management, sedangkan audit manajemen itu penilaian terhadap kegiatan manajemen evaluation of management.
Penulis lain yang juga memberi konstribusi tentang jenis audit intern tersaji berikut ini. Cook dan Winkle 1976:262 menyebutkan ada dua jenis audit
intern, yaitu Internal Financial Auditing dan Internal Operational Auditing. Audit keuangan intern terutama berhubungan dengan audit dan penilaian kegiatan
akuntansi atau keuangan suatu perusahaan sedangkan audit operasional intern merupakan pengujian dan penelitian terhadap operasi perusahaan terhadap tujuan
menginformasikan pada manajemen apakah operasi telah terselenggara sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Termasuk dalam audit operasional
adalah penilaian terhadap efisiensi penggunaan sumber daya manusia dan fisik sebagaimana juga penilaian terhadap berbagai prosedur operasi dan harus juga
termasuk rekomendasi terhadap solusi masalah dan tentang metode meningkatkan efisiensi dan laba.
Ramadhan 1990:298 dalam Nasution 2008 mengemukakan tidak sepakat dengan pendapat yang mengatakan bahwa audit operasional identik
dengan audit manajemen. Dengan tegas dia mengatakan bahwa audit operasional berbeda cakupannya dengan audit manajeman. Audit operasional hannya
penilaian terhadap manajemen tingkat menengah dan bawah Middle and Supervisory. Apabila audit tersebut dilakukan terhadap manajemen puncak, maka
hal ini tidak dapat disebut lagi sebagai audit operasional. Oleh karena itu audit operasional dapat disebut dengan audit manajemen, tetapi seluruh audit
manajemen bukanlah audit operasional.
2.1.6. Posisi Audit Intern dalam Perusahaan
Independensi bagian audit intern harus ditunjukkan dalam struktur formal organisasi Woolf, 1973:21 dalam Nasution 2008. Status organisasi adalah
Universita Sumatera Utara
tingkat dalam hirarki organisasi tempat bagian audit intern itu berada. Bagian audit intern hendaklah dapat memperoleh cakupan daerah audit yang luas, dapat
mengeluarkan informasi yang memadai, tindakan yang efektif atas temuan audit serta rekomendasi audit. Dengan kata lain pimpinan bagian audit intern
hendaklah bertanggung jawab pada pejabat yang memiliki pengaruh dan posisi yang cukup kuat sehingga kegiatan audit intern dapat mencapai ruang lingkup
yang luas dan pertimbangan, tindakan maupun rekomendasi hasil audit dapat dilakukan dengan baik.
Status organisasi dan dukungan manajemen merupakan faktor penentu atas penilaian jasa yang diberikan oleh bagian audit intern. Idealnya, makin tinggi
pada siapa pemeriksa intern harus bertanggung jawab maka akan semakin baik, namun ini tidak seluruhnya benar tergantung dari macam dan kegiatan itu sendiri.
Ada yang bertanggung jawab pada dewan komisaris, presiden direktur direktur utama atau kontroller dan sebagainya.
Menurut PPA-STAN 1984:1 ada pendapat bahwa keadaan paling baik adalah organisasi internal auditor bertanggung jawab pada direktur utama.
Walaupun ini juga mempunyai kelemahan, minimal hendaknya organisasi pemeriksa intern bertanggung jawab atau melaporkan pekerjaannya kepada
pejabat yang berdasarkan wewenangnya dapat segera memerintahkan perbaikan secara tepat atau mengambil langkah-langkah berdasarkan pendapat atau saran
pemeriksa intern. Apabila dihubungkan dengan perkembangan konsep audit intern, pada
awalnya kedudukan pemeriksa intern adalah sebagai staf direktur keuangan. Kemudian berkembang menjadi staf presiden direktur atau direktur utama, namun
akhir-akhir ini pemeriksa intern juga berperan sebagai staf dewan komisaris.
Universita Sumatera Utara
Hartono 1979:264 dalam Nasution 2008 menyebutkan secara garis besarnya pemeriksa intern bertanggung jawab pada salah satu dari tiga
fungsionaris dibawah ini: 1.
