjang. Induk betina mampu berproduksi sampai umur enam tahun dengan puncak produksi sekitar umur tiga
tahun. Jika dikelola dengan baik sampai umur lima tahun kelinci bisa berproduksi cukup baik.
Untuk mempertahankan keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik, perlu dilakukan pemuliaan pada kelinci. Program pemuliaan
tersebut salah satunya bisa dilakukan dengan persilangan. Program persilangan yang dapat dilakukan ada tiga cara, yaitu cross breeding, in breeding, dan pure
line breeding. Cross breeding merupakan sistem pembibitan dengan kawin silang atau crossing
antara induk jantan dan induk betina yang tidak memiliki hubungan darah. Tujuan nya untuk mendapatkan keturunan lebih baik dan menambah sifat-sifat unggul
dari kedua induknya. In breeding merupakan sistem pembibitan dengan mengawinkan induk jantan dan induk betina yang masih mempunyai hubungan
darah dekat. Misalnya, mengawinkan ayah dengan anak, ibu dengan anak, saudara sekandung, dan kakek atau nenek dengan cucu. Meskipun menghasilkan
keturunan yang lebih jelek dari bapak ibunya, tetapi kondisi satu atau dua anak- anaknya akan bagus, melebihi kedua tetuanya. Tujuannya adalah untuk
mempertahankan dan menonjolkan sifat spesifik, misalnya kualitas bulu dan proporsi daging. Pure line breeding silang antara bibit murni merupakan
modifikasi dari in breeding, tetapi kelinci yang dikawinkan diatur agar hubungan darahnya tidak terlalu dekat. Tujuannya untuk mendapatkan bangsa atau jenis
Universitas Sumatera Utara
kelinci baru yang diharapkan memiliki penampilan bagus yang merupakan perpaduan keunggulan dari kedua tetuanya.
Kelinci merupakan ternak yang memiliki kemampuan biologis tinggi, selang beranak pendek mampu beranak banyak, serta dapat hidup dan berkembangbiak
dari limbah pertanian dan hijauan. Hijauan dan limbah pertanian tertentu yang tersedia didaerah merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pakan kelinciMasanto dan Agus, 2010. Sastrodihardjo et al. 1992 mengatakan bahwa beberapa kendala pengembangan
kelinci antara lain: 1 daging kelinci belum memasyarakat, 2 harga dagingnya belum terjangkau oleh daya beli masyarakat, 3 kurang gencarnya promosi tentang
perlunya masyarakat mengkonsumsi daging kelinci. Kendala non teknis diduga lebih kuat pada pengembangan kelinci bagaimana diutarakan oleh Sartika et al.
1998 yang mengatakan ditinjau dari segi preferensi sebetulnya daging kelinci tidak mengalami kendala yang serius, namun kendala mengkonsumsi daging
kelinci diduga dari segi psikologis yang mengungkapkan adanya rasa sayang, atau kasihan dalam pemotongannya maupun dalam hal memakannya.
Akan tetapi permasalahan harga jual yang tinggi dapat diatasi dengan melakukan diferensiasi produk seperti yang diungkapkan oleh Masanto dan Agus 2010
bahwa Selain diolah menjadi sate beberapa pengusaha membuat variasi produk berbahan dasar daging kelinci seperti abon, bakso, burger, dendeng, gulai, kornet,
nugget, sate dan sosis. Tujuan dari diferensiasi produk tersebut agar dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Dwiyanto et al. 1985 mengatakan bahwa budidaya ternak yang dilakukan masyarakat masih perlu ditingkatkan melalui perbaikan tata laksana pemeliharaan.
Oleh karena itu diperlukan langkah konkrit untuk memperkecil atau meniadakannya melalui penyuluhan budidaya dan pemahaman terhadap nilai
kemanfaatan kelinci bagi kebutuhan gizi masyarakat. Perlu dipertimbangkan terhadap pengadaan tempat pemotongan yang dilokalisir sehingga perasaan
kasihan bagi peternak dapat dihindari. Dilain pihak dengan adanya tempat pemotongan khusus ternak kelinci akan mempermudah pengumpulan kulit dan
bulunya.
2.2 Landasan Teori