Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, Bonus yang diterima Mantan Pegawai

Modul Paket Keahlian Akuntasi Sekolah Menengah Kejuruan SMK 78 15 x Rp 15.000.000 = Rp 2.250.000,00 Total PPh yang dipotong = Rp 4.750.000,00 10. Honorarium dan Pembayaran Lain yang diterima oleh Tenaga Ahli Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai, dan Aktuaris sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan PB x 2 Misalnya Hasan seorang akuntan mendapat honor atas jasa mengaudit laporan keuangan PT. Hasna sebesar Rp 60.000.000,00. Atas pembayaran honor ini PT. Hasna harus memotong PPh sebesar Rp 1.200.000,00 2 x 60.000.000. Sehingga honor yang diberikan pada Hasan sebesar Rp 58.800.000 60.000.000-1.200.000

11. Honorarium yang diterima oleh Pegawai Tidak Tetap, Pemagang, Calon Pegawai

PB – PTKP x Tarif Pasal 17 Misalnya Karman seorang sopir perusahaan dengan status pegawai tidak tetap setiap bulan menerima honor sesuai dengan jumlah hari kerja. Pada bulan Maret 2016 Karman bekerja selama 20 hari dengan honor Rp 250.000 per hari. Maka PPh yang dipotong pada bulan Maret adalah sebagai berikut: Honor Maret Rp 200.000 x 20 hr = Rp 4.000.000 Penghasilan Neto setahun = Rp 48.000.000 PTKP setahun TK- = Rp 36.000.000 Penghasilan Kena Pajak = Rp 12.000.000 Pajak Terutang setahun 5 x 12.000.000 = Rp 600.000 Pajak terutang sebulan Rp 600.00012 = Rp 50.000 12. Honorarium dan pembayaran lain yang diterima oleh Tenaga Lepas Seniman, Olahragawan, Penceramah, Pemberi Jasa, Pengelola Proyek, Peserta Perlombaan, PDL Asuransi, dll PB x Tarif Pasal 17 79 Ketentuan Umum Dalam Perpajakan Contoh : Sumanto seorang penceramah memberikan ceramah pada lokakarya dan menerima honorarium Rp 2.500.000,00. PPh pasal 21 terutang = 5 x Rp 2.500.000 = Rp 125.000,00 Mekanisme Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pemotong pajak wajib memberikan Bukti pemotongan PPh pasal 21 baik diminta ataupun tidak pada saat dilakukan pemotongan kepada orang pribadi yang bukan pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima jaminan hari tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti pemotongan PPh pasal 21 kepada pegawai tetap termasuk penerima pensiun bulanan, dengan menggunakan formulir yang ditentukan oleh Dirjen Pajak. Contoh bukti pemotongan PPh Pasal 21 dapat dilihat pada gambar 3.2. halaman 26. Penyetoran PPh pasal 21 dilakukan dengan menggunakan SSP ke Kantor pos atau Bank persepsi selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya. SSP dibuat dalam rangkap lima yaitu : 1. Lembar 1 untuk arsip Wajib Pajak 2. Lembar 2 untuk KPP melalui KPKN 3. Lembar 3 untuk dilaporkan oleh WP ke KP 4. Lembar 4 untuk Bank PersepsiKantor Pos dan Giro 5. Lembar 5 untuk Arsip Wajib Pungut atau Pihak Lain Setiap Pemotong pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat pemotong terdaftar atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat. Sejak tahun pajak 2009 sejak berlakunya UU 362008 maka kewajiban untuk melaporkan SPT tahunan PPh Pasal 21 formulir SPT 1721 tidak berlaku lagi. Contoh : PT Adila dengan NPWP 04.003.096.0.641.000 yang beralamat di Jl. Pamularsih 36 Semarang, pada bulan April 2016 PT Adila memungut dan memotong PPh pasal 21 atas pembayaran gaji dan honorarium karyawan maupun bukan karyawan yang menerima penghasilan dari PT Adila. Jumlah pemotonganpemungutan PPh pasal 21 pada bulan April 2016 yang