Prinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Good Corporate

mengungkapkan bahwa auditor berpengalaman tidak terpengaruh oleh adanya informasi tidak relevan dalam membuat going concern judgment.

2.1.8. Prinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Good Corporate

Governance Good Corporate Governance GCG berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No. Per-09MBU2012 tanggal 6 Juli 2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Good Corporate Governance pada BUMN digunakan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Menurut Sedarmayanti 2012:54 stakeholders adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan BUMN, baik berkepentingan secara langsung maupun tidak langsung yaitu pemegang sahampemilik modal, komisarisdewan pengawas, direksi dan karyawan serta pemerintah, kreditur dan pihak berkepentingan lainnya. Prinsip keterbukaan dilaksanakan dalam berbagai proses pengambilan keputusan dan mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan. Prinsip akuntabilitas dilaksanakan dalam kaitannya dengan kejelasan fungsi, pelaksanaan, pengelolaan dan pertanggungjawaban organ perusahaan secara efektif. Prinsip tanggung jawab dilaksanakan dalam hubungannya dengan kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat. Prinsip kemandirian merupakan suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat, sedangkan prinsip Universita Sumatera Utara kewajaran mencakup keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku kepentingan berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelima prinsip diatas saling mendukung dan berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dalam membangun korporasi yang sehat. 2.1.9.

1. Isu Krusial Tata Korporasi Perancangan dan Pengembangan Penerapan

Good Corporate Governance yang Baik Kondisi lingkungan bisnis yang memberikan ruang bagi pembelajaran dan tidak semata penegakan hukum lewat penjatuhan sanksi sangatlah relevan dengan kondisi sekarang mengingat di satu sisi perbincangan tentang tata kelola korporasi tidak akan berhenti malah akan semakin intens dan menentukan keberhasilan serta reputasi perusahaan. Sementara di sisi lain perusahaan yang ingin membangun reputasi dan keunggulan bersaing dalam lapangan global tata kelola korporasi membutuhkan strategi, struktur dan proses dalam mengelola dan berkomunikasi dengan stakeholder. Dalam dua kondisi yang bersisian itu terdapat dua isu krusial sehubungan dengan tata kelola korporasi yaitu keputusan investasi mengingat Indonesia harus bekerja keras memulihkan diri dari krisis ekonomi dan corporate control market. Keputusan investasi yang benar yang didasarkan pada informasi yang dapat dipercaya pada suatu pasar modal, efisiensi diharapkan menjadi salah satu penggerak ekonomi nasional. Memang investasi langsung di sektor riel akan memiliki efek ekonomi yang lebih terasa. Namun bukankah pasar modal merupakan etalase dan juga indikator kepercayaan investor dan masalah perekonomian Indonesia adalah karena merosotnya kepercayaan investor. Universita Sumatera Utara Kita memerlukan upaya yang sangat besar dan waktu yang panjang untuk memulihkan kepercayaan investor jika strategi yang diambil adalah mengundang langsung berinvestasi di sektor riel. Kita juga tahu bahwa pasar modal selalu memberikan sinyal paling dini sebelum sektor-sektor lain menggeliat karena peluang ekonomi yang muncul dari kebijakan pemerintah. Di samping itu, pasar modal yang sehat akan mendorong penyehatan ekonomi nasional. Karena bergeraknya pasar modal dengan kapitalisasi dan volume penjualan yang besar maka hal ini akan menambah dana bagi emiten yang melakukan ekspansi usaha di sektor riel. Ekspansi dengan sendirinya akan meningkatkan kinerja dan nilai maka ekonomi nasional akan berdenyut. Tenaga kerja akan terserap, ekspor akan meningkat, pajak bisa dioptimalkan, pemasok industri bisa beraktivitas, perdagangan dan pembiayaan konsumen juga bisa berjalan dan semua aktor ekonomi bisa menjalankan fungsinya. Manajer perusahaan, terutama manajer keuangan harus membangun dan menerapkan perencanaan untuk membiayai perusahaan dan mengelola risiko finansialnya. Keputusan pembiayaan financing mencakup kapan akan menghimpun modal dan pertimbangan apakah akan menggunakan utang atau ekuitas. Keputusan manajemen risiko mencakup pilihan-pilihan melakukan hedging nilai tukar, prediksi suku bunga dan antisipasi perubahan lainnya adalah menstabilkan arus kas dan melindungi perusahaan dari perubahan lainnya misalnya harga komoditi melalui strategi manajemen risiko. Isu kunci yang berhubungan langsung dengan tata kelola korporasi adalah kepentingan investor publik. Proses yang transparan dan kontrol pasar yang kompetitif dapat melindungi kepentingan investor publik. Pada setting dalam banyak hal merupakan hal baru bagi bisnis Indonesia itulah perusahaan-perusahan yang mempertahankan kelangsungan hidup. Dari sini dapat diserap semangat Universita Sumatera Utara perusahaan untuk terus memperbaiki diri dalam hal tata kelola korporasi. Pelajaran pahit dari krisis ekonomi dan meningkatkan persaingan bisnis berperan dalam membangun semangat ini. Dalam perkembangannya menegaskan betapa luas spectrum penerapan tata kelola korporasi mulai dari kepatuhan terhadap hukum dan perundang- undangan, struktur tata kelola yang berhubungan dengan akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas pengelolaan usaha, citra perusahaan hingga tanggung jawab sosial.

