Curah Hujan Panjang dan Kemiringan DAS Deli Prasarana dan Sarana Pendidikan No. Prasarana dan Sarana Peribadatan No.

Terdapat banyak kegiatan yang menimbulkan degradasi sungai pada daerah ini, pemukiman kumuh pada bantaran sungai, pembuangan limbah domestik dan industri, pembuangan sampah, pengubahan alur sungai, pengerasan benteng sungai dengan beton dll. Pada lokasi-lokasi pemukiman kumuh, penduduk memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, cuci dan juga kakus. Pada umumnya limbah domestik yang masuk ke Sungai Deli tidak mengalami pengolahan terlebih dahulu. Menurut survey yang dilakukan oleh Bapedalda 2003, terdapat lebih dari 89 saluran air limbah domestik ke Sungai Deli beserta anak-anak sungainya dan lebih dari 48 lokasi pembuangan sampah pada bibirbantaran sungai.

c. Daerah Hilir

Topografi daerah hilir Sungai Deli semakin landai dengan kemiringan 0.2 laju air pada daerah ini semakin lambat, terutama kearah muara. Daerah hilir merupakan sentral industri, terdapat lebih dari 54 kegiatanindustri disepanjang Sungai Deli, termasuk hotel dan rumah sakit, banyak diantara industri ini yang membuang limbahnya ke Sungai Deli tanpa pengolahan terlebih dahulu. 22

2.2.2 Iklim

Iklim di daerah air Sungai Deli menunjukkan sedikit perbedaan antara musim kemarau dan musim hujan. Suhu udara berkisar antara 21 C-33 C dan suhu rata-rata tahunan adalah 26 C.

a. Curah Hujan

22 Sumber: Laporan pemantauan kualitas dan upaya pencemaran sungai Deli. Dokumen Bapedalda, 2006 Universitas Sumatera Utara Curah hujan disebelah selatan daerah pegunungan dan sebelah utara daerah pantai diperkirakan masing-masing berkisar 2.800 mmtahun dan 1.700 mmtahun. Dari catatan hujan sepanjang tahun, diketahui bahwa curah hujan terendah pada bulan Februari dan tertinggi pada bulan September. Pada daerah yang lebih tinggi, curah hujan juga lebih tinggi. Rata-rata curah hujan tahunan diperkirakan 2.337 mmtahun. Musim hujan mulai bulan Januari sampai bulan Juli sedangkan musim kemarau mulai bulan Juli sampai Desember. Namun demikian, hujan dapat terjadi setiap bulan, sehingga perbedaan antara musim hujan dan kemarau kurang jelas.

b. Panjang dan Kemiringan DAS Deli

Panjang sungai dan kemiringan pada DAS Deli seluas 32,581 ha dengan kemiringan lereng 5, 7,445 ha dengan kemiringan lereng antara 5-15, 6,273 ha dengan kemiringan lereng 15-35, 1,521 ha dengan kemiringan lereng 35-50 dan 342 ha dengan kemiringan 50

c. Debit Air Sungai Deli

Debit air Sungai Deli dari tahun ke tahun mengalami penurunan, hal ini terutama karena konversi hutan yang terjadi pada daerah hulu sungai. Pada saat ini terdapat dua stasiun pengukuran debit air Sungai Deli yakni di Helvetia pada koordinat 03 37’39.1” LU, 098 39’53.6” BT dan 21 m dpl serta di Simei-mei pada koordinat 03 28’33.6” LU, 098 .40’36.0” BT dan 59 m dpl.

