Pedoman Teknis BUM DESA BERSAMA
32
pelaksanaan kegiatan unit usaha BUM Desa Bersama, dan tetap responsife dalam menghadapi dinamika unit usaha BUM Desa Bersama.
Tabel 7. 2 Peta Akuntabilitas BUM Desa Bersama yang Berhasil
Aktor Sebelum
Selama Sesudah
Warga Desa Delegasi Desa
Partisipasi Perhatian
Kewajiban
Anggota BPD Delegasi Desa
Mobilisasi Kompetisi
Pemenuhan
Kadesperangkat Desapihak
SKPDkecamatan Aksesibilitas
Deliberasi Responsivitas
Pengalaman situs pengelola jaringan desabelajar.com menunjukkan keterlibatan
pemerintah Desa sebagai penyerta modal dalam BUM Desa Bersama atau sebagai pendiri bersama masyarakat diharapkan mampu melindungi proteksi atas
intervensi yang merugikan dari pihak ketiga baik dari dalam maupun luar Desa. Demikian pula, pemerintah Desa ikut berperan dalam pembentukan BUM Desa
Bersama sesuai dengan kesepakatan yang terbangun. Untuk itu perlu dipegang teguh prinsip akuntabilitas baik oleh pemerintah Desa
maupun BUM Desa Bersama. Situs usahadesa.com dan berdesa.com
merupakan contoh jejaring BUM Desa Bersama nanti penting untuk membangun akuntabilitas dalam tata kelola pemerintahan Desa dan BUM Desa Bersama.
Dimulai dari menerapkan prinsip-prinsip dasar ilmu akuntansi. Sebagai contoh, dalam ilmu akuntansi, sebuah transaksi tak dianggap valid apabila tak memiliki
bukti transaksi yang cukup jelas. Oleh karena itu, meminta nota, kwitansi, atau bukti transaksi lainnya dalam setiap aktivitas transaksi adalah suatu keharusan. Baik itu
bernilai cukup besar transaksi diatas 1 juta rupiah maupun transaksi kecil yang nilainya hanya puluhan ribu rupiah.
B. Pembahasan Kerjasama Antar Desa Pra-Musyawarah Antar Desa
Delegasi Desa yang telah ditetapkan masing-masing Surat Keputusan Kades membahas rencana kerjasama antar Desa, sebelum penyelenggaraan
Musyawarah Antar Desa tentang kerjasama antar Desa. Pihak kecamatan dapat memfasilitasi pembahasan kerjasama antar Desa tersebut. Jika diperlukan, para
Pedoman Teknis BUM DESA BERSAMA
33
pendamping profesional maupun organisasi masyarakat peduli Desa dapat melakukan asistensi terhada proses pembahasan kerjasama antar Desa.
Agenda pembahasan fokus pada kebutuhan yang menjadi peluang setiap Desa untuk melakukan pengembangan usaha bersama, kegiatan kemasyarakatan,
pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat antar-Desa dilakukan kerja sama antar-Desa.
Hasil pembahasan adalah usulan rencana kerjasama antar-Desa dan rancangan Permakades tentang Kerjasama Antar-Desa.
Tabel 7. 3 Usulan Kerjasama Antar Desa Contoh Bidang Kerjasama Antar Desa
Usulan Pengembangan ekonomi dan
usaha bersama Mendirikan BUM Desa Bersama untuk:
pengembangan potensi wisata; pembangunan,
pengembangan, dan
pemeliharaan pasar wisata; pembangunan toko grosir, bekerjasama
dengan usaha warga desa lainnya; pengelolaan dana bergulir; danatau
kegiatan usaha bersama lainnya
Sosial kemasyarakatan antar-Desa pengembangan dan peningkatan kapasitas
masyarakat melalui kegiatan bakti sosial, bantuan pada rumah tangga miskin, dan
kegiatan kemasyarakatan antar-Desa lainnya
Pemberdayaan masyarakat antar- Desa
pengembangan dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui penyelenggaraan kursus,
pelatihan, dan kegiatan pengembangan kapasitas yang melibatkan Desa; dan
kegiatan pemberdayaan masyarakat antar- desa lainnya
Pembangunan Desa skala antar- Desa
Unit kerja pengelola data profil sumber daya alam kawasan perdesaan yang dimanfaatkan
oleh BUM Desa Bersama
C. Musyawarah Antar Desa tentang Kerjasama Antar Desa
Delegasi Desa bersepakat menyelenggarakan Musyawarah Antar Desa. Camat dapat memfasilitasi proses berlangsungnya musyawarah.