2. Konsepsi dan Definisi GCG

Konsepsi Corporate Governace sesungguhnya sejak lama dikenal di negara-negara maju Eropa dan Amerika dengan adanya konsep pemisahaan antara kepemilikan pemilik modal dengan para manajemen dalam perusahaan. Perdebatan muncul pada saat terjadinya masalah yang dihadapi oleh beberapa perusahaan publik di UK United Kingdom-Inggris pada akhir tahun 1980-an, yaitu adanya creative accounting, kegagalan bisnis yang spektakuler, terbatasnya peran auditor dan lain sebagainya. Laporan Cadbury Committee 1992 merupakan suatu tanggapan atas masalah-masalah tersebut Keasy and Wright,1997. Diskusi mengenai Corporate Governance telah berkembang sampai saat ini sejak krisis ekonomi yang melanda negara-negara di Asia Tenggara, terutama Indonesia yang merasakan paling parah akibat krisis tersebut. Salah satu alasan kegagalan perusahaan akibat krisis tersebut adalah buruknya praktek Corporate Governance. Prowse seperti yang dikutip oleh pangestu Harianto menyimpulkan bahwa karakteristik lemahnya Corporate Governance di Asia Tenggara adalah: 1. Konsentrasi kepemilikan dan kekuatan insider shareholder termasuk pemerintah dan pihak-pihak yang berhubungan dengan pusat kekuatan; 2. Lemahnya governance sektor keuangan; dan Universita Sumatera Utara 3. Ketidakcukupan dan ketidakefektifan internal rules dan lingkungan lemah yang melindungi investor luar berhadapan dengan pemegang saham mayoritas dan manajer. Herwidayanto 2001 mengelompokkan praktek-praktek di Indonesia yang bertentangan dengan konsep Good Corporate Governance menjadi: 1. Konsentrasi kepemilikan oleh pihak tertentu yang memungkinkan terjadinya hubungan afiliasi antara pemilik, pengawas, direktur perusahaan; 2. Tidak efektifinya peran Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas; dan 3. Lemah law enforcement. Beberapa tindakan pemerintah Indonesia dalam menghadapi kondisi buruk tersebut telah dilakukan antara lain dengan menerbitkan Surat Edaran Bapepam No. SE-03PM2000 tentang Komite Audit. Selain itu pada tahun 1990, pemerintah juga membentuk suatu lembaga yaitu Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance KKNCG. Komite ini bertugas untuk merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional tentang Corporate Governance antara lain meliputi Code for Good Governance. Selanjutnya komite secara berkesinambungan bertugas memantau perbaikan di bidang Corporate Governance di Indonesia Herwidayanto, 2001. Di sektor swasta juga tumbuh inisiatif untuk membantu upaya mensosialisasikan beberapa lembaga yaitu: From for Corporate Governance in Indonesia FCGI. Corporate Leadership Development in Indonesia CLDI, Indonesia Institue for Corporate Directorship IICD, Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia LKDI, Indonesian Institute for Corporate Governance IICG. Masing-masing lembaga tersebut mempunyai aktivitas yang berbeda namun tujuannya sama yaitu membantu pemerintah mensosialisasikan penerapan Corporate Governance di Indonesia. Universita Sumatera Utara

