Mengelola Modal Kerja PENGEMBANGAN BUM DESA BERSAMA 68

Pedoman Teknis BUM DESA BERSAMA 44

C. Mengelola Modal Kerja

Secara harafiah, modal kerja berarti modal untuk bekerja. Pengertian modal kerja working capital dibagi menjadi dua, yaitu modal kerja kotor gross working capital dan modal kerja bersih nett working capital. Modal kerja kotor merupakan keseluruhan jumlah kas, piutang dan persediaan. Sedangkan modal kerja bersih adalah modal kerja kotor yang sudah dikurangi dengan kewajiban-kewajiban atau hutang lancar jangka pendek. Manajer keuangan BUM Desa Bersama mencurahkan waktunya untuk manajemen modal kerja working capital management. Hal mendasar dalam kebijakan modal kerja BUM Desa Bersama meliputi: a. Jumlah aktiva lancar kas, piutang, dan persediaan yang sesuai untuk dipelihara oleh BUM Desa Bersama, baik secara total maupun per rekening. b. Sumber pendanaan untuk aktiva lancar. Modal kerja BUM Desa Bersama dapat dilihat pada neraca sebelah kiri. Manajemen modal kerja yang efektif akan berdampak pada likuiditas BUM Desa Bersama. Investasi modal kerja merupakan proses terus menerus selama BUM Desa Bersama beroperasi dan dipengaruhi oleh: a. Jumlah dana yang diinvestasikan pada aset lancar kas, piutang, dan persediaan. b. Jumlah hutang jangka pendek yang digunakan. c. Tingkat investasi pada setiap jenis aset lancar. d. Sumber dana tertentu dan komposisi hutang lancar yang harus dipertahankan. Modal kerja ditentukan oleh siklus operasi, yaitu mulai dari uang tunai, pengadaan bahan, proses produksi, distribusi penjualan, sampai menjadi uang tunai kembali. Besar kecilnya modal kerja ditentukan oleh: a. Jenis produk yang dibuat. Kebutuhan modal kerja usaha PAMDes akan berbeda dengan toko saprotan. b. Jangka waktu siklus operasi. Semakin lama proses uang tunai menjadi uang tunai kembali maka semakin besar kebutuhan modal kerjanya. c. Tingkat penjualan. Semakin tinggi tingkat penjualan maka kebutuhan investasi pada persediaan juga akan makin besar. Pedoman Teknis BUM DESA BERSAMA 45 Roti dijual pagi hari ke toko-toko dengan sistem pembayaran tunai, sehingga pada sore hari uang telah kembali. Untuk membeli bahan baku dan membayar ongkos karyawan perhari membutuhkan modal Rp. 1.000.000,-hariproduksi. Pengusaha roti ini mengambil keuntungan 20. Jika semua roti terjual maka pada sore hari akan memperoleh uang sebesar Rp 1.200.000,-. Jika ada pesaing yang menjual roti sejenis ke toko langganan tapi dengan sistem konsinyasi satu hari, maka BUM Desa Bersama tersebut juga harus menggunakan sistem konsinyasi agar toko mau menjualkan roti produksinya. Sistem konsinyasi 1 hari menyebabkan modal kerja tidak akan kembali hari itu juga. Jadi BUM Desa Bersama tidak akan dapat berproduksi kalau tidak menambah modal sebesar Rp 1.000.000,- Akibatnya modal kerja membengkak 2 kali lipat menjadi Rp 2.000.000,- d. Kebijakan persediaan. Semakin tinggi tingkat persediaan, maka semakin besar kebutuhan modal kerjanya. e. Kebijakan penjualan kredit. Semakin besar penjualan kredit piutang usaha maka akan semakin besar pula kebutuhan modal kerjanya. f. Seberapa jauh efisiensi manajemen aktiva lancar. Semakin efisien pengelolaan kas, piutang, dan persediaan maka semakin kecil modal kerjanya. Untuk menentukan besarnya kebutuhan modal kerja, berikut ilustrasi sederhananya: BUM Desa Bersama memproduksi roti pada malam hari untuk dijual di toko. Modal kerja ini dapat dikurangi jika pengelola BUM Desa Bersama dapat mengurangi hari keterikatan dana pada biaya. Misalnya melakukan nego kepada pemasok bahan baku untuk mengurangi waktu pembayaran bahan baku dari 4 hari menjadi 3 hari, melatih pekerja sehingga proses produksi dari 3 hari menjadi 2 hari. Semua itu jika dilakukan maka akan dapat mengurangi modal kerja. Sumber daya manusia BUM Desa Bersama penasihat, pengawas, pembina, pelaksana operasional, sampai dengan karyawan sebagai motor penggerak unit usaha BUM Desa Bersama perlu dikembangkan secara profesional, tanpa meninggalkan tradisi lokal. Pengembangan BUM Desa Bersama ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia SDM di Desa. Organisasi masyarakat peduli Desa FPPD, 2014 telah lama mengabdi untuk mengembangkan manajemen SDM di Desa mulai dari: Bagan 9.1 Management Sumber Daya Manusia

A. Perencanaan SDM