BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Operasional perusahaan dijalankan oleh manajemen sesuai pada peraturan dan ketentuan yang berlaku. Pada perusahaan milik negara, dalam menjalankan
roda perusahaan manajemen akan diawasi oleh fungsi satuan pengawasan internal yang akan tergambar dari laporan hasil pemeriksaan yang berkualitas yang
dilakukan oleh satuan pengawasan intern. Pengawasan internal merupakan alat yang baik untuk membantu manajemen dalam menilai operasi perusahaan guna
dapat mencapai tujuan usaha, pengawasan internal berusaha dengan semua cara menyangkut dengan pengamanan harta benda dan dapat dipercayainya catatan
keuangan pembukuan. Pada umumnya pengawasan akuntansi meliputi sistem pemberian wewenang otorisasi dan sistem persetujuan pemisahan antara tugas
operasional, tugas penyimpanan harta kekayaan dan tugas pembukuan, pengawasan fisik.
Pada Badan Usaha Milik Negara BUMN tugas manajemen dilaksanakan oleh direksi yang terikat harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan
perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban serta
kewajaran UU No. 19 Tahun 2003 dalam bentuk dewan pengawas dan satuan pengawasan intern SPI. Apabila SPI bertugas sesuai dengan peran dan
fungsinya maka perusahaan dapat mencegah terjadinya kehilangan keuangan perusahaan dan menjaga aset perusahaan dari tindakan korupsi, kelalaian,
kebiasaan salah yang dibenarkan, penyimpangan, kecurangan dan pemborosan. Pengawasan internal juga harus membuat rencana organisasi dan semua cara dan
Universita Sumatera Utara
prosedur terutama menyangkut efisiensi usaha dan ketaatan terhadap kebijakan pimpinan. Pengawasan internal mempunyai peranan yang sangat penting bagi
suatu organisasi perusahaan, apabila ada dewan direksi yang menganggap satuan pengawasan intern SPI tidak penting maka tunggulah kehancuran perusahaan
itu. Memperkuat SPI seharusnya berawal dari itikad baik top manajemen untuk memajukan perusahaan, SPI bukanlah unit kerja yang berhubungan langsung
dengan penghasilan perusahaan, tetapi ketika peran dan fungsi SPI berjalan sesuai treknya maka berhubungan tidak langsung dengan peningkatan penghasilan.
Peningkatan penghasilan ini berasal dari tertibnya pembukuan keuangan sehingga tidak terjadinya kehilangan keuangan perusahaan, menjaga aset perusahaan dari
tangan-tangan jahil. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia di tahun 1997-1998 yang
diakibatkan oleh efek menular krisis ekonomi yang terjadi di negara Asia yang menyebabkan banyak perusahaan yang bergerak di sektor riel maupun jasa
perbankan mengalami gulung tikar. Salah satu faktor penyumbang krisis ekonomi tersebut yaitu lemahnya pengawasan dan belum diterapkannya praktik tata kelola
perusahaan yang baik good corporate governance dengan efektif dan berkelanjutan, maka para ahli menyarankan agar di setiap perusahaan harus
memiliki dan menjalankan tugas dan fungsi yang disebut sebagai satuan pengawasan intern SPI dan menerapkan prinsip-prinsip good corporate
governance GCG secara efektif dan berkelanjutan. Menurut laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintahan Pusat LHP LKPP Tahun 2012 yang didalamnya termasuk Laporan Keuangan
KementerianLembaga LKKL dan telah disampaikan BPK kepada DPR RI dalam Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II DPR RI pada Juni 2013 bahwa
Universita Sumatera Utara
BPK RI memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian WDP kepada Laporan Keuangan KementerianLembaga Tahun 2012, dimana dari sebanyak 37
kementerianlembaga yang telah diperiksa sebanyak 24 kementerianlembaga mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian WTP dan 13 kementerianlembaga
mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian WDP, opini WDP tahun 2012 ini sama dengan opini BPK RI Tahun 2011.