3. Prinsip Corporate Governance

Istilah Corporate Governance diperkenalkan oleh Cadbury tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadbury Report dalam Tjager et al. 2003. Laporan ini dipandang sebagai titik balik turning point yang sangat menentukan praktek Corporate Governance di seluruh dunia. Monks dan Minov 1995 mendefinisikan Corporate Governance sebagai hubungan berbagai partisipasi dalam menentukan arah dan kinerja korporasi. Definisi lain diajukan oleh Shleifer dan Vishny 1997 menyebutkan bahwa Corporate Govenance sebagai bagian cara atau mekanisme untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh imbal hasil yang sesuai dengan investasi yang ditanamkan. Menurut sebagian besar pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi Internsional Organization for Economic Cooperation and DevelopmentOECD, Corporate Governance mengacu kepada pembagian kewenangan antara semua pihak yang menentukan arah dan performance suatu manajemen dan Board of Directors Herwidayanto, 2001. Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate Governance in IndonesiaFCGI 2000, yang mendefinisikan Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengaruh, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarah dan mengendalikan perusahaan. Berdasarkan definisi-definisi tersebut nampak dengan jelas bahwa Corporate Governance merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing. Universita Sumatera Utara

4. Organisasi dan Adaptasi Penerapan Tata Kelola Perusahaan Publik

Corporate Governance merupakan hubungan antar stakeholder yang digunakan untuk menentukan dan mengendalikan arah strategi dan kinerja suatu organisasi. Dalam prakteknya Corporate Governance berbeda di setiap negara dan perusahaan karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya. Perbedaan praktek ini menggambarkan perbedaan dalam kekuatan suatu kontrak, sikap politik pemilik saham dan hutang. Terdapat beberapa versi yang menyangkut prinsip-prinsip Corporate Governance namun pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan. Menurut laporan Cadbury 1992 prinsip utama Corporate Governance adalah: keterbukaan, integritas dan akuntabilitas. Organization for Economic Corporation and Development OECD telah mengembangkan seperangkat prinsip Good Corporate Governance yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi di masing- masing negara. Prinsip dasar tersebut adalah: fairness, transperancy, accountability dan responsibility. Fairness dapat diartikan sebagai perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, kesalahan perilaku insider. Beberapa literature Corporate Governance menekankan hubungan antara pemegang saham sebagai principal dengan manajemen sebagai agen. Corporate Governance dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang timbul dari adanya hubungan kedua belah pihak tersebut karena adanya kepentingan yang berbeda. Prinsip dasar akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas, Direksi dan Pemegang Saham Baridwan, Universita Sumatera Utara 2002 yang meliputi monitoring, evaluasi dan pengendalian terhadap menajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak berkepentingan lainnya. Akuntabilitas dilaksanakan dengan adanya Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas, Direksi Independen, Komite Audit serta Komite Remunerasi. Responsibilitiy diartikan sebagai tanggung jawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku dan pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial. Tjager et al. 2003:52 menyebutkan bahwa prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan konsekwensi logis dari adanya wewenang; menyadari akan adanya tanggung jawab sosial; menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan; menjadi professional dan menjunjung etika; serta memelihara lingkungan bisnis yang sehat. Prinsip dasar transparansi menunjukan tindakan perusahaan untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh seluruh stakeholder. Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi yang berbasiskan strandar akuntansi dan best practice yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas; mengembangkan teknologi informasi dan sistem informasi manajemen untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh Dewan KomisarisDewan Pengawas dan Direksi; mengembangkan manajemen risiko yang memastikan bahwa semua risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur dan dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelas; dan mengumumkan jabatan yang kosong secara terbuka Tjager et al. 2003:51. Prinsip-prinsip tersebut ditujukan untuk membantu pemerintah yang menjadi anggota OECD maupun bukan anggota dalam usahanya untuk Universita Sumatera Utara mengevaluasi dan memperbaiki kerangka regulasi, institusi dan hukum bagi pelaksanaan corporate governance dalam negaranya dan memberikan pedoman serta saran bagi pasar modal, investor, perusahaan dan pihak lain yang mempunyai peran dalam proses pengembangan corporate governance yang baik. Di Indonesia pemerintah melalui Keputusan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri No. Kep-10M.EKUIN081999, telah membentuk suatu badan yaitu komite nasional bagi pengelolaan perusahaan yang mempunyai tugas untuk merumuskan dan merekomendasikan kebijakan nasional mengenai pengelolaan perusahaan. Komite nasional ini telah merumuskan suatu kerangka kerja good corporate governance atau pedoman good corporate covernance. Tujuan pedoman ini adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan pemegang saham dengan mengembangkan transparansi, kepercayaan dan pertanggungjawaban serta menetapkan sistem pengelolaan yang mendorong dan mempromosikan kreativitas dan kewirausahaan yang progresif. Selain itu pedoman ini juga merekomendasi perusahaan agar memperhatikan berbagai kepentingan yang berbeda dari para pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Perusahaan harus meminimalkan biaya untuk menengahi berbagai kepentingan tersebut dengan cara rasional dan adil untuk memperkuat daya saing. Keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh pemegang saham harus berdasarkan moralitas yang baik dan prinsip-prinsip warga perusahaan yang baik dan tanggung jawab sosial. Pedoman ini diklasifikasikan dalam 13 kelompok, yaitu:

1. Hak-hak pemegang saham dan prosedur RUPS

Pedoman ini menyatakan bahwa para pemegang saham harus dilindungi dan para pemegang saham harus dapat menjalankan hak-hak mereka melalui prosedur yang memadai ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu para pemegang Universita Sumatera Utara saham harus diperlakukan secara adil berdasarkan prinsip kesetaraan. Sedangkan pelaksanaan RUPS tahunan harus diadakan pada waktunya sesuai dengan ketentuan UUPT dan RUPS luar biasa dapat dilakukan setiap kali diperlukan.

2. Dewan KomisarisDewan Pengawas

Pedoman ini menetapkan fungsi komisaris yang bertanggung jawab dan berwenang untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi serta memberikan saran-saran kepada direksi jika diperlukan. Pedoman ini juga mengatur komposisi komisaris, yaitu 20 anggota komisaris haruslah merupakan orang luar untuk meningkatkan efektivitas dan transparansi musyawarah yang dilakukan komisaris. Prinsip ini juga mengatur adanya larangan bagi Dewan KomisarisDewan Pengawas mengambil keuntungan pribadi. Dalam menjalankan tugasnya, komisaris harus mempunyai akses terhadap informasi mengenai perusahaan secara menyeluruh dan pada waktunya pengangkatan dan penetapan gaji komisaris harus ditetapkan dalam suatu sistem yang resmi dan transparan, komisaris dapat membentuk komite-komite yang anggotanya berasal anggota Dewan Komisaris, Komite Remunerasi, Komite Asuransi dan Komite Audit.

3. Direksi

Direksi bertugas menjalankan dan mengelola perusahaan. Seperti halnya komisaris komposisi direksi proporsional haruslah merupakan orang luar. Seperti halnya Dewan KomisarisDewan Pengawas, Dewan Direksi juga tidak diperbolehkan mengambil keuntungan pribadi.