2.2.3 Sungai Deli Dalam Perspektif Sejarah

Universitas Sumatera Utara Dalam buku The History of Medan tulisan Tengku Luckman Sinar 1991, dituliskan bahwa menurut “Hikayat Aceh”, Medan sebagai pelabuhan telah ada pada tahun 1590, dan sempat dihancurkan selama serangan Sultan Aceh Alauddin Saidi Mukammil kepada Raja Haru yang berkuasa di situ. Serangan serupa dilakukan Sultan Iskandar Muda tahun 1613, terhadap Kesultanan deli. Sejak akhir abad ke-16, nama Haru berubah menjadi Ghuri, dan akhirnya pada awal abad ke-17 menjadi Deli. Pertempuran terus-menerus antara Haru dengan Aceh mengakibatkan jumlah penduduk Haru jauh berkurang. Sebagai daerah taklukan, banyak warganya yang dipindahkan ke Aceh untuk dijadikan pekerja kasar. Selain dengan Aceh, Kerajaan Haru yang makmur ini juga tercatat sering terlibat pertempuran dengan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaka. Juga dengan kerajaan dari Jawa. Serangan dari Pulau Jawa ini antara lain tercatat dalam kitab Pararaton yang dikenal dengan Ekspedisi Pamalayu. Dalam Negarakertagama, Mpu Prapanca juga menuliskan bahwa selain Pane Panai, Majapahit juga menaklukkan Kampe Kampai dan Harw Haru. 23 Selanjutnya Guru Patimpus menikah dengan adik Tarigan, pemimpin daerah sekarang bernama Pulau Brayan dan membuka Desa Medan yang terletak di antara Sungai Babura dan Sungai Deli. Dia pun lalu memimpin desa tersebut. Oleh karena itu, 23 Dalam riwayat Hamparan Perak yang dokumen aslinya ditulis dalam huruf Karo pada rangkaian bilah bamboo, tercatat Guru Patimpus, tokoh masyarakat Karo, sebagai yang pertama kali membuka “desa” yang diberi nama Medan. Namun naskah asli Riwayat Hamparan Perak yang tersimpan di rumah Datuk Hamparan Perak terakhir telah hangus terbakar ketika terjadi “kerusuhan” sosial, tepatnya tanggal 4 Maret 1946. Patimpus adalah anak Tuan Si raja Hita, pemimpin Karo yang tinggal di Kampung Pekan Pakan. Ia menolak menggantikan ayahnya dan lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan mistik, sehingga akhirnya dikenal sebagai Guru Patimpus. Antara tahun 1614-1630 Masehi, Ia belajar agama Islam dan diislamkan oleh Datuk Kota Bangun, setelah kalah dalam adu kesaktian. Universitas Sumatera Utara nama Guru Patimpus saat ini diabadikan sebagai nama salah satu jalan utama di Kota Medan. Nama Deli mulanya berasal dari nama seorang anak raja satu kerajaan di India yang bernama Muhammad Dalik, perahunya tenggelam di dekat Kuala Pasai sehingga ia terdampar di Pasai, daerah Aceh sekarang. Tidak lama sesudah ia datang di Aceh, Sultan Aceh mengalami kesulitan untuk menaklukkan tujuh laki-laki dari Kekaisaran Romawi Timur yang membuat kekacauan. Dalik berhasil membunuh para pengacau tersebut satu persatu. Sebagai penghargaan atas keberhasilannya membunuh para pengacau tersebut, Sultan memberinya gelar Laksamana Kud Bintan dan menunjuknya sebagai Laksamana Aceh. Atas berbagai keberhasilannya dalam pertempuran akhirnya ia diangkat sebagai Gocah Pahlawan, pemimpin para pemuka Aceh dan raja-raja taklukkan Aceh. Beberapa tahun kemudian, Dalik meninggalkan Aceh dan membuka negeri baru di Sungai Lalang-Percut. Posisinya di daerah baru adalah sebagai wakil Sultan Aceh di wilayah bekas Kerajaan Haru dari batas Tamiang sampai Sungai Rokan Pasir Ayam Denak dengan misi, menghancurkan sisa-sisa pemberontak Haru yang didukung Portugis, menyebarkan Islam hingga ke dataran tinggi, serta mengorganisir administrasi sebagai bagian dari Kesultanan Aceh. Untuk memperkuat posisinya ia menikahi adik Raja Sunggal Datuk Itam Surbakti yang bernama Puteri Nang Baluan Beru Surbakti, sekitar 