Review Kedua RENSTRA Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY 2012-2017
20 pangan; pengoordinasian dan pemberian fasilitasi penyuluhan pertanian, perikanan,
kehutanan, dan perkebunan; pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan pangan khas DIY untuk ketahanan pangan; pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja urusan
ketahanan pangan dan penyuluhan; penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan; dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Faktor-faktor penghambat adalah sebagai berikut: a.
Masih ada kabupatenkota yang belum memiliki unit kelembagaan ketahanan pangan setingkat Eselon II hingga dapat menghambat penyelenggaraan program.
b. Kurang tersedianya sarana dan prasarana terutama kendaraan operasional dan
laboratorium. c.
Pembagian tugas masih kurang merata dan efektif dengan volume pekerjaan yang cukup padat.
d. Belum berjalannya koordinasi antara kelembagaan penyuluhan, petani, dan
kelembagaan profesi lainnya yang bergerak di bidang pertanian. e.
Belum semua potensi Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat LDPM dimanfaatkan dan dikembangkan.
f. Dalam rangka kemandirian pangan, kebijakan RTRW melaui Perda Perlindungan
Lahan belum secara komprehensif mencegah laju alih fungsi lahan. Perlindungan lahan adalah salah satu cara untuk merawat cita-cita kedaulatan swasembada
pangan.
Faktor-faktor pendorong adalah sebagai berikut: a.
Sumber daya manusia sudah berpengalaman. b.
Mampu mengkoordinasi SKPD lain dalam keterkaitannya dengan sistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan.
c. Adanya kelembagaan pengawasan fungsional yaitu Otoritas Kompeten Keamanan
Pangan Daerah OKKPD sebagai lembaga penjamin mutu pangan segar asal tumbuhan.
d. Jajaran pimpinan cukup senior dan berpengalaman.
e. Tersedianya alat untuk menganalisis ketersediaan dan pengelola ketersediaan pangan.
f. Adanya dukungan dari Dewan Ketahanan Pangan dan dana pemerintah dalam
rangka peningkatan ketahanan pangan. g.
Adanya penyelenggaraan dan pelaksanaan pusat perbenihan melalui Jogja Benih yang dapat mendukung kemandirian pangan melalui peningkatan produksi menuju
keaulatan pangan.
3.3. Telaahan Renstra KL dan Renstra ProvinsiKabupatenKota
Indikator kinerja dalam Renstra Kementerian Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan Pusat untuk urusan ketahanan pangan adalah skor Pola Pangan Harapan PPH,
angka konsumsi energi, dan angka konsumsi protein. Indikator kinerja BKPP DIY sudang disesuaikan dengan indikator kementerianlembaga diatasnya, dengan target kinerja
disesuikan dengan kondisi spesifik DIY.
Faktor-faktor penghambat ataupun faktor-faktor pendorong dari pelayanan SKPD yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari sasaran jangka menengah
Renstra KL ataupun Renstra SKPD provinsi kabupatenkota diuraikan dalam analisis SWOT sebagai berikut:
Review Kedua RENSTRA Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY 2012-2017
21 Tabel 3.1. Analisis SWOT
No Kekuatan
Strength Kelemahan
Weakness Peluang Oportunity
Ancaman Threat
1 Instansi pemerintah
yang memiliki tupoksi koordinasi
terkait dgn instansi lain dalam hal
ketersediaan, distribusi, konsumsi
yang didukung dengan penyuluhan
Kelembagaan yang relatif baru terbentuk
masih memerlukan konsolidasi baik ke
dalam maupun dengan instansi
terkait lainnya Pentingnya
kelembagaan ketahanan pangan
yang kuat dari ketersediaan,
distribusi hingga konsumsi
Produktivitas pangan dan kondisi
lingkungan yang tidak menentu seperti
perubahan iklim, sehingga dapat
menyebabkan defisit bahan pangan
2 Pegawai SDM sudah
berpengalaman Masih ada kendala
koordinasi dengan SKPD lain atau
dengan kabkota mengingat ada
tupoksi baru Sebagai kelembagaan
yang berdiri sendiri sehingga
memudahkan koordinasi dengan
instansi lain Sebagian anggaran
saat ini masih menyatu pada dinas
pertanian
3 Banyak pegawai
dengan derajat pendidikan tinggi,
sehingga kompetensi bagus
Jumlah masih kurang memenuhi formasi
jabatan fungsional tertentu maupun
fungsional umum Peningkatan kualitas
SDM seperti diklat manajemen, diklat
substansi teknis dan pendidikan
Adanya alih fungsi lahan pertanian ke
non pertanian yang dapat mempengaruhi
penyediaan pangan.
4 Mampu
mengkoordinasi SKPD lain dalam
keterkaitannya dengan sistem
ketersediaan, distribusi dan
konsumsi pangan Masih ada kabkota
yang belum memiliki unit ketahanan
pangan sehingga dapat menghambat
penyelenggaraan program
Adanya komitmen SDM untuk terus
menerus belajar Budaya masyarakat
seperti: malas bercocok tanam, lebih
suka makan nasi
5 Sistem jaringan kerja
sudah bagus Masih banyak SDM
yang belum memahami apa yang
menjadi visi,misi, tugas dan fungsi
SKPD Pangan merupakan
hak asasi setiap individu yang harus
dicukupi dan memenuhi hakekat
kesehatan agar mampu membentuk
SDM berkualitas Kinerja Badan
Ketahanan Pangan sangat bergantung
dengan SKPD lain diantaranya tindak
lanjut suatu program sangat tergantung
pada SKPD lain
6 Jajaran pimpinan
cukup senior dan berpengalaman
Pembagian tugas masih kurang merata
dan efektif dengan volume pekerjaan
yang cukup padat Tingginya gempuran
makanan luar, sehingga makanan
tradisional dinilai inferior
Pemanasan GLOBAL
7 Sebagai instansi baru,
menjadikan lebih leluasa dalam
penganggaran dan perumusan kebijakan
Sarana dan prasarana masih kurang
Banyaknya stakeholder yang
antusias dan selalu melibatkan Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Adanya pengembangan BBM
alternatif berbahan baku pangan
mengurangi ketersediaan pangan
masyarakat
8 Jumlah SDM sudah
cukup memadai Data yang masih jauh
dari sempurna Peran Bulog yang
tidak seperti dulu Pemahaman
masyarakat tentang