4. Sistem Audit

Pedoman ini mengatur perlunya auditor eksternal dan komite audit yang membantu dewan komisaris atau dewan pengawas dalam melakukan pemantauan atas operasi perusahaan. Komite audit adalah sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam Universita Sumatera Utara mempertahankan independensinya dari manajemen. Umumnya komite audit terdiri dari tiga atau lima atau kadang tujuh orang yang tidak merupakan bagian dari manajemen perusahaan. Pada umumnya, suatu komite audit memutuskan hal-hal seperti kantor akuntan publik yang akan ditugaskan dan ruang lingkup pelayanan yang akan dilakukan oleh kantor akuntan publik tersebut. Pertemuan dengan kantor akuntan publik yang bersangkutan secara periodik untuk membicarakan perkembangan dan hasil audit dan membantu menengahi perselisihan yang timbul di antara kantor akuntan publik dan manajemen. Komite audit untuk perusahaan yang lebih besar diterima baik oleh para auditor, pembaca laporan keuangan dan manajemen perusahaan pada umumnya. Tetapi, keharusan untuk membentuk komite audit terlalu mahal bagi perusahaan yang lebih kecil.

5. Sekretaris Perusahaan

Pedoman ini menyatakan bahwa fungsi sekretaris perusahaan adalah sebagai petugas penghubung dengan para investor.

6. Pihak-pihak yang berkepentingan

Pedoman ini juga mengatur hak-hak para pihak yang mempunyai kepentingan selain pemegang saham yaitu masyarakat, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur dan kelompok-kelompok lingkungan yang terkena dampak atas operasi perusahaan.

7. Keterbukaan

Pedoman ini menyatakan bahwa perseroan harus berinisiatif untuk mengungkapkan bukan hanya hal-hal yang diharuskan berdasarkan Undang- undang tetapi juga hal-hal penting terhadap pembuatan keputusan oleh investor institusi, para pemegang saham, kreditur dan pihak-pihak yang mepunyai kepentingan lainnya sehubungan dengan perusahaan. Pengungkapan informasi Universita Sumatera Utara penting dalam laporan tahunan dan laporan keuangannya harus disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan secara tepat waktu, akurat, dapat dimengerti dan obyektif.

8. Kerahasiaan

Prinsip ini menyatakan bahwa komisaris dan direksi mempunyai kewajiban menjaga kerahasiaan perusahaan. Informasi rahasia yang didapat selama menjabat sebagai komisaris atau anggota direksi harus dijaga kerahasiaannya kecuali jika harus diungkapkan berdasarkan peraturan yang berlaku atau menjadi pengetahuan umum.

9. Informasi orang dalam

Prinsip ini mengatur anggota dewan komisarisdewan pengawas, direksi, dan karyawan perusahaan dilarang untuk memberikan atau menawarkan baik langsung atau tidak langsung sesuatu yang berharga kepada pelanggan atau pejabat pemerintah untuk mempengaruhi atau sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya dan tindakan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

10. Etika berusaha dan Anti Korupsi

Prinsip ini mengatur anggota dewan komisarisdewan pengawas, direksi dan karyawan perusahaan dilarang untuk memberikan atau menawarkan, baik langsung atau tidak langsung, sesuatu yang berharga kepada pelanggan atau pejabat pemerintah untuk mempengaruhi atau sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukan dan tindakan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

11. Donasi

Prinsip ini mengatur bahwa aset perusahaan tidak dibenarkan untuk kepentingan donasi politik namun masih dibenarkan untuk kepentingan amal. Universita Sumatera Utara

12. Kepatuhan pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan proteksi, kesehatan, keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan Prinsip ini mengatur bahwa perusahaan harus memenuhi peraturan yang berlaku berkenaan dengan pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.

13. Kesempatan kerja yang sama

Prinsip ini mewajibkan direksi untuk menggunakan kemampuan, kualifikasi dan kriteria yang terkait dengan hubungan kerja sebagai dasar satu- satunya dalam mengambil keputusan mengenai hubungan kerja antara perusahaan dengan karyawan, bukan berdasarkan faktor lainnya. Pedoman tersebut menyajikan best practices yang perlu ada dalam penerapan good corporate governance bersifat tidak mengikat.