1632 M. pengganti Gocah, memproklamasikan berdirinya Kesultanan Deli yang terpisah dari Aceh, serta mulai membangun relasi dengan Belanda di Malaka. Universitas Sumatera Utara Berdirinya kesultanan Deli ini juga salah satu cikal berdirinya Kota Medan. Nama Deli sesungguhnya muncul dalam “Daghregister” VOC di Malaka sejak April 1641, yang dituliskan sebagai Dilley, Dilly, Delli atau Delhi. Mengingat asal Gocah Pahlawan dari India, ada kemungkinan nama Deli itu berasal dari Delhi, nama kota di India. Belanda tercatat pertama kali masuk di Deli tahun 1641, ketika sebuah kapal yang dipimpin Arent Patter merapat untuk mengambil budak. Selanjutnya, hubungan Deli dengan Belanda semakin mulus. Tahun 1863 Kapal Josephine yang membawa orang perkebunan tembakau dari Jawa Timur, salah satunya Jacobus Nienhujis, dari Firma Van Den Arend Surabaya mendarat di Kesultanan Deli. Oleh Sultan Deli, ia diberi tanah 4.000 ha untuk kebun tembakau, dan mendapat konsesi 20 tahun. Begitulah awal cerita, yang berlanjut dengan masuknya ribuan tenaga kerja Cina, India, dan akhirnya Jawa untuk menggarap perkebunan-perkebunan Belanda. Menurut bahasa Melayu, Medan berarti tempat berkumpul, karena sejak zaman kuno di situ sudah merupakan tempat bertemunya masyarakat dari hamparan Perak, Sukapiring, dan lainnya untuk berdagang, berjudi, dan sebagainya. Desa Medan dikelilingi berbagai desa lain seperti Kesawan, Binuang, Tebing Tinggi dan Merbau. Medan sebagai embrio sebuah kota secara kronologis berawal dari peristiwa penting tahun 1918, yaitu saat Medan menjadi Gemeente Kota Administratif, tetapi tanpa memiliki wali kota sehingga wilayah tersebut tetap di bawah kewenangan penguasa Hindia Belanda. Universitas Sumatera Utara Kota Administratif Medan dibentuk melalui lembaga bernama “Komisi Pengelola Dana Kotamadya”, yang dikenal dengan sebutan Negorijraad. Berdasarkan “Decentralisatie Wet Stbl 1903 No. 329”, lembaga lain dibentuk yaitu “Afdeelingsaraad Van Deli” Deli Division Council yang berjalan bersama Negorijraad sampai dihapuskan tanggal 1 April 1909, ketika “Cultuuraad” Cultivation Council dibentuk untuk daerah di luar kota. Maka, tanggal 1 April 1909 ini sempat dijadikan tanggal lahir kota Medan sampai dengan tahun 1975. Pimpinan Medan Municipal Board saat didirikan tanggal 1 April 1909 Stvlt 1909 No. 180 adalah Mr EP Th Maier, yang menjabat sebagai pembantu Residen Deli Serdang. Namun sejak 26 Maret 1975, lewat Keputusan DPRD No. 4 DPRD 1975 yang didasari banyak pertimbangan, ditetapkan bahwa hari lahir Kota Medan adalah 1 Juli 1590. Sejak zaman kuno, zaman Kerajaan Haru, Medan sudah menjadi tempat pertemuan berbagai kultur bahkan ras seperti Karo, Melayu Islam, India, Mandailing dan Simalungun. Sebagaimana terlibat dalam paparan di atas, proses itu bukannya berkurang, bahkan semakin kompleks sejak dibukanya perkebunan-perkebunan di Sumatera Utara yang menghadirkan kuli kontrak baik dari India, Cina, maupun Jawa. Hingga saat ini, Medan, yang berarti tempat berkumpul tersebut, masih menjadi tempat berkumpul berbagai ras dan kultur yang berbeda-beda. Mengingat pengalamannya yang panjang sebagai melting pot, tidak heran jika hingga saat ini Medan masih dikenal sebagai daerah yang aman dari berbagai kerusuhan antaretnis. Semua ras dan etnis di sini tidak ada yang ingin menonjol atau saling menjatuhkan. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1640 Tuanku Gocah Pahlawan telah menjadikan Kampung Deli yang terletak di daerah sekitar delta Sungai Deli dengan muara Sungai Belawan sebagai pusat Kerajaan Deli. Dari catatan beberapa narasumber bahwa kawasan ini telah menjadi wilayah Bandar Lama yang sangat penting sejak abad ke 13, karena sudah menjadi pelabuhan besar dan Bandar dari Kerajaan Haru serta pusat perdagangan bagi pedagang dari Cina ke India. Masuknya pengaruh budaya Cina ke kawasan ini dibuktikan dengan ditemukannya reruntuhan kota Cina di Paya Pasir, serta patung Budha Siwa seperti yang terdapat di Candi Borobudur. Menurut penemuan arkeolog bahwa kota Cina dimaksud sebenarnya sudah berdiri sejak abad ke 7 dengan sebuah pelabuhan besar yang saat ini dikenal sebagai Labuhan Deli yang sangat sibuk dan menjadi pusat perdagangan antar bangsa. Pamor Labuhan Deli sebagai sebuah Bandar atau pelabuhan dan kota menjadi semakin penting dan bersinar semasa Kesultanan Deli memusatkan roda pemerintahannya di kawasan ini sejak awal abad ke 19. 24 Labuhan Deli telah menjadi mutiara Tanah Deli sejak wilayah ini menjadi tujuan investasi di bidang perkebunan oleh bangsa Eropa dan dijadikan pelabuhan ekspor untuk melayani arus perdagangan dan pengiriman hasil-hasil perkebunan. Pelabuhan Belawan yang pada masa itu masih berupa pelabuhan kecil sudah mulai menyainginya. Kota Medan yang pada awalnya merupakan sebuah kampung belantara yang dikenal sebagai Kampung Medan Puteri telah memperoleh imbas dari posisi strategisnya di Tanah Deli dan telah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi kawasan yang secara perlahan-lahan mulai menyaingi Labuhan Deli. 24 Sumber: No name, 2006. Sungai Deli, dokumen elektronik http:id.wikipedia.orgwikimedan diakses 7 Juli 2013 pukul 10.15 WIB Universitas Sumatera Utara Menyadari betapa pentingnya arti sejarah dan melihat keagungan dari nilai budaya Indonesia dimasa lalu, maka Bandar Lama yang letaknya di delta Sungai Deli merupakan asset yang tidak ternilai dalam mewarnai setiap proses pembangunan di segala bidang yang juga menjadi cikal bakal kota Medan yang saat ini telah tumbuh menjadi kota metropolitan. Bandar Lama yang pernah ada di tepi Sungai Deli merupakan saksi hidup yang tersisa yang memberi pesan tentang kejayaan Labuhan Deli pada masa lalu. Labuhan Deli yang terletak di muara Sungai Deli tercatat sebagai pelabuhan yang sibuk dan punya peran penting sebagai pintu gerbang perdagangan kerajaan Haru dengan pedagang asing. Sungai Deli yang menghubungkan pusat kerajaan ini di Deli Tua dengan Labuhan Deli adalah sungai yang sangat ramai dilayari. Bahkan, sudah menjadi urat nadi hubungan dagang maupun sosial politis antara kerajaan Haru dengan dunia luar. Pamor Labuhan Deli sebagai sebuah Bandar dan kota penting makin bersinar semasa Kesultanan Deli memusatkan roda pemerintahannya disana. Semasa itu, pedagang-pedagang Melayu, Cina, Jepang dan India turut meramaikan suasana kehidupan sosial dan ekonomi sehari-hari di Labuhan Deli, yang umumnya berpusat dideretan ruko-ruko Cina dan dermaga. Sebagai pusat kekuasaan kesultanan, Istana Deli, Balai Kerapatan Adat dan Mesjid Al-Osmani berdiri megah di Labuhan Deli. Pada dasarnya Tanah Deli pada masa itu adalah kawasan yang terisolir dari dunia luar, kecuali melalui Sungai Deli. Menilik masa lalunya, kini Labuhan Deli bernasib tragis. Perannya sebagai pelabuhan telah lama disingkirkan oleh Belawan. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya sebagai pusat kehidupan ekonomi kawasan dan pusat pemerintahan Kesultanan Deli, Medan telah mengambil alihnya. Perkembangan Belawan menjadi pelabuhan yang makin sibuk dan modern serta pertumbuhan Medan yang menggebu- gebu menuju metropolitan makin menenggelamkan Labuhan Deli, sekaligus menjatuhkannya dari hiruk pikuk pembangunan.

