Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Ternak Kelinci Analisis Pendapatan

Di daerah penelitian alat-alat yang digunakan dalam usaha ternak kelinci yaitu goni. Jumlah rata-rata goni yang digunakan per peternak adalah sebanyak 6 unit, dengan biaya rata-rata adalah sebesar Rp. 14.275 sedangkan untuk biaya goni per 50 indukan yaitu Rp 15.391 per 6 unit. 5. Biaya Tenaga Kerja Di daerah penelitian penggunaan tenaga kerja per peternak per periode pada usaha ini yaitu dengan rata-rata 47,39HKOpeternak dan 51 HKO 50 indukan. Nilai 1 HKO di daerah penelitian rata-rata Rp. 20.000 dan nilai ini digunakan untuk menghitung nilai curahan tenaga kerja sebagai tenaga kerja dalam keluarga TKDK maupun tenaga kerja luar keluarga TKLK. Adapun tenaga kerja yang paling banyak digunakan berasal dari tenaga kerja dalam keluarga TKDK karena pemeliharaan dan perawatanya harus intensif serta membutuhkan skill maupun keuletan. Total TKDK yang dibutuhkan yaitu 29,50 HKOpeternak dan 35,36 HKO50 ekor indukan setiap periode.Dengan total biaya seluruh tenaga kerja rata- rata selama 1 periode adalah sebesar Rp 947.820 peternak dan Rp 1.022.618 per 50 ekor indukan.

5.4.3 Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Ternak Kelinci Analisis Pendapatan

Pendapatan usaha ternak kelinci merupakan total penerimaan usaha dikurangi dengan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak kelinci dalam 1 periode 2 bulan di daerah penelitian. Tabel 20. Rata-rata Pendapatan Usaha Ternak Kelinci Per Peternak per Periode 2 bulan di Daerah Penelitian Universitas Sumatera Utara Uraian Per PeternakRp Per 50 Indukan Rp Penerimaan 9.648.500 9.799.062 Biaya 5.437.465 5.221.517 Pendapatan 4.221.035 4.577.546 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 16a dan 16b Dari Tabel 20, dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan usaha ternak kelinci di daerah penelitian selama 1 periode adalah sebesar Rp. 4.221.035peternak dan 4.577.54650 indukan. Pendapatan peternak kelinci dapat dikatakan tinggi karena dilihat dari rata-rata penerimaan Rp 9.648.500di kurangi biaya sebesar Rp 5.437.465 sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 4.221.035peternak dan Rp. 4.557.54650 indukan dari hasil penerimaan Rp. 9.799.06250 indukan dikurangi biaya Rp. 5.221.51750 indukan. Pendapatan usaha ini dapat dikatakan tinggi karena berdasarkan hasil analisis RC Ratio di peroleh hasil perbandingan antara penerimaan dan pendapatan per peternak dan per 50 indukan yaitu sebesar masing-masing 1,88peternak atau lebih besar dari 1 sehingga pendapatan usaha dapat dikatakan menguntungkan. Kelayakan Usaha Ternak Kelinci Analisis kelayakan usaha ternak dilakukan untuk mengetahui apakah usaha ternak kelinci di daerah penelitian layak atau tidak dijadikan sebagai suatu usaha. Untuk mengetahui kelayakan digunakan kriteria RC Return Cost Ratio, ROI Return Of Investment, dan BEP Break Even Point. Tabel 21. Analisis Kelayakan Usaha Ternak Kelinci di Daerah Penelitian Uraian PerPeternak Per 50 Indukan Universitas Sumatera Utara BEP Volume 106 103 BEP Harga 21.068 21.066 RC Ratio 1,88 1,88 ROI 0,88 0,88 Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 17a, 17b, 18a dan 18b Dari Tabel 21, dapat diketahui bahwa untuk BEP Volume produksi selama satu periode adalah 106 ekorpeternak dan 103 ekor 50 indukan, sedangkan produksi anakan kelinci didaerah penelitian rata-rata adalah sebesar 255,75 ekorpeternak dan 250 ekor50 indukan. Untuk BEP Harga jual ternak kelinci anakan Rp. 21.068peternak dan Rp 21.06650 indukan, sedangkan harga jual anakan kelinci rata-rata di daerah penelitian yaitu dijual mulai dari Rp. 25.000 untuk pedagang pengumpul dan Rp 45.000 – Rp. 60.000 untuk konsumen . Nilai RC ratio di daerah penelitian yaitu sebesar 1,88peternak dan 1,8850 indukan yaitu lebih besar dari 1, artinya setiap pertambahan biaya Rp. 1,00 maka akan menambah penerimaan sebesar 188 per peternak dan 188 per 50 indukan dari biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan kriteria uji kelayakan yang menyatakan apabila nilai RC 1 maka usaha ternak layak untuk diusahakan,maka usaha ternak kelinci di daerah penelitian layak untuk diusahakan. Untuk ROI usaha ternak kelinci di daerah penelitian sebesar 0,88 per peternak dan 0,88 per 50 indukan, artinya dengan biaya 100 maka akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp. 88,- per peternak dan Rp 88 ,- per 50 indukan sehingga penggunaan modal tidak dapat tertutupi, maka menurut analisis ROI Return Of Investment usaha ternak kelinci di daerah penelitian tidak layak untuk diusahakan. Dengan demikian hipotesis ke dua 2 yang menyatakan bahwa usaha ternak kelinci di daerah penelitian dapat diterima berdasarkan analisis BEP Volume, BEP Harga Universitas Sumatera Utara dan analisis RC ratio. 5.5Pemasaran Kelinci di Daerah Penelitian 5.5.1 Saluran Pemasaran Saluran pemasaran kelinci menggambarkan arus proses mengalirnya penjualan kelinci dari produsen sampai pada konsumen melalui lembaga yang terlibat. Dimana setiap lembaga pemasaran tersebut akan melaksanakan fungsi pemasaran yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktifitas yang dilakukan. Pada daerah penelitian, terdapat tiga jenis saluran pemasaran yaitu,, 1 Peternak - Pedagang Pengumpul – Pedagang Eceran - Konsumen 2 Produsen - Pedagang Eceran – Konsumen 3 Peternak – Konsumen. Pada daerah penelitian, produsen melalui pedagang pengumpul menyalurkan kelinci ke daerah Berastagi, Medan, Tanjung Balai, Bagan Batu, Sibolga dan Aceh. Masing-masing pedagang pengecer daerah tersebut yang menyalurkan hingga sampai pada konsumen. Saluran pemasaran di setiap daerah dapat ditunjukkan pada skema berikut ini : Universitas Sumatera Utara Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Saluran V Saluran VI Jalur II.B 3 Jalur II.A Jalur II.B 2 Jalur II.A 2 Jalur II.A 1 II.B 1 Keterangan: : Dianalisis : Tidak Dianalisis Gambar 9. Saluran Pemasaran Pada Daerah Penelitian Peternak Produsen Pedagang Pengumpul Tanjung Balai Pedagang Pengumpul Bagan Batu Pedagang Pengumpul Sibolga Pedagang Pengumpul Aceh Pedagang Eceran Berastagi Pedagang Eceran Binjai Pedagang Eceran Marelan Pedagang Eceran Binjai Pedagang Eceran Aceh Pedagang Eceran Tanjung Balai Pedagang Eceran Bagan Batu Pedagang Eceran Sibolga KONSUMEN PE Pancur Batu Pedagang Eceran Medan Pedagang Pengumpul Medan Universitas Sumatera Utara cxx Saluran Pemasaran I Terdapat 2 jenis saluran pemasaran I, yaitu: 1. Saluran Pemasaran I.A Saluran pemasaran IA menyalurkan ternak kelinci ke pedagang pengecer yang terdapat di daerah Berastagi. Jumlah pedagang pengecer yaitu 8 orang dengan rata-rata besar volume beli sebesar 40 ekorbulan yang kemudian menjual kepada konsumen di pasar-pasar terdekat yaitu Pasar Buah dan Pasar Kaban Jahe. 2. Saluran Pemasaran I.B Saluran pemasaran I.B yaitu produsen secara langsung menjual ternak kelinci di area peternakannya ke konsumen yang terletak di DesaKelurahan Gundaling II, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Konsumen dan pedagang pengumpul musiman tidak tetap yang datang dari berbagai daerah seperti Pematang Siantar dan Kisaran dengan rata-rata besar volume jual sebesar 100 ekorbulan. Saluran Pemasaran II Terdapat beberapa jenis saluran pemasaran II, yaitu: 1. Saluran Pemasaran II.A Saluran pemasaran II.A dimulai dari produsen ke pedagang pengumpul Kota Medan, yang kemudian menyalurkan ternak kelinci ke pedagang pengecer yang berada di Kota Medan seperti di Jl. Bintang, Pasar Melati,Marelan dan Binjai hingga sampai pada konsumen. Jumlah pedagang pengumpul Kota Medan yaitu 3 orang dengan rata-rata besarnya volume beli yaitu 93 ekorbulan sedangkan jumlah pedagang pengecer yaitu 7 orang dengan rata-rata besar volume beli sebesar 40 ekorbulan. Universitas Sumatera Utara 2. Saluran Pemasaran II.B Saluran pemasaran II.B dimulai dari produsen langsung menjual ternak kelinci kepada pedagang pengecer yang berasal dari Kota Medan hingga sampai pada konsumen. Jumlah pedagang pengecer II.B yaitu 3 orang dengan rata-rata besar volume beli sebesar 67 ekorbulan. Saluran Pemasaran III Saluran pemasaran III dimulai dari produsen ke pedagang pengumpul Tanjung Balai, yang kemudian menyalurkan ternak kelinci ke pedagang pengecer yang berada di Tanjung Balai hingga sampai pada konsumen. Jumlah pedagang pengumpul Tanjung Balai yaitu 1 orang dengan rata-rata besarnya volume beli yaitu 500 ekorbulan. Sedangkan jumlah pedagang pengecer selanjutnya tidak dianalisis karena kendala jarak dan informasi yang sangat terbatas. Saluran Pemasaran IV Saluran pemasaran IV dimulai dari produsen ke pedagang pengumpul Bagan Batu, yang kemudian menyalurkan ternak kelinci ke pedagang pengecer yang berada di Bagan Batu hingga sampai pada konsumen. Jumlah pedagang pengumpul Bagan Batu yaitu 1 orang dengan rata-rata besarnya volume beli yaitu 400 ekorbulan. Sedangkan jumlah pedagang pengecer selanjutnya tidak dianalisis karena kendala jarak dan informasi yang sangat terbatas. Saluran Pemasaran V Saluran pemasaran V dimulai dari produsen ke pedagang pengumpul Sibolga, yang kemudian menyalurkan ternak kelinci ke pedagang pengecer yang berada di daerah Sibolga hingga sampai pada konsumen. Jumlah pedagang pengumpul di Sibolga yaitu 2 orang dengan rata-rata besarnya volume beli yaitu 250 ekorbulan. Universitas Sumatera Utara Sedangkan jumlah pedagang pengecer selanjutnya tidak dianalisis karena kendala jarak dan informasi yang sangat terbatas. Saluran Pemasaran VI Saluran pemasaran VI dimulai dari produsen ke pedagang pengumpul yang berasal dari Aceh, yang kemudian menyalurkan ternak kelinci ke pedagang pengecer yang berada di Aceh hingga sampai pada konsumen. Jumlah pedagang pengumpul Aceh yaitu 1 orang dengan rata-rata besarnya volume beli yaitu 500 ekorbulan. Sedangkan jumlah pedagang pengecer selanjutnya tidak dianalisis karena kendala jarak dan informasi yang sangat terbatas.

5.5.2 Fungsi - Fungsi Pemasaran