2.1.10. Penerapan GCG secara berkelanjutan

Indonesia mulai menerapkan prinsip tata kelola korporasi yang baik Good Corporate GovernanceGCG sejak menandatangani Letter of Intent LOI dengan Intertnational Monetary Fund IMF yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut Komite Nasional Kebijakan GCG Komnas GCG berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat internasional. Walaupun banyak pihak pula yang menyadari pentingya GCG, tetapi banyak pula yang melaporkan masih rendahnya jumlah perusahaan di Indonesia menerapkan prinsip GCG karena mendorong regulasi dan menghindari sanksi yang ada daripada menganggap prinsip tersebut sebagai bagian dari budaya perusahaan. Universita Sumatera Utara Pengelolaan perusahaan yang tidak baik, tidak etis dan bahkan telah melakukan kebohongan kepada pemegang saham publik telah membuat perusahaan yang bersangkutan menjadi bangkrut. Di Indonesia juga dapat dipastikan bahwa cukup banyak perusahaan yang telah menjadi milik publik yang belum mampu menerapkan tata kelola korporasi yang baik. Banyak dijumpai perusahaan publik yang masih terus merugi setiap tahun. Dimasa yang akan datang perusahaan-perusahaan publik semakin dituntut untuk berkiprah sebagai entitas bisnis yang mampu mengembangkan kemampuan berlabanya secara konsisten sekaligus mampu mewujudkannya secara mandiri dan kompetitif dengan tetap mengacu secara ketat pada seperangkat tata nilai dan norma bisnis universal tertentu. Perusahaan publik bukan hanya perlu bertanggung jawab penuh kepada pemegang saham yang memiliknya melalui lembaga-lembaga pemerintah dan swasta maupun perorangan, tetapi sekaligus dapat membuktikan diri bahwa perusahaan mampu berkiprah sesuai dengan norma bisnis yang juga berlaku bagi perusahaan lain di seluruh dunia. Perusahaan perlu bekerja, minimal dengan menjunjung nilai etika bisnis yang berlaku secara universal bila ingin membangun citranya sebagai pengelola bisnis yang dihargai pada tataran global yang tidak hanya berlaku di dalam negeri melainkan juga berlaku secara internasional.

2.1.11. Pemimpin perusahaan dan Atributnya

Tata kelola yang baik dapat dimaknai sebagai serangkaian mekanisme dengan apa suatu perusahaan publik diarahkan dan dikendalikan sesuai dengan harapan para pihak yang berkepentingan stakeholders. Mekanisme tersebut merefleksikan suatu struktur pengelolaan perusahaan yang menetapkan distribusi hak dan tanggungjawab diantara berbagai partisipasi di dalam perusahaan publik, Universita Sumatera Utara termasuk para pemegang saham, dewan komisaris, direksi, aggota perusahaan dan pihak lainnya. Tujuan utama dari pengelolaan yang baik adalah memberikan perlindungan yang memadai dan perlakuan yang adil kepada para pemegang saham dan pihak yang berkepentingan lainnya melalui peningkatan nilai pemilik saham secara maksimal. Tata kelola korporasi yang baik bukanlah sekedar suatu upaya untuk menjaga agar perusahaan bekerja sesuai peraturan dan norma yang berlaku secara universal tetapi terutama pengelolaan yang baik itu dapat memperoleh keyakinan bahwa taruhannya di perusahaan publik adalah suatu keputusan yang benar. Tata kelola korporasi yang baik merupakan bagian upaya perusahaan publik untuk melakukan investasi dalam modal maya yang berbentuk sebagai gabungan yang sinergi dari modal intelektual, modal sosial dan modal moral perusahaan. Karena modal maya itu tertanam dalam diri para pelaku usaha, maka masalah tata kelola korporasi yang baik tidak terhenti setelah semua peraturan dibuat, tetapi baru akan bermakna bila semua anggota perusahaan sadar terhadap perannya dalam investasi modal maya ini.

2.1.12. Strategi Pengembangan Praktek GCG di Perusahaan Publik

Banyak faktor yang dapat menetukan penciptaan nilai perusahaan publik. Sebuah perusahaan publik dapat meningkat nilai sahamnya dengan mengandalkan pada sumber daya fisik yang dimilikinya atau dengan bertumpu pada potensi insan anggotanya dalam wujud modal maya. Umumnya sumber daya fisik yang dimiliki oleh sebuah perusahaan biasanya bersifat terbatas dan habis atau usang bila dimanfaatkan terus menerus. Sebaliknya potensi insan makin bertambah nilainya bila dilandasi suasana kerja yang saling percaya. Dengan dasar pemikiran seperti itu proses penciptaan kekayaan sudah beralih kepada Universita Sumatera Utara intelektual, jejaring kerjasama dan kredibilitas yang bersumber pada diri anggota perusahaan.

2.1.13. Kualitas Hasil Pemeriksaan

Laporan audit intern menurut Tugiman 2006:11 adalah sebagai berikut: “Laporan audit termasuk ringkasan eksekutif dirancang untuk mengkomunikasikan perbaikan-perbaikan yang disarankan dan rencana-rencana manajemen operasional untuk melaksanakan perbaikan tersebut”. Menurut Tugiman 2006:70 menyatakan bahwa: “Laporan hasil pemeriksaan haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat waktu”. Lebih lanjut kriteria-kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Laporan yang objektif adalah laporan yang faktual, tidak berpihak dan terbebas dari distorsi. Berbagai temuan, kesimpulan dan rekomendasi haruslah dilakukan tanpa ada suatu prasangka. 2. Laporan yang jelas dan mudah dimengerti. Kejelasan suatu laporan dapat ditingkatkan dengan cara menghindari penggunaan bahasa teknis yang tidak diperlukan dan pemberian berbagai informasi yang cukup mendukung. 3. Laporan yang diringkas langsung membicarakan pokok permasalahan dan menghindari berbagai perincian yang tidak diperlukan. Laporan tersebut disusun dengan menggunakan kata-kata secara efektif. 4. Laporan yang konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan sifatnya akan membantu pihak yang akan diperiksa dan organisasi serta menghasilkan berbagai perbaikan yang dibutuhkan. 5. Laporan yang tepat waktu adalah laporan yang penerbitnya tidak memerlukan penundaan dan mempercepat kemungkinan pelaksanaan berbagai tindakan efektif. Universita Sumatera Utara Laporan pemeriksaan merupakan satu-satunya dari produk unit audit internal yang secara teratur dilaporkan kepada manajemen senior, dewan direksi, dewan komisaris dan komite audit. Karena merupakan satu-satunya produk audit yang sampai kepada mereka, pembaca cenderung mengasosiasikan kualitas laporan dengan kinerja dan kemampuan profesional unit satuan pengawasan intern. Sebagai profesi yang sudah mapan, auditor internal memiliki Standar Profesi Audit Internal sebagai suatu sistem untuk menjamin diterbitkannya laporan audit internal yang berkualitas. Hasil pemeriksaan atas pelaksanaan pengelolaan perusahaan dikatakan berkualitas jika hasil pemeriksaan tersebut dapat meningkatkan bobot pertanggungjawaban atau akuntabilitas serta dapat memberikan informasi pembuktian ada tidaknya penyimpangan, kesalahan serta tindak pidana korupsi. Menurut peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BPK RI nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan definisi kualitas hasil pemeriksaan yaitu: ”Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan”. Pemeriksaan yang dilakukan adalah membandingkan antara kondisi dengan kriteria yang seharusnya, kriteria adalah standar ukuran harapan mengenai apa yang seharusnya terjadi, praktik terbaik dan benchmarks. Kinerja dibandingkan atau dievaluasi dengan kriteria ini. Kriteria, sebagai salah satu unsur temuan pemeriksaan, memberikan suatu hubungan dalam memahami hasil Universita Sumatera Utara pemeriksaan. Rencana pemeriksaan harus menyatakan kriteria yang akan digunakan. Dalam menentukan kriteria, pemeriksa harus menggunakan kriteria yang masuk akal, dapat dicapai dan relevan dengan tujuan pemeriksaan. Pemeriksa harus mengkomunikasikan kriteria tersebut kepada entitas yang diperiksa sebelum atau pada saat dimulainya pemeriksaan. Berikut ini adalah beberapa contoh kriteria: a. Maksud dan tujuan yang ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang- undangan atau yang ditetapkan oleh entitas yang diperiksa auditee. b. Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh entitas yang diperiksa auditee c. Pendapat ahli d. Target kinerja tahun berjalan e. Kinerja tahun-tahun sebelumnya f. Kinerja entitas yang sejenis g. Kinerja sektor swasta di bidang yang sama h. Praktik terbaik organisasi terkemuka Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER05M.PAN032008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah menyatakan Laporan Hasil Pemeriksaan merupakan hasil akhir dari proses pemeriksaan yang berguna untuk mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada auditee dan pihak lain yang berwenang berdasarkan peraturan perundang- undangan, menghindari kesalahpahaman atas hasil pemeriksaan, menjadi bahan untuk melakukan tindakan perbaikan bagi auditee dan instansi terkait. Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif adalah dengan mendapatkan reviu dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada auditee yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya Universita Sumatera Utara mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan atau tidak ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan. Pemeriksa harus memuat komentar pejabat tersebut dalam laporan hasil pemeriksaannya. Pemeriksa harus meminta pejabat yang bertanggung jawab untuk memberikan tanggapan tertulis terhadap temuan, simpulan dan rekomendasi, termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan oleh manajemen yang diperiksa. Tanggapan yang diperoleh harus dievaluasi secara seimbang dan obyektif. Tanggapan yang berupa suatu janji atau rencana untuk tindakan perbaikan tidak boleh diterima sebagai alasan untuk menghilangkan temuan yang signifikan atau rekomendasi yang berkaitan. Apabila tanggapan dari auditee bertentangan dengan temuan, simpulan atau rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa tanggapan tersebut tidak benar atau apabila rencana tindakan perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi, maka pemeriksa harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan perbaikan tersebut beserta alasannya. Ketidaksetujuan tersebut harus disampaikan secara seimbang dan obyektif.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Sebagai pembanding perlu dikemukakan beberapa hasil penelitian terdahulu yang menjelaskan tinjauan pustaka baik definisi, konsep atau hasil penelitian yang berkaitan dengan perilaku pemeriksa intern yang menjelaskan pengaruhnya terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Universita Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating Di Perusahaan Umum Bulog Kantor Pusat Dan Divre-Divre Area Sumatera Bagian Utara (SUMBAGUT)