2.3 Gambaran Umum Kelurahan Aur

Gambar 2 Peta Kelurahan Aur Kec. Medan Maimun Kota Medan Sumber: Kantor Kelurahan Aur Universitas Sumatera Utara Kelurahan Aur merupakan salah satu wilayah yang berada di dalam cakupan Kecamatan Medan Maimun. Kecamatan Medan Maimun terdiri dari beberapa kelurahan yang membentuknya, kelurahan-keluarahan tersebut antara lain adalah Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Jati, Kelurahan Hamdan, Kelurahan Sei Mati, Kelurahan Kampung Baru dan Kelurahan Aur. Pada tahun 2001 , kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 48.995 jiwa. Luasnya adalah 2,98 km² dan kepadatan penduduknya adalah 16.441,28 jiwakm². https:id.wikipedia.orgwikiKategori:Medan_Maimun,_Medan diakses 31 Mei 2013 pukul 17.20 WIB Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya bahwa fokus dari lokasi penelitian adalah kelurahan Aur, tepatnya di salah satu lingkungan yakni lingkungan IV atau yang lebih dikenal dengan Kampung Aur. Secara geografis dan secara administratif Kelurahan Aur berbatasan dengan: - Sebelah Utara berbatasan dengan Keluarahan Kesawan - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukaraja - Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mesjid - Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Hamdan Kelurahan Aur terletak di tengah-tengah Kota Medan, tepatnya disekitar jalan Brigjen Katamso. Jalan tersebut merupakan salah satu jalan utama yang sering dilalui oleh masyarakat dan merupakan salah satu kawasan pusat perdagangan yang ada di Kota Medan. Hal ini ditandai dengan keberadaan rumah toko ruko yang menjual berbagai jenis kebutuhan masyarakat. Tersedia juga fasilitas infrastruktur yang memadai Universitas Sumatera Utara yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, baik yang bermukim disekitar jalan tersebut maupun dari luar wilayah kelurahan Aur. Kelurahan Aur adalah sebuah kelurahan yang secara administratif dibagi menjadi 10 lingkungan, yaitu lingkungan I sampai lingkungan X. Tiap-tiap lingkungan dikepalai oleh Kepala Lingkungan atau biasa disebut Kepling. Luas wilayah yang dimiliki sebesar ± 60 ham2. Kelurahan Aur merupakan salah satu wilayah pemukiman di Kota Medan yang berdekatan dengan aliran sungai, yaitu Sungai Deli, sungai yang seringkali meluap saat memasuki musim penghujan dan menyebabkan kelurahan ini menjadi kawasan pemukiman yang rawan banjir.

2.3.1 Komposisi Penggunaan Tanah Kelurahan Aur

Luas wilayah ± 60 ha yang dimiliki oleh Kelurahan Aur digunakan sebagai lahan pemukiman tentunya, pekarangan, taman, pekantoran dan prasarana umum lainnya. Luas pemanfaatan areal tanah dapat dilihat dalam penyajian tabel di bawah ini: Tabel 4 Komposisi Penggunaan Tanah Kelurahan Aur No. Pemanfaatan Areal Tanah Luas ha 1. Luas pemukiman 32,5 54 2. Luas pekarangan 2,5 4 3. Luas taman 2,5 4 4. Luas perkantoran 10 17 5. Luas prasarana umum lainnya 12,5 21 Total 60 100 Sumber: Kantor Kelurahan Aur, Tahun 2008 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa pemanfaatan yang terbesar adalah wilayah pemukiman, sekitar 54 dari keseluruhan wilayah yaitu 32,5 Universitas Sumatera Utara ha. Pemanfaatan selanjutnya adalah wilayah pekarangan dan taman, sekitar 4 yaitu 2,5 ha. Untuk pemanfaatan wilayah perkantoran memakan sekitar 17 dari keseluruhan wilayah yaitu 10 ha. Dan pemanfaatan yang terakhir adalah wilayah prasarana umum lainnya sekitar 21 yaitu 12,5 ha.

2.3.2 Komposisi Penduduk Kelurahan Aur

Kelurahan Aur merupakan kelurahan yang lumayan padat karena didiami oleh jumlah penduduk yang banyak berjumlah 9.086 jiwa dengan 2.469 KK. Komposisi penduduk di kelurahan ini dibagi berdasarkan usia, jenis kelamin, mata pencaharian, agama dan berbagai etnis. Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia No. Usia tahun Jumlah 1. 0 – 6 tahun 1.019 11,21 2. 7 – 10 tahun 618 6,81 3. 11 – 16 tahun 882 9,71 4. 17 – 55 tahun 4.565 50,24 5. 56 tahun 2.002 22,03 Total 9.086 100 Sumber: Kantor Kelurahan Aur 2012 Dapat dilihat bahwa dari keterangan tabel di atas jumlah usia penduduk yang produktif masih lebih unggul yaitu 4.565 jiwa, kemudian disusul oleh usia lanjutmanula di atas 56 tahun sebanyak 2.002 jiwa. Selanjutnya usia balita 0 – 6 tahun sebanyak 1.019 jiwa. Usia 11 – 16 tahun 882 jiwa dan yang terakhir adalah usia remaja 7 – 10 tahun sebanyak 618 jiwa. Universitas Sumatera Utara Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah 1. Laki-laki 5.017 55,22 2. Perempuan 4.069 44,78 Total 9.086 100 Sumber: Kantor Kelurahan Aur 2012 Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kelurahan Aur jumlah penduduk keluarahan Aur pada data kantor kelurahan terakhir tahun 2012 adalah 9.086 yang terdiri atas 5.017 orang laki-laki dan 4.069 orang perempuan. Perbandingan jumlah antara laki-laki dan perempuan yaitu 948 jiwa. Tabel 7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah 1. Pegawai Negeri Sipil 45 10,61 2. Pengrajin industri rumah tangga 3 0,70 3. Pedagang keliling 42 9,90 4. Montir 18 4,25 5. Dokter swasta 5 1,17 6. Bidan swasta 2 0,48 7. Pembantu rumah tangga 10 2,35 8. TNI 5 1,17 9. POLRI 5 1,17 10. Pensiunan PNSTNIPOLRI 2 0,48 11. Pengusaha kecil dan menengah 72 16,98 12. Pengacara 1 0,25 13. Dukun kampung terlatih 1 0,25 14. Pengusaha besar 30 7,07 15. Arsitektur 2 0,48 Universitas Sumatera Utara 16. Senimanartis 2 0,48 17. Karyawan perusahaan swasta 145 34,20 18. Karyawan perusahaan pemerintah 34 8,01 Total 424 100 Sumber: Kantor Kelurahan Aur 2012 Berdasarkan tabel di atas, penduduk yang bermata pencaharian sebagai karyawan swasta adalah yang terbanyak yaitu 145 jiwa 34,20. Yang terbanyak kedua adalah pengusaha kecil dan menengah sebanyak 72 jiwa 16,98. Dan terbanyak di urutan ketiga adalah penduduk bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil yaitu sebanyak 45 jiwa 10,61. Tabel 8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis Suku Bangsa No. Etnis suku bangsa Jumlah 1. Aceh 75 0,82 2. Batak 181 2 3. Nias 176 7,95 4. Melayu 238 2,61 5. Minang 3.149 34,65 6. Jawa 164 1,80 7. China 5.065 55,75 8. India Tamil 38 0,41 Total 9.086 100 Sumber: Kantor Kelurahan Aur 2012 Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk di kelurahan ini adalah yang bersuku cina, yaitu 5.065 jiwa atau sekitar 55,75 dari jumlah keseluruhan penduduk. Penduduk terbesar yang jumlahnya berada diurutan kedua adalah penduduk bersuku bangsa Minang yaitu 3.149 jiwa atau sekitar 34,65 dari jumlah keseluruhan penduduk, disusul dengan penduduk yang bersuku bangsa Universitas Sumatera Utara Melayu, Batak, Nias, Jawa dan Aceh. Suku bangsa Cina yang mendominasi kelurahan Aur adalah efek dari adanya pengaruh ekonomi, orang Cina yang lihai dalam berdagang juga mempengaruhi pola pembentukan keadaan rumah diseluruh kawasan yang terdapat di wilayah Medan pada umumnya dan kelurahan Aur pada khususnya, yakni bentuk rumah yang sekaligus menjadi toko alias ruko rumah toko sehingga tidak ada model rumah yang dapat dikatakan berbau atau berbentuk etnik di kelurahan Aur. Rumah biasanya menjadi identitas bagi setiap orang dan identitas yang tampak pada kelurahan Aur terlihat dari jajaran ruko yang mendominasi jalan-jalan di seluruh kawasan keluarah Aur. Namun ruko yang ada tidak semuanya menjadi milik penduduk yang berasal dari suku Cina saja, melainkan dari suku-suku yang lain. selain itu alasan banyaknya pilihan penduduk di perkotaan yang menggunakan ruko adalah karena alasan ekonomi, kepraktisan serta penghematan penggunaan lahan yang semakin terbatas dan bernilai tinggi. Keberagaman penduduk di kota seperti yang ada di kelurahan Aur terlihat juga melalui komposisi penduduk berdasarkan agama. Suku bangsa yang beragam juga membentuk keberagaman dalam hal agama. Agama merupakan bagian dari sitem religikepercayaan dalam kehidupan masyarakat yang termasuk ke dalam unsur kebudayaan. 25 Tabel 9 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama 25 Koentjaraningrat membagi 7 unsur kebudayaan yakni: bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem religi, sistem mata pencaharian, sistem peralatan hidup dan teknologi dan kesenian Universitas Sumatera Utara No. Agama Jumlah 1. Islam 6.232 68,58 2. Kristen 729 8,02 3. Katolik 386 4,25 4. Hindu 109 1,20 5. Budha 1.630 17,95 Total 9.086 100 Sumber: Kantor Kelurahan Aur 2012 Dari tabel di atas maka dapat diberikan penjelasan bahwa penduduk yang beragama Islam merupakan kaum mayoritas yang berada di Kelurahan Aur. Masyarakat yang memeluk agama Islam adalah penduduk yang beretnis Minang, Mandailing dan Jawa. Disusul agama Budha menempati urutan kedua sebagai penduduk terbesar di kelurahan Aur. Selanjutnya disusul penduduk yang beragama Kristen, Katolik dan Hindu. Masyarakat yang beragama Hindu kebanyakan dipeluk dari penduduk beretnis India Tamil yang lumayan banyak menghuni kawasan Kecamatan Medan Maimun, termasuk Kelurahan Aur. Tabel 10 Komposisi Penduduk Berdasarkan Administratif Setiap Lingkungan No. Lingkungan Jenis Kelamin WNI WNI Turunan WNA KK Jumlah Jiwa Universitas Sumatera Utara 1. I L 233 130 219 715 P 200 152 2. II L 1.478 425 2 550 2.967 P 601 461 3. III L 260 240 280 988 P 203 285 4. IV L 901 56 493 1.907 P 888 62 5. V L 21 86 118 219 P 31 81 6. VI L 30 15 86 110 P 54 11 7. VII L 18 87 121 190 P 19 66 8. VIII L 297 223 310 1.300 P 508 272 9. IX L 202 163 6 170 765 P 201 192 1 10. X L 14 130 122 323 P 17 162 Total 4.540 4.537 9 2.469 9.086 Sumber: Kantor Kelurahan Aur 2012 Dari tabel di atas telah tersaji data komposisi jumlah penduduk dari tiap-tiap lingkungan yang berada dalam wilayah administratif Kelurahan Aur, baik itu berdasarkan jenis kelamin, WNI, WNI turunan, WNA dan jumlah KK dari tiap-tiap lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa penyumbang jumlah penduduk yang paling banyak adalah lingkungan II yaitu sebanyak 2.967 jiwa dan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah lingkunganVI yaitu sebanyak 110 jiwa.

2.3.3 Prasarana dan Sarana a. Prasarana dan Sarana Ekonomi

No. Lembaga Ekonomi dan Unit Usaha Jumlah Universitas Sumatera Utara DesaKelurahan 1. Koperasi Unit Desa 1 2. Industri makanan 2 3. Rumah makan dan restoran 37 4. Tokokios 135 5. Swalayan 1 6. Warung serba ada 1 7. Pengecer gas dan BBM 5 8. Usaha air minum kemasanisi ulang 1 9. Tukang jahitborder 8 10. Tukang cukur 4 11. Tukang service elektronik 6 12. Tukang besi 2 13. Tukang pijaturutpengobatan 4 14. Notaries 4 15. Pengacaraadvokat 6 16. Wisma 1 17. Kontrakan rumah 19 Total 237 Sumber: Kantor Kelurahan Aur 2012 Dari tabel di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa prasarana dan sarana ekonomi yang paling banyak adalah berupa tokokios,yaitu sebanyak 135 unit . Ini disebabkan karena mayoritas masyarakat di kelurahan ini selain menjadi karyawan di perusahaan swasta, mereka membuka usaha sendiri berupa tokokios, yang berupa ruko rumah toko.

b. Prasarana dan Sarana Pendidikan No.

Pendidikan FormalNon Formal Jumlah 1. Playgroup 2 2. TK 1 3. SDSederajat 4 4. SMPSederajat 1 5. SMASederajat 1 Universitas Sumatera Utara 6. Tsanawiyah 1 Total 10 Sumber: Kantor Kelurahan Aur 2012 Berdasarkan tabel di atas bahwa prasarana pendidikan sudah cukup memadai, walaupun di dalam kelurahan ini tidak ada Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta. Dan prasarana SD adalah yang paling banyak dari antara prasarana yang lain. Ada juga lembaga pendidikan keagamaan, yaitu Tsanawiyah hanya tersedia satu unit.

c. Prasarana dan Sarana Peribadatan No.

Prasarana Peribadatan Jumlah 1. Mesjid 2 2. Musholla 1 3. Gereja Katolik 1 4. Wihara 2 Total 6 Sumber: Kantor Kelurahaan Aur 2012 Apabila kita melihat dari tabel komposisi penduduk berdasarkan agama, penganut agama yang terbanyak adalah Budha dan Islam. Hal ini berkaitan dengan tersedianya prasarana dan sarana peribadatan yaitu Mesjid dan Wihara yang di dalam kelurahan Aur memiliki dua unit Mesjid dan dua unit Wihara.

d. Prasarana dan Sarana Kesehatan No.