Langsung bertanggung jawab pada dewan komisaris. Hal ini banyak dilakukan dalam perusahaan perusahaan bank dan asuransi. Dalam
perusahaan ini internal auditor merupakan penjaga bagi dewan komisaris. Secara teoritis maka seluruh organisasi termasuk direktur utama dapat
diteliti oleh internal auditor. Namun seperti yang dikatakan diatas, cara ini terbatas pada perusahaan perusahaan bank dan asuransi.
2. Bertanggung jawab pada direktur utama. Cara ini agak jarang dipakai
mengingat bahwa direkur utama dengan tugas tugasnya yang berat biasanya tidak mempunyai waktu untuk mempelajari laporan internal auditor dan
kemudian melakukan tindakan koreksi berdasarkan laporan tersebut. lihat gambar 2.1
Universita Sumatera Utara
Sumber : KD No.: Kep-225DS200082004 Keterangan :
______________ = tanggung jawab primer Gambar 2.1. Struktur organisasi perusahaan dengan bagian satuan
pengawasan intern memiliki tanggung jawab primer kepada direktur utama.
3. Yang paling sering dilaksanakan adalah bahwa internal auditor bertanggung
jawab pada fungsionaris keuangan tertinggi. Fungsionaris tersebut mungkin berfungsi sebagai direktur bidang keuangan, bendahara ataupun kontroler
yang penting adalah bahwa fungsionaris tersebut adalah yang bertanggung jawab atas kordinasi pada persoalan persoalan keuangan dan akuntansi.
Masing-masing alternatif diatas tentunya berpengaruh terhadap fungsi audit intern, hal ini disebabkan karena antara manajemen dan dewan komisaris
memiliki kepentingan yang berbeda dengan kedudukan masing-masing di dalam DIRUT
SPI
BID WAS
KEUANGAN
SUBBAG TU
BID WAS
SDM UMUM
BID WAS BANG
BID WAS OPERASI
BID WAS DIVRE
PENGAWAS PENGAWAS
PENGAWAS PENGAWAS
PENGAWAS
Universita Sumatera Utara
perusahaan. Apabila bagian audit intern berada sepenuhnya dibawah wewenang manajemen tentu saja fungsi audit intern akan diarahkan sesuai dengan
kepentingan manajemen semata. Begitu pula sebaliknya, andai kata bagian audit intern sepenuhnya berada dibawah wewenang dewan komisaris. Mengingat
kondisi tersebut, mungkin alternatif yang baik adalah alternatif yang terakhir. Pemilihan alternatif terakhir ini mengundang masalah tentang seberapa
jauh tanggung jawab bagian audit intern kepada manajemen dan seberapa jauh pula kepada dewan komisaris. Untuk itu terdapat tiga susunan yang dapat
dilaksanakan. Pertama, bagian audit intern memiliki tanggung jawab primer kepada manajemen dan tanggung jawab sekunder kepada dewan komisaris.
Kedua merupakan kebalikan dari yang pertama yaitu tanggung jawab primer kepada dewan komisaris dan tanggung jawab skunder kepada manajemen.
Ketiga, tanggung jawab primer diberikan baik kepada manajemen maupun dewan komisaris.
Masing-masing susunan diatas tentu saja memiliki beberapa keuntungan dan kelemahannya akan tetapi yang jelas susunan yang dikemukakan terakhir
terlihat kurang realistis, karena disini bagian audit intern bertanggung jawab secara penuh kepada dua administrator sekaligus. Menurut Brink et al. 1982:28
menyatakan kecendrungannya untuk menyetujui menempatkan bagian audit intern berada dibawah wewenang manajemen perusahaan dan memiliki tanggung
jawab sekunder kepada dewan komisaris. Dalam hal ini sebaiknya bagian audit intern menyampaikan laporannya langsung kepada presiden direktur atau direktur
utama, apabila presdir atau dirut tidak punya cukup waktu untuk meneliti laporan tersebut maka dapat disampaikan kepada direktur yang mempunyai hubungan
langsung dengan presdir atau dirut. lihat gambar 2.2
Universita Sumatera Utara
Staff vice president
Sumber : Brink and Witt 1982 Keterangan :
______________ = tanggung jawab primer ---------------------- = tanggung jawab sekunder
Gambar 2.2. Struktur organisasi perusahaan dengan bagian audit intern
memiliki tanggung jawab primer kepada manajemen dan tanggung jawab sekunder kepada dewan komisaris.
2.1.7. Satuan Pengawasan Intern SPI