Begitu pula dengan laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah
LHP LKPD Tahun 2011 yang telah dilakukan oleh BPK RI menjelaskan dari total 520 LKPD tang telah diperiksa sebanyak 349 LKPD atau 67 mendapat
opini Wajar Dengan Pengecualian WDP, 67 LKPD atau 13 mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian WTP, 8 LKPD atau 2 mendapat opini Tidak Wajar
TW dan 96 LKPD atau 18 mendapat opini Tidak Memberikan Pendapat TMP menurut BPK RI tahun 2013, hal ini memperlihatkan fenomena bahwa
masih ada permasalahan dengan peran pemeriksa intern, hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh pemeriksa intern tidak dapat dijadikan referensi untuk
memperbaiki kesalahan dan kekeliruan sehingga berakhir dengan mendapat opini yang relatif buruk.
Indikasi peran satuan pengawasan intern SPI diperlemah bisa dilihat dari mengamputasi kewenangannya, menempatkan individu yang tidak layak dan
mempunyai integritas yang lemah, tidak objektif dan tidak berpengalaman serta membuat SPI tidak independen baik secara fakta maupun secara kesan.
Pelemahan SPI ini menjadi tanda bahwa ada gejala ketidakseriusan top manajemen untuk memajukan perusahaan dan melindungi keuangan serta aset
perusahaan. Bukan hal yang mudah menjaga independensi, integritas dan
Universita Sumatera Utara
objektivitas auditor, pengalaman kerja dan kompetensi yang melekat pada diri auditor bukan jaminan hasil pemeriksaannya akan berkualitas.
Pada perusahaan milik publik dipastikan bahwa cukup banyak perusahaan yang telah menjadi milik publik yang belum menerapkan tata kelola korporasi
yang baik, banyak dijumpai perusahaan publik yang masih terus merugi setiap tahun dan dapat pula kita saksikan bagaimana kasus seperti proyek pembangunan
sarana olah raga di Hambalang terus bergulir di pengadilan. Menurut hasil audit investigasi tahap I pada Oktober 2012 yang telah dilakukan oleh badan pemeriksa
keuangan BPK dan diserahkan kepada DPR RI menyatakan bahwa ditemukan salah satu indikasi penyelewengan yang terjadi yaitu penyimpangan dan
penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan berbagai pihak baik pihak kementerian dan perusahaan rekanan yang berada di bawah Badan Usaha Milik
Negara BUMN seperti PT. Adhi Karya Tbk. Dan PT Wijaya Karya. Demikian pula pada kasus proyek atau pengadaan pemerintah lainnya
yang mana berdasarkan temuan audit diantaranya adalah disebabkan karena pejabat-pejabat negara yang tidak melaksanakan fungsi pengendalian dan
pengawasan seperti yang telah diatur dalam PP 60 Tahun 2008 dan tidak menjalankan Peraturan Menteri BUMN No. Per-01MBU2011 khususnya bab X
pasal 40 ayat 1 yang berbunyi “Anggota Dewan KomisarisDewan Pengawas, Direksi dan karyawan dilarang memberikan atau menawarkan atau menerima baik
langsung maupun tidak langsung sesuatu yang berharga kepada atau dari pelanggan atau seorang pejabat pemerintah untuk mempengaruhi atau sebagai
imbalan atas apa yang telah dilakukannnya dan tindakan lainnya, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Pada perusahaan milik negara atau perusahaan publik berjalannya roda opersional perusahaan dengan baik sangat berkaitan erat dengan
Universita Sumatera Utara
penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik good corporate governace seperti yang diamanatkan pada Peraturan Menteri BUMN No. Kep-
117M-MBU2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara BUMN.
Peraturan tata kelola perusahaan yang baik terus diperbaiki terbukti dengan dikeluarkannya peraturan menteri negara badan usaha milik negara No.
