Review Kedua RENSTRA Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY 2012-2017
29 Pasal 46-48 sesuai Perda Nomor 10 Tahun 2011: yaitu a orangperseorangan yang
melakukan alih fungsi lahan pertanian dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 5 Milyar; dan b badan hukumperusahaankorporasi yang melakukan
alih fungsi lahan pertanian, pengurusnya dipidana penjara 2-7 tahun dan denda Rp 2 Milyar-Rp 7 Milyar. Selanjutnya penentuan kawasan luas lahan berkelanjutan harus pula
mengacu Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Provinsi DIY Tahun 2009 2029.
Dengan kondisi lahan pertanian yang semakin menyusut maka usaha pertanian dapat diarahkan dari budidaya produksi hasil pertanian untuk konsumsi menjadi budidaya
untuk produksi benih. Dengan luasan yang sama usaha produksi benih dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dibanding usaha budidaya produksi hasil pertanian. Mengacu
pada Peraturan Gubernur DIY Nomor 76 Tahun 2015, maka fasilitasi untuk Pusat Perbenihan Jogja Benih yang semula menjadi ketugasan Biro Administrasi Perekonomian
dan Sumber Daya Alam Setda DIY dialihkan ke BKPP DIY, tepatnya menjadi ketugasan di Bidang Koordinasi Penyuluhan. Fasilitasi tersebut menyangkut penyelenggaraan dan
pelaksanaan pusat perbenihan. Penyelenggaraan pusat perbenihan diarahkan untuk fasilitasi kegiatan eksternal Jogja Benih seperti kemitraan, promosi, penyediaan informasi,
dan dukungan sarana prasarana. Sedangkan pelaksanaannya diarahkan untuk fasilitasi kegiatan internal berupa penguatan kelembagaan dan peningkatan SDM.
3.4.3 Telaah Keamanan Pangan dalam Memasuki Kancah Persaingan MEA 2015
Penggunaan pestisida, baik insektisida, fungisida, herbisida dan bakterisida merupakan salah satu faktor input dalam produksi pertanian secara umum. Hal ini
disebabkan salah satu faktor penghambat peningkatan produksi dan kualitas produk pertanian adalah hama dan penyakit. Oleh karena itu sesuai dengan ketentuan,
penggunaan pestisida masih diperbolehkan untuk pengendalian hama dan penyakit tumbuhan dengan mempertimbangkan tepat dosis, waktu, sasaran, jenis, dan mutu
sehingga apabila masih terdapat residu pestisida pada produk hasil pertanian dibawah ambang batas yang ditetapkan.
Namun demikian masih jumpai beberapa pelaku usaha dalam melakukan proses produksi produk pertanian segar menggunakan sarana produksi berupa pestisida kimia
yang melebihi ambang batas yang ditetapkan. Hal ini akan menyebabkan cemaran residu pada produk pertanian segar jauh di atas ambang batas dan pencemaran lingkungan
berupa air dan tanah. Ada beberapa jenis cemaran pada pangan yang dapat membahayakan kesehatan yaitu:
1. Cemaran biologi yaitu antara lain
Eschericia coli, Salmonella, Staphylococcus aerius,
2. Cemaran kimia, antara lain residu pestisida, hormon, mikotoksin, logam berat
dan penggunaan bahan tambahan pangan berbahaya, 3.
Bahaya fisik, kotoran, debu, pasir, pecahan kaca, isi staples, rambut, dll. Adapun bahaya yang ditimbulkan terhadap kesehatan oleh cemaran tersebut jika
diatas ambang batas yang ditentukan dan terakumulasi dalam tubuh. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari berbagai jenis cemaran dapat dilihat pada tabel 3.5.
Review Kedua RENSTRA Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY 2012-2017
30 Tabel 3.5. Jenis Bahaya yang Ditimbulkan dari Berbagai Jenis Cemaran
JENIS BAHAYA No
Residu Pestisida Cemaran Mikotoksin
Cemaran Logam Berat
1 Penyakit kanker
Gangguan fungsi jantung Gangguan sistem syaraf
2 Gangguan sistem
reproduksi pria dan wanita
Gangguan sistem kekebalan tubuh
Gangguan sistem pernafasan paru-paru
3 Gangguan sistem syaraf
Gagal ginjal Gangguan fungsi ginjal
4 Kerusakan sistem kekebalan
tubuh -
Kelumpuhan 5
Gangguan fungsi jantung -
Kematian pada tingkat akumulasi yang tinggi
Seiring dengan perdagangan global, tidak dapat dipungkiri bahwa lalu lintas barang semakin terbuka. Hal ini memungkinkan tidak adanya batasan wilayah antar daerah dan
negara dalam lalulintas barang perdagangan dunia, sehingga membuka peluang untuk masuknya berbagai macam jenis barang termasuk bahan makanan yang kurang aman
untuk dikonsumsi masuk dari luar daerah dan luar negeri, karena adanya pengurangan pengenaan elemen tarif terhadap barang yang masuk ke suatu Negara. Dan pada saat ini isu
untuk keamanan pangan sudah menjadi isu global. Namun demikian juga menjadi peluang yang besar bagi para pelaku usaha dibidang pertanian khusus di DIY untuk menembus
pasar modern dan ekspor yang selama ini masih berorientasi pada pasar tradisional.
