Review Kedua RENSTRA Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY 2012-2017
19 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD
Permasalahan strategis yang dihadapi dalam pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut:
1. Masih terjadinya kecenderungan ketergantungan terhadap salah satu sumber
karbohidrat yakni beras, sebagai makanan pokok. 2.
Masih terjadinya kecenderungan ketergantungan konsumsi pangan nabati dan hewani pada produk impor seperti daging, terigu serta menurunnya konsumsi
pangan lokal.
3. Masih besarnya ketergantungan penyediaan pangan asal luar daerah.
4. Masih terbatasnya sarana prasarana pengelolaan cadangan pangan.
5. Belum tercapainya skor mutu keragaman dan keseimbangan gizi sesuai dengan Pola
Pangan Harapan PPH ideal dengan skor 100. 6.
Harga bahan pangan pokok masih belum stabil terutama pada saat musim panen raya, musim paceklik dan menjelang hari besar nasional.
7. Masih terjadinya kerawanan pangan baik kronis maupun transien dan kasus gizi
kurangburuk diwilayah tertentu. 8.
Konsumsi pangan masyarakat masih kurang beragam, bergizi, seimbang, aman, dan halal.
9. Masih banyaknya pangan yang belum terjamin mutu dan keamanannya beredar di
masyarakat. 10. Adanya tuntutan penyediaan bahan pangan yang terjamin mutu dan keamanannya
sebagai konsekuensi dari adanya peningkatan kesadaran masyarakat. 11. Masih terbatasnya sarana dan prasarana pengawasan pangan yang beredar.
12. Masih terbatasnya sarana dan penegakan hukum distribusi pangan. 13. Belum optimalnya pemantauan distribusi pangan antar kabupaten dan antar provinsi.
14. Sinergi lintas sektor pembangunan ketahanan pangan masih kurang optimal. 15. Masih terbatasnya akses sebagian masyarakat terhadap bahan pangan karena
kemiskinan. 16. Kelembagaan penyuluhan belum sesuai dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2006
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan SP3K. 17. Jumlah penyuluh penyuluh PNS belum sesuai UU Nomor 16 Tahun 2006 dan
Permentan Nomor 72 Tahun 2012. 18. Sinergi lintas sektor pelaku penyuluhan masih belum optimal.
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih
Tugas Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah melaksanakan penyusunan kebijakan dan koordinasi bidang ketahanan pangan dan
koordinasi penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan, dan perkebunan. Sedangkan fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah
penyusunan program kerja urusan ketahanan pangan dan koordinasi penyuluhan; perumusan kebijakan teknis urusan ketahanan pangan dan koordinasi penyuluhan;
pengelolaan, pengoordinasian, pemberian fasilitasi dan pengendalian ketersediaan pangan; pengelolaan, pengoordinasian, pemberian fasilitasi dan pengendalian distribusi pangan;
pengoordinasian, pemberian fasilitasi dan pengendalian konsumsi dan kewaspadaan
Review Kedua RENSTRA Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY 2012-2017
20 pangan; pengoordinasian dan pemberian fasilitasi penyuluhan pertanian, perikanan,
kehutanan, dan perkebunan; pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan pangan khas DIY untuk ketahanan pangan; pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja urusan
ketahanan pangan dan penyuluhan; penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan; dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Faktor-faktor penghambat adalah sebagai berikut: a.
Masih ada kabupatenkota yang belum memiliki unit kelembagaan ketahanan pangan setingkat Eselon II hingga dapat menghambat penyelenggaraan program.
b. Kurang tersedianya sarana dan prasarana terutama kendaraan operasional dan
laboratorium. c.
Pembagian tugas masih kurang merata dan efektif dengan volume pekerjaan yang cukup padat.
d. Belum berjalannya koordinasi antara kelembagaan penyuluhan, petani, dan
kelembagaan profesi lainnya yang bergerak di bidang pertanian. e.
Belum semua potensi Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat LDPM dimanfaatkan dan dikembangkan.
f. Dalam rangka kemandirian pangan, kebijakan RTRW melaui Perda Perlindungan
Lahan belum secara komprehensif mencegah laju alih fungsi lahan. Perlindungan lahan adalah salah satu cara untuk merawat cita-cita kedaulatan swasembada
pangan.
Faktor-faktor pendorong adalah sebagai berikut: a.
Sumber daya manusia sudah berpengalaman. b.
Mampu mengkoordinasi SKPD lain dalam keterkaitannya dengan sistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan.
c. Adanya kelembagaan pengawasan fungsional yaitu Otoritas Kompeten Keamanan
Pangan Daerah OKKPD sebagai lembaga penjamin mutu pangan segar asal tumbuhan.
d. Jajaran pimpinan cukup senior dan berpengalaman.
e. Tersedianya alat untuk menganalisis ketersediaan dan pengelola ketersediaan pangan.
f. Adanya dukungan dari Dewan Ketahanan Pangan dan dana pemerintah dalam
rangka peningkatan ketahanan pangan. g.
Adanya penyelenggaraan dan pelaksanaan pusat perbenihan melalui Jogja Benih yang dapat mendukung kemandirian pangan melalui peningkatan produksi menuju
keaulatan pangan.
3.3. Telaahan Renstra KL dan Renstra ProvinsiKabupatenKota
Indikator kinerja dalam Renstra Kementerian Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan Pusat untuk urusan ketahanan pangan adalah skor Pola Pangan Harapan PPH,
angka konsumsi energi, dan angka konsumsi protein. Indikator kinerja BKPP DIY sudang disesuaikan dengan indikator kementerianlembaga diatasnya, dengan target kinerja
disesuikan dengan kondisi spesifik DIY.
Faktor-faktor penghambat ataupun faktor-faktor pendorong dari pelayanan SKPD yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari sasaran jangka menengah
Renstra KL ataupun Renstra SKPD provinsi kabupatenkota diuraikan dalam analisis SWOT sebagai berikut: