Pedoman Teknis BUM DESA BERSAMA
9
pembangunan kawasan perdesaan. Pengarustamaan Desa berkeyakinan, meskipun ujung dari pembangunan kawasan perdesaan adalah ekonomi, tetapi
aktor dan institusi juga penting untuk diperhatikan agar kue pembangunan tidak secara timpang hanya dinikmati oleh investor besar, tetapi Desa hanya terkena
dampak buruh dan hanya menjadi penonton. Oleh karena itu pembangunan kawasan perdesaan tidak hanya berbicara tentang lokasi, ruang, lokus,
perencanaan, produk dan komoditas unggulan One Village One Product, tetapi juga berbicara tentang eksistensi dan partisipasi Desa, pembangunan partisipatif
dan pemberdayaan masyarakat.
B. Memeratakan Pembangunan.
Pembangunan kawasan perdesaan dalam konteks ini berarti menghadirkan negara ke ranah perdesaan, melakukan pemerataan pembangunan, untuk
mengurangi ketimpangan dan urbanisasi. Pusat-pusat pertumbuhan agroindustri, agrobisnis, agropolitian, agrowisata, industrialisasi, minapolitan, dan sebagainya
yang berkala menangah dan besar merupakan bentuk nyata pemerataan pembangunan. Arena ini akan mendatangkan dua keuntungan langsung bagi
masyarakat Desa, yaitu lapangan pekerjaan dan kesempatan bisnis bagi pelaku wirausaha ekonomi lokal setempat yang berasal dari Desa.
C. Memperkuat Desa. Memperkuat Desa merupakan jantung membangun Desa. Dalam formasi
pembangunan partisipatif, pembangunan kawasan perdesaan bukan hanya menempatkan Desa sebagai lokasi dan obyek penerima manfaat, tetapi juga
memperkuat posisi Desa sebagai subyek yang terlibat mengakses dalam arena dan kegiatan pembangunan kawasan perdesaan. Dilihat dari perspektif Desa, ada
tiga platform penting memperkuat Desa dalam pembangunan kawasan perdesaan.
Pertama, kerjasama kolaborasi Desa . Perspektif dan formasi “Desa
Membangun” sangat penting tetapi tidak cukup. Pola ini bisa menjebak Desa terisolasi dengan dunianya sendiri atau seperti katak dalam tempurung.
Karena itu kerjasama Desa harus dibangun, yang didasarkan pada kesamaan kepentingan dan tujuan. Misalnya, sejumlah Desa bekerjasama
membangun jalan poros Desa dengan dana Desa, sejumlah Desa menangkap air sungai untuk keperluan irigasi dan budidaya perikanan darat,
Pedoman Teknis BUM DESA BERSAMA
10
sejumlah Desa membangun minapolitan secara bersama, sejumlah Desa bersama warga petani menanam sawit secara mandiri, sejumlah Desa
bersama perajin membangun pasar dan distribusi, dan sebagainya. Kedua, Badan Usaha Milik Desa BUM Desa Bersama sebagai lembaga
ekonomi Desa yang berbasis pada kerjasama antar-Desa. BUMDesa Bersama merupakan representasi Desa yang mempunyai otoritas langsung
untuk memiliki dan mengelola sumberdaya publik tanah Desa, dana Desa, dana bergulir, hibah pemerintah, sumberdaya alam bersama sebagai modal
untuk menjalankan bisnis. BUM Desa Bersama dapat menjadi wadah dan patron yang menyatukan sekaligus melindungi banyak pelaku ekonomi kecil
menjadi bisnis yang lebih besar, tanpa harus mencaplok usaha bisnis yang sudah berkembang.
Ketiga, keterlibatan desa dalam bagi saham dan bagi hasil shareholding
dalam investasi pembangunan kawasan perdesaan. NAWACITA maupun RPJMN 2015-2019 sudah mengamanatkan hal ini. Selama ini investasi
pembangunan kawasan perdesaan menempatkan Desa sebagai pemangku kepentingan stakeholder yang sebenarnya hanya menempatkan Desa
sebagai “teman diskusi”. Sedangkan investor dari luar yang bertindak sebagai shareholder utama. Tetapi karena teori stakeholding itu merugikan
Desa, maka sekarang berubah menjadi shareholding. Desa, maupun orang Desa, tidak hanya sebagai lokasi, buruh, dan penerima manfaat tetapi juga
sebagai pemilik atas investasi melalui bagi saham dan bagi hasil. Tanah Desa maupun tanah warga tidak dibeli habis oleh investor, melainkan
disertakan sebagai modalsaham dalam investasi. Hasil dari investasi ini mendatangkan Pendapatan Asli Desa yang digunakan untuk membiayai
pemerintahan, pelayanan publik, sekaligus juga pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.
D. Memberdayakan Masyarakat.