Adaptasi Oleh Masyarakat Kampung Aur

sampah-sampah. Ternyata sampah-sampah yang berupa gelas-gelas plastik minuman, botol-botol plastic ada pula kadang botol-botol kaca, bisa kami kutip dan kami jual ke tukang botot. Lingkungan bersih, dapat pulak lagikan uang masuk…?? Uangnya bisa kami kumpulkan dan kami pergunakan untuk membeli sekop sampah atau membantu membeli alat penyedot lumpur.” Budi Bahar, 43 tahun Semua pemuda bahkan ada juga anak-anak yang ikut membantu sambil bermain lumpur senang melakukan kegiatan ini. peluang yang dimanfaatkan oleh para pemuda Kampung Aur merupakan salah satu bentuk reaksi positif. Selain mereka membersihkan lingkungan dan mencegah lingkungan dari ancaman banjir susulan, paling tidak akan mengurangi resiko adanya banjir akibat adanya penumpukan sampah di lingkungan Kampung Aur.

3.3.3 Adaptasi Oleh Masyarakat Kampung Aur

Banjir yang terjadi di Kampung Aur bukanlah banjir yang terjadi hanya sekali dua kali saja. Tetapi sudah langganan setiap tahunnya. Bahkan pernah terjadi selama seminggu penuh. Dengan keadaan yang demikian membuat masyarakat mempunyai cara dan tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh banjir, menjadi suatu adaptasi yang sesuai dengan budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat di Kampung Aur. Berbagai bentuk cara dan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat di Kampung Aur, khususnya bagi warga yang tinggal persis di bantaran sungai. Salah satu bentuk aktifitas yang masuk ke dalam agenda kegiatan rutin masyarakat adalah merubah Universitas Sumatera Utara kebiasaan membuang sampah ke sungai. Ada cara yang dilakukan secara tidak langsung yang dilakukan adalah dengan memasang spanduk di sisi jembatan HVA, bertuliskan “KAMI BANGGA UNTUK TIDAK MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI DELI”. Spanduk tersebut dipasang di sisi jembatan HVA dan mudah di lihat oleh masyarakat ketika berdiri di pinggir sungai, tujuannya adalah ketika masyarakat hendak membuang sampah ke sungai dan melihat spanduk tersebut, ada perasaan segan dan mengurung niat untuk membuang sampah ke sungai. “Spanduk tersebut di pasang tanggal 1 Juli kemarin dek, kebetulan kami masyarakat Kampung Aur mengadakan upacara di halaman Masjid Ja’ami dalam rangka HUT Kota Medan. Sekaligus membentuk komunitas anak-anak yang peduli lingkungan yaitu LABOSUDE Laskar Bocah Sungai Deli yang di hadiri oleh Bapak Sofyan Tan, beliau sebagai orang yang cinta lingkungan juga. Jadi kegiatan kami kemarin adalah membersihkan sungai, dan menelusuri sungai Deli sampai ke daerah Multatuli sana.Pak Sofyan Tan sebagai penasihat LABOSUDE dan abang sendiri sebagai pembinanya.” Budi Bahar, 43 tahun Bang Budi termasuk salah satu orang yang peduli lingkungan. Beliau berusaha bagaimana caranya agar masyarakat Kampung Aur tidak membuang sampah lagi ke sungai. Perilaku tersebut harus ditanam sejak dini, dengan cara membentuk komunitas cinta lingkungan “LABOSUDE” yang beranggotakan anak-anak. Kegiatan yang akan di lakukan oleh LABOSUDE adalah di waktu liburan sekolah atau hari libur nasional, anak-anak akan diarahkan untuk membersihkan sungai Deli dari sampah-sampah dan mensosialisasikan kepada mereka untuk tidak membuang sampah ke sungai. Adaptasi yang dilakukan masyarakat untuk menghindari korban jiwa ketika banjir datang yaitu dengan mendirikan rumah menjadi dua tingkat. Bagi mereka lebih Universitas Sumatera Utara mudah naik ke lantai dua daripada harus naik ke jalan. Selain untuk menghindari barang-barang mereka hilang diambil oleh orang bukan warga Kampung Aur yang mencari kesempatan dalam keadaan terjepit.

3.3.4 Penyebab Masyarakat Kampung Aur Bertahan