Batas Waktu dan Perpanjangan SPT

29 Ketentuan Umum Dalam Perpajakan Apabila wajib pajak tidak dapat menyampaikan atau menyiapkan laporan keuangan tahunan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan agar memperoleh perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan PPh. Permohonan penundaan penyampaian SPT-Tahunan diajukan kepada Direktur Jendral Pajak secara tertulis dengan disertai: a. Alasan-alasan penundaan penyampaian SPT-Tahunan b. Surat pernyataan perhitungan sementara pajak yang terutang dalam satu tahun pajak c. Bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang menurut perhitungan sementara tersebut. Dalam hal wajib pajak diperbolehkan menunda penyampaian SPT dan ternyata perhitungan sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang, maka atas kekurangan pembayaran tersebut dikenakan bunga sebesar 2 sebulan yang dihitung dari saat berakhirnya kewajiban penyampaian SPT-Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran. 3. Sanksi Keterlambatan dan Tidak Menyampaikan SPT Sanksi Keterlambatan Tidak Menyampaikan SPT Tidak Menyampaikan SPT Menyampaikan SPT Tidak Benar Tidak Lengkap Karena Sengaja Tidak Menyampaikan SPT Menyampaikan SPT Tapi Tidak Benar Tidak Lengkap Karena Alpa Wajib Pajak Terlambat Menyampaikan SPT Pidana 4 Th Denda 4 X pajak terutang Denda SPT Masa Denda SPT Tahunan Pidana 1 Th Denda 2 X Pajak Terutang Modul Paket Keahlian Akuntasi Sekolah Menengah Kejuruan SMK 30 Wajib Pajak terlambat menyampaikan SPT dikenakan denda sebagai berikut: 1. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Rp 100 ribu; 2. SPT Tahunan PPh Badan Rp 1 juta; 3. SPT Masa PPN Rp 500 ribu;

4. SPT Masa Lainnya Rp 100 ribu.

4. Pembetulan Pajak Apabila diketahui terdapat kesalahan pada SPT, Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan SPT atas kemauan sendiri dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu dua tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, dengan syarat Dirjen Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan. Dalam hal ini Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT terakhir sampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan SPT tersebut. Sekalipun jangka waktu pembetulan SPT 2 tahun telah berakhir, sepanjang Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak kepada Wajib Pajak masih diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan. Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam suatu laporan tersendiri. Pengungkapan ini terbatas pada hal-hal berikut ini: a. Pajak-pajak yang harus dibayar menjadi lebih besar; atau b. Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil; atau c. Jumlah harta menjadi lebih besar; atau d. Jumlah modal menjadi lebih besar. Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT tersebut, beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50 lima puluh persen dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi sebelum laporan disampaikan. 31 Ketentuan Umum Dalam Perpajakan Wajib Pajak yang Dikecualikan dari Kewajiban Melaporkan Surat Pemberitahuan SPT Wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT adalah wajib Pajak PPh tertentu yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu tahun pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak melebihi penghasilan kena pajak sebagai mana yang dimaksud dalam Pasal 7 Undang-Undang PPh. Wajib pajak dengan kriteria ini dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT masa pajak penghasilan pasal 25 dan SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi. b. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas. Wajib pajak ini dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT masa PPh pasal 25. D. Aktivitas Pembelajaran Amatilah kasus di bawah ini: SPT dan Faktur Pajak Digelapkan, Negara Rugi Rp 95 Miliar Kejaksaan Tinggi Jawa Timur menerima pelimpahan dua kasus penggelapan pajak senilai lebih dari Rp 95 miliar dari Kejaksaan Agung dan Direktorat Jenderal Pajak, Selasa 28 Juli 2015. Dalam kedua kasus itu negara telah dirugikan masing-masing sebesar Rp 40,6 miliar dan Rp 55,146 miliar. Direktur Intelejen dan Penyidikan Pajak di Direktorat Jenderal Pajak, Yuli Kristoyo, mengatakan, pelimpahan disertai tersangka dan barang bukti. Kasus pertama adalah dugaan penyalahgunaan Surat Pemberitahuan SPT pajak atas nama PT TD. Penyalahgunaan dengan cara tidak melaporkan SPT Tahunan PPh Badan dan SPT Masa PPN sejak Januari 2005 hingga Desember 2007 dengan tersangka mantan Direktur PT TD yaitu YO. Dengan ini negara dirugikan sekitar Rp 40,6 miliar, ujar Yuli. Dia menjelaskan, modus yang digunakan tersangka adalah dengan membuat dua rekening untuk menampung hasil penjualan. Rekening pertama hasil penjualannya dilaporkan dalam SPT sedangkan rekening yang kedua tidak dilaporkan. Uang tersebut untuk keperluan pribadinya sendiri. Atas perbuatannya itu, YO dijerat dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana diubah dalam UU Nomor 16 Tahun 2009. Ancaman pidana yang dihadapinya maksimal enam tahun penjara dan denda Modul Paket Keahlian Akuntasi Sekolah Menengah Kejuruan SMK 32 maksimal enam kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. 1. Coba Anda identifikasi tentang masalah- masalah yang terkait dengan Pelaporan Pajak 2. Diskusikan dengan rekan Anda berdasarkan pengamatan pada kasus di atas tentang: a. Alasan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan penggelapan Surat Pemberitahuan SPT b. Alasan SPT harus dilaporkan ke kantor pajak c. Hal yang kemungkinan akan terjadi apabila wajib pajak tidak melaporkan SPT d. Tindakan tepat yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk meminimalisir wajib pajak melakukan penggelapan SPT Langkah 1 Setiap perusahaan pasti melakukan transaksi dalam kegiatan usahanya. Untuk itu diperlukan pencatatan agar memuat data atas aktivitas transaksi tersebut. Pencatatan tersebut dinamakan sebagai jurnal yang dicatat sebagai debet dan kredit yang nantinya akan dijadikan laporan keuangan. Sebagai contoh : Jenis usaha Loundry, yang dimiliki oleh Azizah’s Loundry.. 10 Mei 2015 Diterima per kas dari pelanggan atas jasa cucian sebesar Rp. 300.000,00 12 Mei 2015 membayar sewa 1 bulan sesuai kontrak sewaRp. 250.000,00 15 Mei 2015 membeli bahan habis pakai secara kredit dari Toko Elektronik sebesar Rp. 200.000