Agenda Musyawarah Antar Desa, antara lain membahas: 1. Usulan rencana kerjasama antar Desa
2. Usulan tata kerja BKAD Unit kerja BKAD dapat dibentuk sesuai kebutuhan atau bidang kegiatan
antar-Desa.
Pedoman Teknis BUM DESA BERSAMA
34
Dalam hal kegiatan kerjasama usaha bersama, maka Musyawarah Antar Desa dapat membahas pembentukan unit kerja yang bertugas melakukan
fasilitasi pendirian BUM Desa Bersama.
Unit kerja ini hanya memfasilitasi dan bukan menjadi pihak yang menetapkan BUM Desa Bersama. Kewenangan penetapan BUM Desa
Bersama tetap dilakukan oleh para Kepala Desa dan dinyatakan melalui produk hukum Permakades.
BKAD bertanggungjawab kepada Kepala Desa sehingga disarankan agar ketuakoordinator BKAD tidak berasal dari unsur Kepala Desa. Kepala Desa
dapat memegang kedudukan sebagai penasihat atau sebutan lain. 3. Pemilihan, penetapan danatau pemberhentian susunan kepengurusan BKAD.
4. Rancangan Permakades tentang Kerjasama Antar Desa, disertai penetapan susunan kepengurusan BKAD. lihat Lampiran 4.
Untuk efektivitas penyusunan Permakades yang efektif, Permakades tentang Kerjasama Antar Desa dapat disertai Lampiran sebagai bagian tak
terpisahkan dari Permakades: Tata kerja yang rinci seperti standar prosedur operasional BKAD
Susunan kepengurusan BKAD
5. Usulan dan penetapan Peraturan Bersama Kepala Desa tentang BKAD
opsional
Permakades tentang BKAD merupakan perintah delegatif dari Permakades tentang Kerjasama Antar-Desa.
Kepala Desa merupakan subjek hukum menurut ketentuan dalam UU Desa, dan BKAD bertanggungjawab kepada Kepala Desa, sehingga
Permakades tentang BKAD ini dapat disusun sebatas mengatur tata kerja dan susunan kepengurusan yang tidak memposisikan ketua BKAD
sebagai subjek hukum tersendiri diluar Kepala Desa. BKAD ditetapkan dengan Permakades sebagai produk hukum yang diakui
oleh UU Desa, sehingga BKAD tidak perlu ditetapkan dengan Akte Notaris. BKAD ditetapkan oleh para Kepala Desa.
BKAD bukanlah institusi yang bersifat eksklusif atau berada diatas institusi Desa, sehingga BKAD tidak perlu menjadi organisasi berbadan hukum
privat seperti Perkumpulan Badan Hukum dan lain sebagainya. Dalam praktek hukum, ADART Perkumpulan Badan Hukum hanya mengenal
rapat anggota, sedangkan BKAD tunduk dalam Musyawarah Antar-Desa
Pedoman Teknis BUM DESA BERSAMA
35
dan pertanggungjawaban kepada Kepala Desa. Ketentuan ADART badan hukum privat tidak kompatible dengan BKAD yang diatur dalam UU
Desa, sesuai asas hukum Lex Posterior Derogat Legi Priori peraturan perundang-undangan yang lebih baru, mengesampingkan peraturan
perundang-undangan yang lebih lama. ADART BKAD tidak perlu disusun dan ditetapkan melalui Permakades,
karena BKAD bukan organisasi yang membawahi Desa, tapi representasi atas kepentingan Desa, yang bertanggungjawab kepada para Kepala
Desa.
D. Penetapan Permakades tentang Kerjasama Antar Desa