Oleh sebab itu diperlukan adanya upaya upaya dalam rangka meminimalisir dampak perdagangan antar daerah dan membanjirnya produk luar negeri termasuk
didalamnya pemasukan bahan pangan. Indonesia telah memiliki instrumen instrumen terkait dengan keamanan pangan itu sendiri. Undang Undang No. 18 Tahun 2012 tentang
Pangan merupakan instrumen dasar dari pengawasan keamanan pangan. Dalam undang- undang tersebut yang dimaksud dengan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, danatau pembuatan makanan atau minuman.
Mulai tahun 2007 Pemerintah Daerah DIY telah mulai mendorong masyarakat merubah paradigma berproduksi hasil pertanian dari orientasi kuantitas jumlah ke
kualitas dengan memberikan sertifikat jaminan mutu pada pelaku usaha produk sayur, buah, beras, dan tepung tepungan dengan harapan adanya peningkatan nilai tambah dan
pendapatan. Adapun lembaga pengendalian dan penjamin mutu keamanan pangan segar asal tumbuahan adalah Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah OKKPD yang telah
terbentuk tahun 2007. Lembaga ini mempunyai kewenangan melakukan pengawasan dan sertifikasi penjaminan mutu dan keamanan pangan segar asal tumbuhan.
Namun demikian ada beberapa faktor yang masih menjadi kendala dan hambatan dalam merubah paradigma dari produksi berorientasi kuantitas ke kualitas, khususnya di
DIY. Kendala dan hambatan tersebut adalah: 1. Penghargaan konsumen terhadap produk pertanian berkualitasbermutu masih
relatif rendah. 2. Terbatasnya akses ke pasar modern karena sebagian besar produk pertanian
terkendala kontinyuitas ketersediaannya.
Review Kedua RENSTRA Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY 2012-2017
31 3. Ketatnya persyaratan teknis dan admininistrasi yang membatasi produk produk
lokal masuk ke pasar modern. Dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2012, juga menerapkan kebijakan kebijakan
dalam pengawasan keamanan pangan, dalam hal ini Pangan Segar Asal Tumbuhan PSAT. Pengawasan terhadap pemasukan PSAT yang berupa buah dan sayuran segar serta produk
antara biji-bijian, tepung tepungan, sayur dan buah beku serta jamur ini perlu dilakukan. Hal ini karena komoditas pangan tersebut bersifat
perishable tidak tahan lama dan mudah rusak. Sehingga pengawasan pemasukan buah dan sayuran segar di berbagai lini mutlak
dilakukan untuk menjamin bahwa komoditas yang masuk tersebut selain tidak rusak juga tidak mengandung cemaran kimia maupun biologi sehingga aman untuk dikonsumsi. Hal
ini dikarenakan buah dan sayuran yang berasal dari perdagangan antar daerah dan terutama dari luar negeri bertujuan agar komoditas tersebut tidak rusak selama dalam
pengiriman maka dilakukan perlakuan-perlakuan antara lain secara kimiawi agar buah dan sayuran segar tetap dalam keadaan baik sehingga tetap laku di pasaran.
Pengawasan terhadap pemasukan PSAT ini sangat penting terutama buah dan sayuran segar. Buah dan sayuran segar masuk kategori sebagai pangan yang berisiko besar
karena selain mudah rusak juga karena dalam budidayanya sebagian besar menggunakan pestisida kimia dalam dosis yang cukup tinggi. Hal ini memungkinkan residu pestisida yang
digunakan selama proses budidaya dapat masuk ke dalam buah atau sayuran, dan apabila kadarnya diatas ambang batas yang ditentukan akan menyebabkan bahaya pada manusia
yang mengkonsumsinya. Oleh sebab itu dalam rangka mencegah timbulnya penyakit akibat pangan segar yang tidak aman konsumsi, maka pangan harus diawasi mulai dari tempat
produksi sampai tempat pemasukan maupun pengeluaran untuk mencegah kontaminasi.
Salah satu upaya menjawab permasalahan dan tantangan keamanan pangan, Pemerintah DIY telah mengeluarkan Perda No. 2 Tahun 2014 tentang Penjaminan Mutu
dan Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan. Perda ini sudah mulai disosialisasikan ke masyarakat maupun
stake holder serta ditindaklanjuti dengan penyusunan aturan-aturan turunannya agar dapat segera diimplementasikan.
3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis
Isu 1. Perkembangan geoekonomi dan krisis ekonomi global;
Isu 2. Sustainable Development Goals SDG s, terutama dalam mewujudkan tujuan
mengakhiri kemiskinan, kelaparan, ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, mendorong pertanian yang berkelanjutan, menjamin kehidupan yang sehat,
mendorong
pertumbuhan ekonomi,
mengurangi kesenjangan,
pola produksikonsumsi yang berkelanjutan, memerangi perubahan iklim;
Isu 3. Deklarasi
World Food Summit 1996 dan tahun 2001 untuk mengurangi penduduk dunia yang menderita lapar dan malnutrisi hingga setengahnya pada
tahun 2015; Isu 4.
Ancaman kelaparan global dan ketergantungan pangan dari luar negeri; Isu 5.
Kondisi dan beban ganda keamanan pangan; Isu 6.
Kondisi kemiskinan dan pengangguran yang berlanjut pada rawan pangan; Isu 7.
Perubahan iklim global, konversi dan degradasi sumber daya lahan dan air; Isu 8.
Pendekatan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan dalam pembangunan ketahanan pangan
di DIY sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;