Per-01MBU2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance pada badan usaha milik negara. Pada perusahaan umum
Bulog nilai perusahaan diwujudkan dengan pencapaian Kualitas, Integritas, Team work, Inovatif dan Responsif KITIR, sehingga dapat memberikan gambaran
yang objektif dan menyeluruh kepada stakeholder tentang kinerja perusahaan. Perusahaan publik bukan hanya perlu bertanggung jawab penuh kepada
pemegang saham yang memilikinya melalui lembaga-lembaga pemerintah dan swasta maupun perorangan, tetapi sekaligus dapat membuktikan diri bahwa
perusahaan mampu berkiprah sesuai dengan norma bisnis yang juga berlaku bagi perusahaan lain di seluruh dunia. Perusahaan perlu bekerja, minimal dengan
menjunjung nilai etika bisnis yang berlaku secara universal bila ingin membangun citranya sebagai pengelola bisnis yang dihargai pada tataran global yang tidak
hanya berlaku di dalam negeri melainkan juga berlaku secara internasional. Masalah yang dihadapi dalam peningkatan fungsi dan tugas SPI adalah
bagaimana meningkatkan sikapperilaku, kemampuan aparat pengawasan dalam melaksanakan pemeriksaan, sehingga pengawasan yang dilaksanakan harus pula
dibarengi dengan prinsip-prinsip good coorporate governance meliputi : profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung
jawaban serta kewajaran. Pengguna laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa menginginkan adanya aparat pengawasan yang bersih,
Universita Sumatera Utara
berwibawa, tertib dan teratur dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai ketentuan yang berlaku sebagaimana dimuat dalam Piagam SPI SPI Charter,
sehingga piagam SPI dimaksudkan untuk menjaga perilaku SPI dalam melaksanakan tugasnya, menjaga mutu hasil pemeriksaan yang dilaksanakan
oleh SPI. Dengan adanya aturan tersebut dewan pengawas dapat menilai sejauh mana SPI telah bekerja sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Piagam SPI salah satunya adalah bertujuan untuk mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan
terlaksananya program pemeriksaan sehingga terwujud personil pemeriksa intern yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan pemeriksaan.
Prinsip-prinsip yang berlaku bagi pemeriksa intern terutama dalam hal independensi, integritas, kompetensi, objektivitas dan pengalaman kerja.
Independensi diperlukan agar pemeriksa dapat mengeluarkan pendapat dengan bebas tanpa keberpihakan dan tendensi; integritas diperlukan agar
pemeriksa dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit; objektivitas diperlukan agar pemeriksa dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi
oleh tekanan atau permintaan pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil pemeriksaan; serta pengalaman kerja pemeriksa dapat mendukung
pemeriksaan dalam menjalankan tugasnya dengan baik. Begitu pula dengan Peraturan Menteri BUMN No. Per-09MBU2012
tentang perubahan atas peraturan menteri negara badan usaha milik negara No. Per-01MBU2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik good
corporate governance pada badan usaha milik negara berkaitan dengan penegakan prinsip-prinsip good corporate governance sehubungan fungsi dan
peran satuan pengawasan intern dalam menghasilkan laporan pemeriksaan yang berkualitas maka merupakan hal menarik untuk mengadakan penelitian tentang
Universita Sumatera Utara
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh satuan Pengawasan intern SPI yaitu terutama faktor independensi, integritas,
kompetensi, objektivitas dan pengalaman kerja serta penerapan prinsip-prinsip good coorporate governance GCG terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan
pengawasan intern. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor perilaku
satuan pengawasan intern yaitu independensi, integritas, kompetensi, objektivitas dan pengalaman kerja dan penerapan prinsip-prinsip good coorporate governance
GCG akan memiliki hubungan positif yang memperkuat hubungan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern. Adapun faktor-faktor
perilaku satuan pengawasan intern ditinjau dari 5 lima variabel independen bebas yang akan dibahas yaitu independensi, integritas, kompetensi, objektivitas
dan pengalaman kerja dengan indikatornya masing-masing. Sedangkan variabel moderating yaitu good corporate governance GCG ditinjau melalui 5 lima
prinsip yang dijadikan indikator yaitu transparansi, akuntabilitas, kemandirian, pertanggungjawaban dan kewajaran.
Atas dasar latar belakang yang telah dijelaskan pada uraian diatas serta adanya usaha pelemahan dengan memberi persepsi bahwa satuan pengawasan
intern tidak penting, kuatnya rasa kekeluargaan, pertemanan, kebersamaan dan pertimbangan manusiawi serta bagaimanakah konsistensinya atas penerapan
keputusan menteri Badan Usaha Milik Negara tentang penerapan prinsip-prinsip good coorporate governance GCG perusahaan yang diharapkan akan dapat
mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern dengan
Good Coorporate Governance GCG sebagai Variabel Moderating di Perusahaan Umum
Universita Sumatera Utara
Bulog Kantor Pusat dan Divre-Divre Area Sumatera Bagian Utara Sumbagut”
1.2. Rumusan Masalah