2 45 149

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating Di Perusahaan Umum Bulog Kantor Pusat Dan Divre-Divre Area Sumatera Bagian Utara (SUMBAGUT)

0 0 24

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating Di Perusahaan Umum Bulog Kantor Pusat Dan Divre-Divre Area Sumatera Bagian Utara (SUMBAGUT)

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Hubungan Internal Audit dan Good Corporate Governance (GCG) - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Mo

0 0 47

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating Di Perusahaan Umum Bulog Kantor Pusat Dan Divre-Divre Area Sumatera Bagian Utara (SUMBAGUT)

0 1 15

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI, INTEGRITAS, KOMPETENSI, OBJEKTIVITAS DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN SATUAN PENGAWASAN INTERN DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) SEBAGAI VARIABEL MODERATING DI PERUSAHAAN UMUM BULOG

0 0 25

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating Di Perusahaan Umum Bulog Kantor Pusat Dan Divre-Divre Area Sumatera Bagian Utara (SUMBAGUT)

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Hubungan Internal Audit dan Good Corporate Governance (GCG) - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Mo

0 0 48

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating Di Perusahaan Umum Bulog Kantor Pusat Dan Divre-Divre Are

0 0 10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN SATUAN PENGAWASAN INTERN DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) SEBAGAI VARIABEL MODERATING DI PERUSAHAAN UMUM BULOG KANTOR PUSAT DAN DIVRE-DIVRE AREA SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) TESIS

0 0 15